Perawatan payudara memiliki efikasi yang lebih tinggi dalam manajemen mastitis bila dibandingkan antibiotik. Oleh sebab itu, dokter perlu menekankan perawatan payudara dalam rencana terapi.[1-4]
Penyebab Mastitis Laktasional dan Alasan Perawatan Payudara Sangat Penting
Mastitis merupakan inflamasi pada payudara, dengan atau tanpa disertai infeksi. Mastitis paling sering berkaitan dengan menyusui, atau disebut mastitis laktasional. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi dari drainase ASI yang inadekuat dan paparan bakteri.[1,2]
Penyebab tersering dari gangguan drainase ASI meliputi frekuensi menyusui terlalu sedikit, produksi ASI yang berlebihan, menyapih terlalu cepat, ibu atau bayi sakit, dan duktus yang tersumbat. Drainase yang terganggu menyebabkan ASI menjadi stagnan, sehingga meningkatkan risiko infeksi dan inflamasi. Bakteri bisa berasal dari mulut bayi atau kulit ibu, yang masuk melalui celah pada puting payudara ibu.[1,2]
Studi di Swedia menyebutkan bahwa sebagian besar kasus mastitis mengalami resolusi tanpa memerlukan antibiotik. Perawatan payudara dilakukan dengan mengosongkan payudara secara efektif, baik dengan menyusui bayi secara langsung ataupun menggunakan pompa, disertai memberikan kompres dingin dan hangat untuk mengurangi inflamasi.
Pengosongan payudara secara efektif dan reguler penting karena akan mencegah blokade duktus lebih lanjut yang bisa menyebabkan stagnan ASI semakin parah dan menimbulkan infeksi lebih berat ataupun terbentuknya abses.[1-4]
Cara Perawatan Payudara dalam Penanganan Mastitis
Tata laksana inisial dari mastitis laktasional terdiri dari perawatan payudara dan medikamentosa. Perawatan payudara meliputi pengeluaran ASI yang efektif dan terapi medikamentosa meliputi pemberian analgesik dan antibiotik. Hal penting yang perlu diketahui bahwa perawatan payudara harus tetap dilanjutkan sekalipun pasien telah diberi terapi medikamentosa. Pengobatan yang hanya mengutamakan medikamentosa tanpa didukung perawatan payudara tidaklah cukup.[3,4]
Ibu Harus Tetap Menyusui atau Memerah ASI
Pengeluaran ASI yang sering dan efektif merupakan hal utama yang diperlukan dalam penanganan mastitis. Ibu harus tetap menyusui, terutama pada payudara yang mengalami inflamasi. Tetap menyusui pada saat payudara mengalami mastitis tidaklah berbahaya bagi bayi. Belum ada studi yang menyatakan bahwa mastitis memberikan risiko terhadap kesehatan bayi.
Bila menyusui secara langsung menyebabkan nyeri bagi ibu, pemerahan susu dengan tangan atau penggunaan pompa dapat dipertimbangkan untuk mengurangi trauma pada puting dan mengurangi rasa nyeri. Penghentian pengosongan ASI tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan mastitis semakin parah atau bahkan menyebabkan terbentuknya abses payudara.[1,3,5-7]
Berhati-Hati Agar Tidak Melakukan Pengosongan Payudara Berlebihan
Bila payudara belum sepenuhnya kosong setelah menyusui langsung (direct breastfeeding/DBF), ibu dapat melanjutkan dengan melakukan pemerahan menuju puting dengan tangan atau menggunakan pompa. Namun, overfeeding atau memompa payudara hingga benar-benar kosong tidak disarankan. Hal ini dapat menyebabkan feedback mechanism yang merangsang terjadinya hiperlaktasi.[3,5-7]
Memastikan Teknik Menyusui Sudah Benar
Perlekatan yang baik merupakan hal penting ketika menyusui. Ibu harus memastikan bahwa bayi melekat dengan baik untuk meminimalkan peradangan dan trauma pada puting payudara. Trauma pada puting dapat menimbulkan cracked nipple, yang merupakan faktor risiko terjadinya mastitis.
Memastikan pelekatan yang baik mungkin sulit ketika payudara membengkak. Melakukan pemerahan sedikit ASI dengan tangan sebelum menyusui dan mencoba berbagai posisi menyusui mungkin dapat membantu. Masase ringan, dengan melakukan usapan atau traksi pada kulit payudara menuju ke aksila, dapat membantu melancarkan aliran limfatik dan mengurangi bengkak. [4, 6-8]
Tindakan Suportif untuk Melancarkan Keluarnya ASI
Masase secara lembut dan tidak berlebihan dapat dilakukan saat proses menyusui untuk membantu melancarkan keluarnya ASI. Kompres hangat pada payudara sebelum menyusui dapat membantu pengeluaran ASI. Menyusui sebaiknya dimulai dari payudara yang mengalami mastitis terlebih dahulu, ketika bayi masih lapar dan dapat menyedot lebih kuat. Setelah menyusui atau pumping, kompres dingin dapat dilakukan dan dilanjutkan antara waktu menyusui untuk mengurangi nyeri dan edema. [3, 5-7]
Perhatian Khusus
Terkadang bayi menolak untuk menyusui akibat penurunan produksi ASI pada payudara yang inflamasi atau didapatkan adanya perubahan rasa susu. Mastitis dapat mempengaruhi komposisi biokimiawi dari susu, menyebabkan susu terasa lebih asin. Pada kondisi seperti ini, pengosongan dengan pompa dapat dilakukan.[3]
Nyeri dapat mempengaruhi refleks ejeksi ASI (let down reflex). Pemberian analgesik, seperti paracetamol atau ibuprofen dapat dipertimbangkan. Ibuprofen memiliki efek antiinflamasi lebih baik dibandingkan parasetamol, dapat diberikan hingga dosis maksimal 1600 mg/hari, dan aman untuk ibu yang menyusui. Istirahat dan cairan yang cukup, disertai nutrisi yang adekuat juga diperlukan untuk mempercepat resolusi dari mastitis.[3-4, 9]
Kapan Mempertimbangkan Pemberian Antibiotik
Bila gejala tidak berat atau kronis dan tidak didapatkan adanya gejala infeksi sistemik, pasien tidak memerlukan terapi antibiotik. Pemberian antibiotik pada inflammatory mastitis justru dapat mengganggu mikrobiota payudara dan meningkatkan risiko terjadinya bacterial mastitis. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak selektif dapat meningkatkan risiko resistensi.
Antibiotik hanya dipertimbangkan bila didapatkan gejala yang berat, eritema yang progresif, keluhan tidak membaik dalam 12-24 jam dengan perawatan payudara, dan adanya tanda-tanda infeksi sistemik. Pilihan antibiotik yang bisa diberikan adalah cephalexin, dicloxacillin, ataupun clindamycin. Antibiotik profilaksis tidak direkomendasikan sebagai tindakan pencegahan mastitis.[3-6, 9]
Kesimpulan
Tata laksana utama dari mastitis adalah memastikan drainase ASI yang baik. Pastikan ibu mengosongkan payudara dengan efektif, baik dengan cara menyusui secara langsung (direct breastfeeding) ataupun memerah ASI.
Ibu harus didorong untuk lebih sering menyusui, dimulai dari payudara yang sakit. Pastikan teknik menyusui sudah benar dan minta ibu menjaga kebersihan payudara ataupun tangannya.
Kompres hangat bisa dilakukan sebelum menyusui untuk mempermudah drainase ASI. Masase ringan selama menyusui juga dapat membantu memudahkan pengeluaran ASI. Selanjutnya, bisa diberikan kompres dingin untuk mengurangi nyeri dan edema.
Jika nyeri mengganggu refleks let-down, dapat diberikan ibuprofen atau paracetamol. Pastikan ibu banyak beristirahat dan mendapat nutrisi adekuat.
Antibiotik tidak selalu diperlukan, terutama pada kasus yang ringan. Pemberian antibiotik bisa dipertimbangkan jika gejala berat, eritema progresif, ada tanda infeksi sistemik, atau keluhan tidak membaik setelah perawatan payudara.