Mengetahui red flag atau tanda bahaya palpitasi akan membantu dokter mengenali pasien mana yang memerlukan perawatan dan investigasi lanjutan dan mana yang bisa mendapat terapi rawat jalan. Palpitasi dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung, penyakit sistemik, dan gangguan psikologis, sehingga peran dokter sangat penting dalam membedakan karakteristik klinis palpitasi risiko tinggi dan memerlukan tindak lanjut segera dari palpitasi risiko rendah yang mungkin hanya memerlukan observasi berkala dan reassurance.
Definisi dan Kemungkinan Etiologi Palpitasi
Palpitasi adalah suatu ketidaknyamanan subjektif karena pulsasi jantung yang terasa berlebihan. Keluhan dapat berupa perasaan berdebar-debar, denyut yang sangat cepat, jantung berpacu, atau perasaan jantung melompat-lompat.[1]
Sebagian kasus palpitasi tidak berkaitan langsung dengan adanya disritmia. Dalam sebuah studi di salah satu Rumah Sakit Pendidikan di Australia, 41% pasien dengan palpitasi yang memerlukan penanganan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki etiologi aritmia jantung yang jelas; 31% pasien memiliki palpitasi yang berkaitan dengan gangguan psikologis; dan 16% lainnya tidak memiliki penyebab yang pasti.[2]
Palpitasi dapat disebabkan berbagai hal yang bersifat jinak atau tidak berbahaya, seperti konsumsi kafein, konsumsi alkohol, stres psikologis, aktivitas fisik, atau obat-obatan seperti teofilin. Palpitasi juga bisa disebabkan oleh kondisi psikologis seperti ansietas, depresi, gangguan somatisasi, atau gangguan panik. Namun, palpitasi juga bisa disebabkan oleh kondisi medis seperti anemia, tirotoksikosis, penyakit Paget, dan sindrom Brugada.
Pada kasus yang lebih serius, palpitasi bisa disebabkan oleh abnormalitas struktur jantung, gangguan konduksi ventrikel, gagal jantung, dan kondisi kegawatdaruratan seperti infark miokard akut.[3]
Red Flag Palpitasi
Kemampuan identifikasi red flag pada palpitasi sangat penting dikuasai dokter untuk membedakan pasien yang memerlukan tindakan diagnostik lanjutan dan pasien yang cukup memerlukan observasi dengan skema rawat jalan.
Berikut ini adalah red flag yang perlu diperhatikan pada pasien dengan gejala palpitasi:
- Palpitasi yang disertai sinkop atau hampir sinkop
- Palpitasi yang memburuk saat aktivitas atau bekerja
- Palpitasi yang mengganggu tidur pasien
- Adanya gejala kardiopulmonal penyerta seperti nyeri dada, dyspnea, orthopnea, atau edema tungkai
- Pasien dengan riwayat penyakit jantung struktural
- Pasien dengan gambaran EKG abnormal
- Riwayat keluarga dengan kematian mendadak atau sinkop berulang
- Pasien berusia lanjut (di atas 65 tahun)
- Palpitasi disertai denyut nadi >120 kali/menit atau <45 kali/menit saat istirahat[4,5]
Secara khusus, Wolff dan Cowan membagi derajat risiko aritmia berdasarkan temuan anamnesis, elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk membantu klinisi dalam menentukan langkah pemeriksaan atau pengobatan lanjutan terhadap pasien yang datang dengan keluhan palpitasi yang bisa dilihat pada Tabel 1.[6,7]
Tabel 1. Derajat Risiko Aritmia yang Berhubungan dengan Palpitasi Berdasarkan Temuan Anamnesis, EKG, dan Pemeriksaan Penunjang Lain
Derajat Risiko | Temuan Anamnesis | Temuan Elektrokardiogram (EKG) | Temuan Pemeriksaan Penunjang Lainnya |
Tinggi | 1.Palpitasi sehubungan dengan latihan fisik 2.Adanya sinkop atau pre-sinkop 3.Riwayat kematian mendadak akibat penyakit jantung atau kelainan jantung bawaan dalam keluarga | Gambaran blokade atrioventrikuler berat | Penyakit jantung struktural risiko tinggi |
Sedang | 1.Riwayat takiaritmia rekurens 2.Palpitasi disertai gejala yang relevan | Gambaran EKG abnormal lain (selain blokade AV berat) | Penyakit jantung struktural |
Rendah | 1.Sensasi denyut jantung “hilang dan muncul seketika” (skipped beats) 2.Sensasi berdegup kuat tapi irama lambat (slow pounding) | Gambaran EKG normal | Tidak ditemukan penyakit jantung struktural |
Sumber: dr. Sunita, 2020[6,7]
Tindak Lanjut Terhadap Pasien dengan Red Flag Palpitasi
Tata laksana lanjutan terhadap sebagian besar pasien sangat ditentukan oleh adanya etiologi aritmia spesifik yang dibuktikan dengan gambaran EKG 12 sadapan serta derajat risiko aritmia. Bila etiologi aritmia telah diidentifikasi, pilihan terapi yang dapat disarankan kepada pasien meliputi nasehat modifikasi gaya hidup, reassurance, pencegahan terhadap segala pencetus aritmia yang relevan, terapi farmakologi, rujukan ke dokter spesialis jantung, hingga prosedur elektrofisiologis yang kompleks sesuai indikasi.[1,6]
Palpitasi dengan Aritmia
Pada pasien palpitasi dengan aritmia, tata laksana sebaiknya mencakup:
- Stabilisasi dan kembalikan irama sinus bila memungkinkan. Lakukan konsultasi dengan Kardiologi
- Evaluasi penyebab yang mendasari dan lakukan pengobatan sesuai indikasi
- Jika irama sinus tidak dapat dikembalikan, pertimbangkan terapi rate control, antikoagulan, dan kateterisasi atau terapi bedah, sesuai penyebab aritmia
Palpitasi dengan EKG Normal
Pada pasien palpitasi dengan EKG yang normal, tata laksana sebaiknya mencakup:
- Evaluasi risiko
- Observasi sesuai indikasi dan hasil evaluasi risiko. Apabila diperlukan, lakukan pemantauan dengan Holter ECG
- Identifikasi penyebab yang mendasari, misalnya hipertiroid atau anemia, dan lakukan terapi yang sesuai
- Lakukan pemeriksaan psikiatri jika ada indikasi. Apabila palpitasi disebabkan oleh kelainan psikiatri, edukasi pasien dengan reassurance yang baik dan tata laksana penyakit yang mendasari
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri