Diagnosis Gangguan Gait
Diagnosis gangguan gait dilakukan dengan observasi cara berjalan. Dalam proses diagnostik, penting untuk mengevaluasi kemungkinan etiologi dari gangguan gait. Pemeriksaan risiko jatuh juga diperlukan, terutama pada lansia, karena akan mempengaruhi penatalaksanaan.[1-3]
Anamnesis
Pada usia yang lebih tua, gangguan gait biasanya berkaitan dengan gangguan fungsi proprioseptif pada polineuropati, penglihatan yang buruk, ensefalopati vaskular, dan osteoarthritis. Jika gangguan gait memiliki onset akut, penyebab serebrovaskular, tulang belakang, dan neuromuskuler harus dipertimbangkan. Gangguan gait pada populasi yang lebih muda biasanya berkaitan dengan gangguan perkembangan atau muskuloskeletal.
Pada anamnesis, perlu dievaluasi durasi gangguan apakah bersifat episodik atau kontinu; onset apakah mendadak atau progresif lambat; serta status aktivitas fisik harian dan mobilitas. Faktor pencetus atau yang memberatkan gangguan gait bisa berupa situasional, misalnya gangguan gait semakin tampak pada situasi gelap. Gangguan gait juga mungkin memburuk pada kondisi dual-tasking, misalnya saat berjalan sambil berbicara.
Gejala lain yang menyertai bisa berupa pusing, ansietas, nyeri, atau gangguan sensori. Gali juga adanya komorbiditas, misalnya penyakit arteri perifer, gagal jantung, obesitas, dan dementia. Pada beberapa kondisi, gangguan gait mungkin berkaitan dengan konsumsi obat, seperti benzodiazepin, barbiturat, dan levodopa.[1,2]
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang perlu dilakukan pada pasien dengan gangguan gait adalah:
- Tanda vital: pasien mungkin mengalami hipotensi ortostatik
- Kognitif dan afektif: evaluasi adanya dementia, delirium, atau depresi
- Muskuloskeletal: evaluasi pembengkakan sendi, deformitas, instabilitas, penurunan range of motion (ROM), dan kifosis
- Neurologis: tonus dan kekuatan otot, koordinasi, refleks, tremor, fungsi sensori dan proprioseptif
- Fungsi penglihatan dan pendengaran[1,2]
Observasi Keseimbangan, Postur, dan Gait
Kelainan yang dapat ditemukan selama observasi, meliputi kelemahan, spastisitas, langkah disimetri (deviasi langkah, variasi step length), deviasi arah berjalan, freezing (pasien nampak ingin bergerak, namun tidak bisa), serta abnormalitas tungkai.[1,2]
Functional Reach Test
Pasien dalam posisi berdiri dan tangan diminta untuk dijulurkan ke depan sejauh mungkin. Tes ini menilai stabilitas pasien saat berdiri.[1-4]
Timed Up And Go Test
Timed up and go test (TUG) adalah metode tercepat dan termudah untuk mendeteksi gangguan keseimbangan atau gait. Namun, tes ini tidak dapat membedakan kelainan akibat komponen keseimbangan atau gait.[1-4]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding tidak ditujukan untuk membedakan gangguan gait dengan jenis penyakit lain, tetapi lebih kepada menentukan etiologi. Beberapa penyakit yang harus dievaluasi sebagai penyebab kelainan gait antara lain:
- Neurologi: penyakit Parkinson, dementia, delirium, stroke, cerebellar dysfunction, multiple sclerosis, dan amyotrophic lateral sclerosis
- Metabolik: diabetes melitus, ensefalopati, obesitas, kekurangan vitamin B12, uremia
- Psikiatri: penyalahgunaan obat sedatif, ansietas, dan depresi[4,11]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium mungkin diperlukan untuk menyingkirkan gangguan metabolisme atau kekurangan vitamin. Pemeriksaan darah lengkap dan panel metabolik yang komprehensif dapat mengungkapkan sebagian besar jenis defisiensi. Jika kecurigaan klinis cukup tinggi terhadap kelainan metabolisme atau kekurangan vitamin, pemeriksaan laboratorium seperti darah perifer lengkap, tes fungsi tiroid, elektrolit, blood urea nitrogen/BUN, kreatinin, kadar gula darah, dan kadar vitamin B12 darah dapat dilakukan.
Pemeriksaan pencitraan, seperti rontgen tungkai dan MRI otak, bisa bermanfaat untuk mendiagnosis penyebab struktural gangguan gait. Modalitas pencitraan dipilih berdasarkan gejala pasien.[2,11]
Penulisan pertama oleh: dr. Paulina Livia Tandijono