Pemasangan grommet atau pipa ventilasi telinga merupakan salah satu tindakan bedah pada kasus otitis media efusi atau yang dikenal sebagai glue ear. Otitis media efusi (OME) terutama menyerang anak berusia 4 sampai 6 tahun. Meskipun banyak kasus OME dapat sembuh secara spontan dalam beberapa bulan, beberapa anak dilaporkan mengalami kesulitan mendengar, keterlambatan bicara, dan masalah keseimbangan sebagai komplikasi.[1-3]
Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa anak dengan OME yang menjalani pemasangan grommet sering kali mengalami peningkatan signifikan dalam pendengaran dan kualitas hidup. Pada anak dengan OME, intervensi dini adalah kunci untuk mencegah keterlambatan bicara dan bahasa dalam jangka panjang. Namun, beberapa anak mungkin memerlukan prosedur berulang jika OME kambuh kembali, yang tentunya membawa risiko tersendiri seperti timpanosklerosis.[3,4]
Prinsip Kerja Grommet dalam Tata Laksana Otitis Media Efusi
Grommet, atau yang dikenal juga sebagai pipa timpanostomi atau pipa ventilasi, adalah sebuah perangkat kecil berbentuk silinder yang dipasang ke dalam membran timpani untuk memungkinkan udara masuk ke telinga tengah dan memungkinkan drainase cairan. Prosedur pemasangan grommet disebut miringotomi, yaitu pembuatan sayatan kecil di membran timpani, yang kemudian dilanjutkan dengan pemasangan grommet.[2,3,5]
Pemasangan grommet biasanya dilakukan dengan anestesi general pada anak-anak dan dapat dilakukan dengan anestesi lokal pada orang dewasa. Pengerjaannya tergolong cepat, umumnya berlangsung kurang dari 15 menit. Pasca operasi, pasien biasanya bisa pulang pada hari yang sama. Grommet umumnya tetap dibiarkan selama 6 hingga 12 bulan dan bisa terlepas dengan sendirinya. Follow up yang teratur sangat penting untuk memantau posisi dan fungsi grommet serta memastikan otitis media telah teratasi.[2,3,6]
Drainase cairan dari telinga tengah pasca pemasangan grommet dapat membantu memulihkan tingkat pendengaran normal, yang sangat penting untuk perkembangan bahasa pada anak. Tindakan ini juga dapat mengurangi frekuensi episode otitis media akut, karena mencegah penumpukan cairan. Dengan pendengaran yang lebih baik dan infeksi yang lebih sedikit, anak dapat berpartisipasi lebih penuh di sekolah dan kegiatan sosial.[6,7]
Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan Grommet pada Tata Laksana Otitis Media Efusi
Indikasi paling umum untuk pemasangan grommet adalah otitis media dengan efusi (OME) persisten (> 3 bulan), atau otitis media serosa (SOM) yang tidak sembuh setelah 3 bulan observasi klinis atau tidak membaik dengan terapi antibiotik. Pedoman American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Foundation menyatakan bahwa dokter harus merekomendasikan pipa ventilasi ketika operasi dilakukan untuk OME pada anak berusia kurang dari 4 tahun.
Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk pemasangan grommet. Pemasangan grommet hanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan dokter spesialis setelah mendiskusikan secara menyeluruh terkait risiko dan manfaat prosedur tersebut dengan pasien atau keluarganya. Pasien dengan OME kronis atau otitis media akut (OMA) berulang yang tidak memenuhi indikasi pemasangan grommet harus diobservasi atau diobati dengan antibiotik sesuai indikasi medis.
Beberapa varian anatomi mungkin dianggap sebagai kontraindikasi relatif terhadap tindakan pemasangan grommet. Beberapa di antaranya adalah kerusakan saraf fasialis di area kavum telinga tengah atau terdapat penyimpangan jalur arteri karotis interna di dalam kavum telinga tengah.[6,8]
Efikasi Pemasangan Grommet pada Otitis Media Efusi
Pemasangan grommet atau pipa timpanostomi dilaporkan dapat meningkatkan kualitas hidup anak. Dalam sebuah penelitian retrospektif di Swedia yang melibatkan data 3835 pasien, dilaporkan bahwa grommet menghasilkan perbaikan signifikan dari skor kualitas hidup dan juga berkaitan dengan perbaikan klinis signifikan post operatif.[9]
Meski demikian, hasil sedikit berbeda diungkap tinjauan sistematik Cochrane (2023) yang mengevaluasi 19 studi dengan total 2888 partisipan. Hasil analisis dalam tinjauan ini menunjukkan bahwa perbaikan pendengaran dan persistensi OME yang didapat setelah pemasangan grommet hanya kecil dan dalam jangka pendek atau menengah saja. Sementara itu, belum ada data yang jelas mengenai efikasi untuk masa tindak lanjut yang lebih lama.
Peneliti Cochrane juga menggarisbawahi bahwa bukti yang dievaluasi masih memiliki kualitas yang rendah. Salah satunya karena adanya banyak anak dalam kelompok kontrol yang pulih spontan atau menjalani pemasangan grommet selama masa tindak lanjut. Bukti dalam tinjauan ini juga masih terbatas dalam hal generalisasi dan penerapan untuk kasus yang melibatkan anak dengan kondisi yang mendasari (misalnya sindrom kraniofasial).[1]
Keamanan Pemasangan Grommet pada Otitis Media Efusi
Umumnya grommet atau pipa ventilasi dapat terlepas dan keluar ke saluran telinga luar secara spontan dan membran timpani menutup. Dalam kasus tertentu, dapat terjadi ekstrusi dini pada pipa ventilasi dan mungkin diperlukan penggantian.[6,8]
Infeksi dan Kerusakan Membran Timpani
Meskipun pemasangan grommet secara umum aman, potensi risikonya tetap ada. Meskipun jarang, infeksi dapat terjadi dan mungkin memerlukan pengobatan antibiotik. Dalam beberapa kasus juga dilaporkan dapat terjadi perforasi persisten di mana membran timpani mungkin tidak menutup setelah grommet terlepas, sehingga akan dibutuhkan tindakan bedah lebih lanjut. Pemasangan grommet yang berulang kali juga dilaporkan dapat menyebabkan timpanosklerosis.[6,8]
Ekstrusi Prematur
Pada beberapa kasus, dilaporkan terjadi ekstrusi grommet prematur atau terlalu dini yang biasanya terjadi dalam beberapa bulan setelah pemasangan. Pasien nantinya harus menjalani penilaian ulang untuk menentukan kelayakan untuk penggantian grommet yang baru.
Perforasi membran timpani setelah ekstrusi grommet dilaporkan terjadi pada 1% hingga 6% pasien dan bahkan dapat mencapai 10%. Komplikasi ini mungkin memerlukan miringoplasti atau timpanoplasti.[6]
Pergeseran Grommet ke Telinga Tengah
Perpindahan atau pergeseran grommet ke telinga tengah merupakan salah satu komplikasi langka pasca tindakan yang mempengaruhi sekitar 0,5% pasien. Apabila terjadi, grommet dapat dibiarkan saja di tempatnya sambil tetap dilakukan follow up secara berkala, atau grommet dapat dilepas jika terjadi reaksi peradangan. Terbentuknya fistula perilimfatik telah dilaporkan pasca migrasi atau perpindahan grommet ke telinga tengah.[6,8]
Grommet Menetap Terlalu Lama
Risiko lain yang dapat terjadi adalah menetapnya grommet di membran timpani lebih dari 2 hingga 2,5 tahun setelah pemasangan. Grommet yang tertahan atau menetap dapat berkaitan dengan otorrhea, perforasi membran timpani kronis, pembentukan jaringan granulasi, dan terjadinya kolesteatoma.
Pasien dengan kondisi ini dapat diobservasi. Jaringan granulasi atau otorrhea dapat diobati dengan obat tetes topikal, tetapi tidak diberikan terus-menerus. Sebagai alternatif, pelepasan grommet dengan atau tanpa miringoplasti dapat dipertimbangkan untuk mencegah perforasi membran timpani yang persisten.[6,8]
Kesimpulan
Grommet digunakan dalam tata laksana otitis media efusi (OME) untuk mencegah gangguan pendengaran dan mengurangi kekambuhan infeksi telinga. Meski demikian, basis bukti yang mendukung efikasinya masih sangat terbatas. Selain itu, meskipun prosedur ini biasanya aman, potensi risiko komplikasi seperti kerusakan membran timpani yang menetap, pergeseran grommet ke telinga tengah, ataupun ekstrusi prematur harus menjadi bahan pertimbangan.