Suplementasi magnesium sering dipasarkan sebagai obat yang dapat mencegah dan menata laksana kram otot. Namun, studi-studi yang ada saat ini masih menunjukkan hasil yang kontradiktif terkait manfaat dan risiko pemberian suplementasi magnesium pada kasus kram otot.
Kram otot merupakan kondisi yang sering ditemukan pada orang sehat maupun orang dengan penyakit tertentu. Insidensi kram otot pada populasi orang dewasa sehat dilaporkan berkisar antara 30–50% dan terutama ditemukan pada orang tua, atlet, dan ibu hamil. Sementara itu, insidensi kram otot pada populasi orang dewasa dengan penyakit tertentu dilaporkan bervariasi tergantung jenis penyakitnya.[1]
Sekilas tentang Etiologi dan Patofisiologi Kram Otot
Kram otot merupakan kontraksi otot skelet yang terjadi secara tiba-tiba, involunter, dan spasmodik. Selain karena kondisi fisiologis seperti kehamilan dan olahraga, kram otot juga dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya amiotropik lateral sklerosis (ALS), polineuropati, radikulopati, kram kaki nokturnal, dan penyakit ginjal kronis yang terus membutuhkan hemodialisis.
Selain itu, kram otot juga dapat disebabkan oleh efek samping obat tertentu, misalnya obat golongan statin, diuretik, inhibitor asetilkolinesterase, bronkodilator, beta agonis, steroid, morfin, cimetidine, antiretroviral, kardiotropik, psikotropika, dan obat antikanker.
Hingga saat ini, patofisiologi kram otot masih belum dipahami dengan baik. Beberapa studi mengaitkan kram otot dengan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, sementara beberapa studi yang lain menghubungkan kram otot dengan gangguan sistem saraf pusat dan saraf tepi. Hasil dari studi-studi ini masih inkonklusif.[1,2]
Hipotesis tentang Pengaruh Magnesium pada Kram Otot
Magnesium diperkirakan dapat mengurangi kontraksi otot skelet dengan cara beraksi antagonis terhadap kalsium yang berikatan pada kanal ion atau pada protein pengikat. Suplementasi magnesium banyak dipercaya bermanfaat untuk berbagai kondisi medis, termasuk insomnia dan kram otot.
Kontraksi otot sangat dependen pada pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma dan pada pengikatan kalsium pada troponin C dan miosin. Adanya magnesium sebagai kompetitor kalsium dalam ikatan ini akan mengurangi kontraksi otot skelet. Pada kondisi hipomagnesemia, terjadi hipereksitabilitas neuron dan hiperkontraktibilitas otot yang bisa menyebabkan kram otot.[3]
Evaluasi Efikasi dan Keamanan Suplementasi Magnesium untuk Kram Otot
Berbagai uji klinis acak terkontrol, tinjauan sistematik, dan meta analisis telah dilakukan untuk mempelajari efikasi dan keamanan suplementasi magnesium bila diberikan pada pasien untuk mencegah dan menangani kram otot.
Studi oleh Schwalfenberg et al
Tinjauan yang dilakukan oleh Schwalfenberg et al terhadap beberapa studi melaporkan bahwa pemberian magnesium untuk menangani kram otot menunjukkan tren yang positif tetapi tidak signifikan secara statistik. Ada studi yang menyatakan bahwa suplementasi magnesium dapat bermanfaat pada kasus kram otot ibu hamil tetapi ada juga studi yang melaporkan bahwa hal ini tidak bermanfaat.
Hasil yang bertentangan ini diduga terjadi karena pada kasus kram otot, sering kali penyebab bukan hanya defisiensi magnesium tetapi juga defisiensi mineral lain, seperti kalsium dan kalium. Meskipun keamanan suplementasi magnesium dinilai baik, bukti ilmiah untuk manfaatnya terhadap kram otot masih tidak adekuat.[4]
Studi oleh Araújo et al
Araújo et al meneliti efek suplementasi magnesium untuk mengurangi kejadian kram otot pada 132 ibu hamil. Studi ini merupakan suatu uji klinis observasional. Partisipan diacak untuk mendapatkan suplementasi magnesium sitrat atau plasebo. Hasil studi menunjukkan bahwa penurunan kejadian kram otot tidak berbeda signifikan antara kedua grup tersebut. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa suplementasi magnesium tidak menurunkan kejadian kram otot pada kehamilan.[5]
Studi oleh Nelson et al
Tinjauan oleh Nelson et al melaporkan bahwa pemberian suplementasi magnesium untuk mencegah kram otot akibat olahraga tidak memiliki bukti ilmiah yang kuat. Teori bahwa kram otot saat olahraga terjadi karena dehidrasi dan kehilangan magnesium melalui keringat juga belum memiliki basis yang kuat.[6]
Studi oleh Maor et al
Maor et al melakukan uji klinis acak terhadap 94 orang dewasa dengan kram kaki nokturnal. Bila dibandingkan dengan plasebo, suplementasi magnesium dilaporkan tidak memberikan pengaruh yang berbeda signifikan terhadap keparahan kram, durasi kram, maupun kualitas hidup pasien.[7]
Studi oleh Garrison et al
Suatu meta analisis terbaru yang dirilis Cochrane mempelajari 11 uji klinis dengan total 735 peserta. Pada meta analisis ini, pemberian suplementasi magnesium dilaporkan tidak memberikan efek preventif yang bermakna terhadap kram otot orang dewasa. Pemberian pada ibu hamil masih menunjukkan hasil yang inkonklusif, di mana ada studi yang menunjukkan manfaat dan ada studi yang bertentangan.
Studi-studi yang ada tentang suplementasi magnesium dinilai masih memiliki populasi yang berukuran terlalu kecil. Selain itu, meta analisis ini juga belum dapat menentukan manfaat magnesium pada kram otot akibat olahraga atau akibat penyakit lain seperti amiotropik lateral sklerosis karena jumlah studinya masih amat terbatas.
Terkait efek samping suplementasi magnesium, meta analisis ini menyatakan bahwa magnesium tidak meningkatkan risiko efek samping mayor bila dibandingkan dengan plasebo. Namun, ada peningkatan risiko efek samping gastrointestinal minor, misalnya diare.[8]
Kesimpulan
Meskipun suplementasi magnesium banyak dipromosikan sebagai profilaksis dan terapi kram otot, bukti ilmiah yang ada menunjukkan bahwa praktik ini tidak memiliki manfaat yang signifikan bila dibandingkan plasebo. Suplementasi magnesium memang dinilai memiliki profil keamanan yang baik tetapi efikasinya untuk kram otot secara umum belum terbukti. Pada ibu hamil, hasil masih tampak inkonklusif, sehingga studi dengan skala yang lebih besar masih diperlukan.