Dokter perlu mengenali tanda bahaya, atau red flags, pada kasus edema perifer untuk dapat menentukan diagnosis dan melakukan tatalaksana yang tepat. Edema perifer merupakan peningkatan volume cairan interstitium jaringan lunak biasanya terjadi pada daerah perifer, yaitu ekstremitas atas atau bawah.
Edema perifer dapat bersifat general, bilateral, unilateral, maupun fokal. Edema dapat terjadi pada kondisi yang ringan dan hanya berupa retensi cairan yang dapat hilang spontan, namun dapat juga menunjukan kondisi serius yang memerlukan tatalaksana segera.[1-2]
Edema perifer paling banyak terjadi pada pasien dengan usia di atas 50 tahun akibat insufisiensi vena. Namun, dapat juga menjadi gejala dari kondisi serius seperti gagal jantung, gagal ginjal kronis maupun akut, gagal hati, dan trauma. Edema perifer juga perlu diobservasi pada masa kehamilan, khususnya pada kondisi preeklampsia.[1-2]
Edema perifer dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, bergantung pada mekanisme yang mendasari.
Etiologi Edema Perifer
Penyebab edema perifer dapat dibedakan menjadi beberapa hal, yaitu peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, penurunan tekanan onkotik plasma, peningkatan permeabilitas kapiler, dan obstruksi limfatik.
Peningkatan Tekanan Hidrostatik Kapiler
- Hipertensi vena regional (biasanya bersifat unilateral), seperti trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis, sindrom kompartemen, dan insufisiensi vena kronis
- Hipertensi vena sistemik (biasanya bersifat bilateral), seperti gagal jantung, perikarditis, hipertensi pulmonal, atau sirosis
- Peningkatan volume plasma, pada kondisi kehamilan, edema premenstrual, gagal ginjal, gagal jantung, obat-obatan[2,4]
Penurunan Tekanan Onkotik Plasma
- Kehilangan protein, pada sindrom nefrotik dan preeklampsia/eklampsia
- Penurunan sintesis protein, pada malnutrisi/malabsorbsi, sirosis/gagal hati, defisiensi vitamin[2,4]
Peningkatan Permeabilitas Kapiler
Luka bakar luas
- Gigitan serangga
- Selulitis
- Reaksi alergi[2,4]
Obstruksi Limfatik
- Filariasis
- Keganasan yang melibatkan obstruksi nodus limfa
- Post operasi limfadenektomi/radiasi[2-4]
Red Flags Edema Perifer
Gejala Red Flag pada pasien dengan edema perifer yang patut diwaspadai pada keadaan yang menyertai seperti berikut ini:
- Diikuti dengan kesulitan bernapas
- Nyeri, hiperpigmentasi, absensis pulsasi nadi ekstremitas atas dan bawah
- Tanda-tanda sepsis
- Gangguan hemodinamik, seperti hipotensi atau tekanan darah tinggi, takikardia, dehidrasi, atau adanya oliguria
- Memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal, atau liver
- Pasien dengan infeksi ulkus[2-4]
Sekilas tentang Manajemen Pasien dengan Red Flag Edema Perifer
Apabila ditemukan red flag atau tanda bahaya edema perifer, dokter perlu memastikan kemungkinan penyebab atau etiologi dari edema perifer.
Anamnesis Menyeluruh
Anamnesis yang menyeluruh dapat membantu dokter menegakkan diagnosis etiologi dasar timbulnya edema perifer. Anamnesis yang harus ditanyakan adalah onset timbulnya edema, riwayat pengobatan, dan asesmen adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, tiroid, atau hepar.[1,5,6]
Edema perifer yang terjadi <72 jam biasanya lebih mengarah pada deep vein thrombosis (DVT), selulitis, sindrom kompartemen akibat trauma. Edema perifer yang kronis dapat disebabkan oleh kondisi sistemik, seperti gagal jantung kronik, penyakit ginjal, penyakit liver, dan kanker.[1,5,6]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan secara menyeluruh apabila ditemukan kecurigaan kondisi sistemik. Pada daerah edema, dokter perlu menilai apakah edema bersifat pitting, nyeri, dan apakah terdapat perubahan warna kulit.[1]
Apabila terdapat pitting edema, kondisi pasien dapat mengarah ke deep vein thrombosis (DVT), gagal jantung, atau gagal ginjal. Adanya perubahan warna kulit (kemerahan) dan nyeri pada palpasi dapat mengarah pada kondisi DVT atau selulitis. Pada edema perifer ekstremitas atas terisolasi, perlu dicurigai adanya obstruksi pada vena cava superior pada kasus keganasan.[1,5,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan indikasi. Pemeriksaan darah dilakukan untuk menilai gangguan sistemik, seperti brain natriuretic peptide pada gagal jantung, urinalisis dan ureum kreatinin pada penyakit ginjal, enzim hepar dan albumin pada penyakit liver. Pemeriksaan USG dapat membantu mendiagnosis kondisi DVT, insufisiensi vena kronis maupun obstruksi vena cava.[1,5,6]
Tata Laksana Definitif
Tata laksana definitif edema perifer adalah tatalaksana berdasarkan etiologinya. Selain itu, tatalaksana yang dapat dilakukan adalah membatasi kadar garam (sodium) pada makanan, terapi latihan fisik, pada beberapa kasus mungkin membutuhkan diuretik, penggunaan kaos kaki kompresi, dan posisi tubuh.[3,5]
Diuretik biasanya digunakan pada pasien dengan gagal jantung atau gagal ginjal (gagal ginjal kronis maupun gagal ginjal akut). Namun, sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan kondisi sirosis/gagal hati karena dapat menyebabkan sindrom hepatorenal atau gangguan hemodinamik.[2]
Terapi latihan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan posisi tubuh dan meningkatkan drainase limfatik dan venous return. Untuk penggunaan kaos kaki kompresi dan posisi tubuh biasanya dilakukan pada kondisi edema perifer akibat trombosis vena dalam atau insufisiensi vena kronis. Untuk posisi tubuh, tungkai dapat dinaikkan di di atas level jantung selama 30 menit 3-4x/per hari.[2,3,5]
Klik di sini untuk menonton video ALOMEDIKA mengenai pembahasan tanda bahaya edema perifer.
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri