Skrining dan profilaksis infeksi Streptococcus grup B pada kehamilan bertujuan untuk mengurangi risiko infeksi pada neonatus, misalnya pneumonia, meningitis, dan sepsis. Streptococcus grup B atau GBS adalah salah satu penyebab infeksi onset dini dan onset lambat pada neonatus. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang berada di saluran cerna dan saluran kemih ibu.[1]
Insiden kolonisasi GBS pada kehamilan adalah 10–30%. Tanpa upaya profilaksis, 1–2% neonatus yang lahir dari ibu dengan kolonisasi GBS akan mengalami infeksi onset dini GBS. Namun, pelaksanaan upaya profilaksis juga menjadi tantangan tersendiri karena metode skrining terbaik untuk GBS masih diperdebatkan. Sekitar 60% kasus infeksi GBS onset dini pada neonatus berasal dari ibu yang kultur rektovaginalnya tampak negatif saat usia kehamilan 35–37 minggu.[1,2]
Dampak Infeksi Streptococcus Grup B pada Kehamilan
Studi Ying, et al. melaporkan insiden infeksi GBS pada neonatus sebesar 1,09 per 1.000 kelahiran hidup, di mana sekitar 63,1% neonatus mengalami pneumonia, 88,9% neonatus mengalami sepsis, dan 8,1% neonatus mengalami kematian. Persalinan preterm (<37 minggu), demam maternal saat persalinan, dan ketuban pecah dini (>18 jam) adalah faktor risiko infeksi GBS onset dini pada neonatus.[1,3]
Terapi profilaksis intrapartum yang tepat sasaran dilaporkan dapat mengurangi insiden infeksi GBS onset dini pada neonatus hingga 80%. Efikasi profilaksis intrapartum adalah sekitar 80–89%. Sayangnya, skrining GBS prenatal dengan menggunakan kultur tidak selalu berhasil mengidentifikasi ibu hamil dengan kolonisasi GBS saat persalinan, karena kolonisasi GBS di saluran genital mungkin bersifat temporer saja.[1,3]
Skrining Infeksi Streptococcus Grup B pada Kehamilan
Tinjauan sistematik Taminato, et al. melaporkan bahwa skrining universal pada semua ibu hamil yang diikuti dengan pemberian antibiotik profilaksis bersifat aman dan efektif untuk menekan angka kejadian sepsis neonatorum secara signifikan.[4]
Pertama-tama, Taminato, et al. membandingkan grup ibu hamil yang menjalani skrining universal untuk deteksi GBS dan grup ibu hamil yang tidak menjalani skrining. Hasil menunjukkan bahwa insiden sepsis neonatorum menurun signifikan pada grup yang diskrining (OR 0,43; 95%CI 0,25–0,73).[4]
Taminato, et al. juga membandingkan grup ibu hamil yang menjalani skrining universal dan grup ibu hamil yang menjalani skrining selektif berdasarkan faktor risiko. Faktor risiko tersebut adalah persalinan preterm <37 minggu, riwayat bakteriuria GBS, demam, ketuban pecah dini ≥18 jam, dan riwayat infeksi neonatus pada persalinan sebelumnya. Hasil menunjukkan bahwa insiden sepsis neonatorum menurun lebih signifikan pada kelompok skrining universal (OR 0,25; 95% CI 0,16–0,37).[1,4]
Studi Gerolymatos, et al. membandingkan deteksi GBS di masa antenatal dengan kultur dan nucleic acid amplification test (NAAT) berupa polymerase chain reaction (PCR). Studi dilakukan pada 857 wanita hamil dan 370 wanita tidak hamil. Studi ini bertujuan untuk mengetahui angka kolonisasi GBS pada wanita hamil dan tidak hamil, sambil membandingkan metode kultur dan PCR. Sampel sama-sama diambil dari vagina dan rektum.[5,6]
Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa angka kolonisasi GBS pada wanita tidak hamil dan wanita hamil trimester pertama hampir sama. Akan tetapi, angka kolonisasi GBS meningkat pada wanita hamil trimester ketiga. Pada trimester ketiga, PCR mampu mendeteksi lebih banyak kasus GBS daripada kultur (22,6% vs 18,4% pada sampel vaginal; 21,2% vs 18,1% pada sampel rektal).[5,6]
Studi tersebut menyimpulkan bahwa kolonisasi GBS lebih banyak terjadi pada trimester ketiga dan PCR dapat digunakan sebagai metode skrining GBS yang cepat dan bermanfaat. PCR mampu mendeteksi lebih banyak kolonisasi GBS daripada metode kultur.[5,6]
Antibiotik Profilaksis untuk Infeksi Streptococcus Grup B pada Kehamilan
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan skrining GBS secara universal pada seluruh wanita hamil di usia kehamilan 36–38 minggu. Seluruh wanita yang memiliki hasil skrining positif direkomendasikan untuk mendapatkan antibiotik profilaksis intrapartum kecuali bila wanita tersebut menjalani sectio caesarea (SC) pre-labor saat membran amnion masih intak.[1,5]
Menurut ACOG, hal-hal yang menjadi indikasi pemberian profilaksis GBS adalah:
- Adanya riwayat infeksi GBS neonatus pada persalinan sebelumnya
- Kultur rektovaginal GBS positif pada usia kehamilan ≥36 minggu (kecuali bila pasien menjalani sectio caesarea pre-labor saat membran amnion masih intak) atau adanya bakteriuria GBS pada trimester berapa pun di kehamilan saat ini
- Status GBS tidak diketahui saat intrapartum (kultur sebelumnya tidak dilakukan) tetapi ada minimal satu dari: (1) persalinan preterm <37 minggu; (2) ketuban pecah dini ≥18 jam; (3) suhu tubuh ibu intrapartum ≥38°C; (4) hasil PCR GBS intrapartum positif[1,5]
Pilihan Antibiotik Profilaksis untuk Infeksi Streptococcus Grup B
Penicillin G intravena (IV) adalah pilihan terapi profilaksis untuk infeksi GBS intrapartum yang diberikan dalam dosis 5 juta unit IV. Dosis tersebut kemudian disusul dengan dosis 2,5–3 juta unit tiap 4 jam saat persalinan hingga bayi lahir. Alternatif dari terapi tersebut adalah ampicillin dosis 2 gram IV yang disusul dengan dosis 1 gram tiap 4 jam hingga bayi lahir.[1,7]
Pada pasien yang alergi terhadap penicillin, cefazolin dapat diberikan dengan dosis 2 gram IV yang disusul dengan dosis 1 gram tiap 8 jam. Ada laporan resistansi GBS terhadap golongan fluorokuinolon, makrolida, dan vancomycin.[1]
Food and Drug Administration (FDA) mengemukakan bahwa kategori keamanan pada kehamilan untuk penicillin G, ampicillin, dan cefazolin adalah kategori B, yang berarti tidak ada risiko teratogenik pada subjek hewan.[1,7]
Kesimpulan
Kolonisasi Streptococcus grup B (GBS) pada saluran genital ibu berisiko menyebabkan infeksi GBS pada neonatus, yakni berupa pneumonia, meningitis, hingga sepsis. Untuk mengurangi risiko infeksi GBS pada neonatus, skrining kolonisasi GBS dengan metode kultur disarankan bagi seluruh wanita hamil di usia kehamilan ≥36 minggu. Metode PCR dapat digunakan sebagai skrining kolonisasi GBS intrapartum karena hasilnya yang cepat dan akurat.
Pemberian antibiotik profilaksis GBS diindikasikan bagi ibu yang memiliki riwayat infeksi GBS neonatus pada persalinan sebelumnya, ibu yang memiliki hasil kultur rektovaginal GBS positif, dan ibu yang mengalami bakteriuria GBS pada trimester berapa pun. Selain itu, antibiotik profilaksis juga disarankan bagi ibu yang tidak memiliki hasil kultur GBS tetapi memiliki minimal satu faktor risiko GBS atau memiliki hasil PCR GBS positif intrapartum.