Indikasi Sirkumsisi
Terdapat sejumlah indikasi tindakan medis dilakukannya sirkumsisi antara lain fimosis, parafimosis, balanitis and posthitis. Terdapat juga pertimbangan nonmedis seperti rutinitas keagamaan atau budaya tertentu yang menuntut dilakukannya sirkumsisi.
Fimosis dan Parafimosis
Fimosis adalah kondisi berupa preputium (foreskin) penis melekat kencang pada glans penis sehingga tidak dapat diretraksi ke arah proksimal. Sekitar 90% batita normal tidak dapat meretraksi preputium secara penuh akibat adanya adhesi antara preputium dan glans penis. Fimosis yang parah ditandai dengan preputium yang menggelembung (ballooning) saat berkemih.
Fimosis dapat juga terjadi akibat balanitis karena inflamasi berulang menyebabkan pembentukan jaringan parut sehingga preputium tidak dapat diretraksi. Sebaliknya, fimosis juga dapat menyebabkan balanitis karena higiene yang buruk pada penderita fimosis.
Parafimosis merupakan ketidakmampuan preputium yang teretraksi untuk kembali ke keadaan semula. Hal ini dapat menyebabkan glans penis terjepit sehingga arus balik vena terhambat dan terjadi edema glans serta risiko iskemia. Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan urologi yang memerlukan reduksi manual segera atau insisi dorsal jika reduksi manual tidak dapat dilakukan. Sirkumsisi elektif perlu dilakukan setelah kegawatdaruratan tertangani.
Balanitis dan Posthitis
Balanitis merupakan peradangan pada glans penis sedangkan poshtitis merupakan peradangan pada preputium. Gejala mencakup edema, eritema, terasa hangat saat palpasi, serta terdapat nyeri tekan baik pada preputium, glans penis, atau keduanya, dan sering disertai dengan discharge purulen dari penis.
Kondisi ini berhubungan dengan higiene yang buruk atau infeksi menular seksual. Penanganan menggunakan antibiotik oral dan/atau topikal, kompres hangat, serta pemberian analgesik. Balanitis dan posthitis rekuren yang diasosiasikan dengan fimosis (dikenal juga sebagai balanitis xerotica obliterans) merupakan indikasi untuk sirkumsisi.
Mencegah Infeksi Saluran Kemih dan Pielonefritis
Tidak terdapat bukti ilmiah yang cukup kuat mengenai manfaat sirkumsisi untuk mencegah infeksi saluran kemih pada bayi laki-laki. Terdapat penurunan risiko infeksi saluran kemih sebesar 5-20 kali pada bayi yang disirkumsisi. Walau demikian, risiko absolut infeksi saluran kemih yang sangat rendah (<1%) pada populasi normal membuat sirkumsisi rutin tidak disarankan untuk indikasi pencegahan infeksi saluran kemih ini. Sirkumsisi diindikasikan pada bayi yang memiliki peningkatan risiko terjadinya infeksi saluran kemih akibat refluks vesikouretral dan hidronefrosis pada masa prenatal direkomendasikan untuk dilakukan sirkumsisi.
Mengurangi Insidensi HIV pada Laki-Laki
Studi menunjukkan terdapat penurunan risiko terkena HIV sekitar 60% pada laki-laki yang disirkumsisi, baik laki-laki heteroseksual maupun homoseksual. Sirkumsisi perlu dipertimbangkan pada negara dengan prevalensi HIV sedang-tinggi, termasuk Indonesia. Walau demikian, pencegahan HIV tidak cukup dilakukan hanya dengan sirkumsisi dan harus disertai dengan edukasi serta tindakan protektif, misalnya penggunaan kondom. [9]
Infeksi Menular Seksual
Selain menurunkan risiko infeksi HIV, sirkumsisi juga menurunkan risiko terkena infeksi menular seksual lainnya, seperti sifilis dan chancroid. Sirkumsisi juga menurunkan risiko infeksi HPV pada penis sehingga menurunkan risiko kanker serviks pada pasangan wanita. Walau demikian, vaksinasi HPV tetap merupakan metode paling efektif untuk eliminasi HPV genital. [1,10]