Komplikasi Sirkumsisi
Tindakan medis sirkumsisi seperti operasi lainnya tetap memiliki kemungkinan komplikasi, walau jarang terjadi. Komplikasi yang timbul mulai dari yang bersifat minor dan tidak membahayakan hingga komplikasi berat berupa kematian.
Komplikasi akibat sirkumsisi perlu dibedakan antara komplikasi akibat anestesi, komplikasi dini, serta komplikasi jangka panjang.
Komplikasi akibat Anestesi
Komplikasi akibat efek samping anestesi, antara lain:
- Methemoglobinemia
- Ruam kulit
- Kulit pucat
- Reaksi alergi berat berupa angioedema dan anafilaksis
Komplikasi Dini
Komplikasi dini yang dapat terjadi akibat sirkumsisi adalah perdarahan, infeksi, nyeri.
Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi setelah sirkumsisi. Umumnya, perdarahan dapat terkontrol dengan hemostasis.
Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi yang juga umum terjadi setelah sirkumsisi, dan umumnya dapat ditangani dengan menggunakan antibiotik oral atau topikal.
Nyeri
Komplikasi nyeri setelah sirkumsisi dapat dikontrol menggunakan paracetamol.
Retensi Urine
Komplikasi retensi urine dapat terjadi akibat nyeri atau pembengkakan setelah sirkumsisi.
Komplikasi Jangka Panjang
Kerusakan jaringan atau pembentukan jaringan parut dapat menyebabkan komplikasi masalah fungsional atau anatomis pada penis. Komplikasi jangka panjang yang paling umum terjadi adalah stenosis meatal urethra. Komplikasi lainnya adalah:
-
Chordee (kepala penis melengkung akibat eksisi preputium berlebihan)
- Hipospadia iatrogenik atau fistula uretrokutaneus
- Torsio penis
- Tampilan penis yang tidak memuaskan secara kosmetik
-
Skin bridge: adhesi antara kulit korpus penis dan glans penis
- Disfungsi seksual
-
Fimosis sekunder, terutama pada penile web atau buried penis
- Nekrosis granular hingga amputasi glans penis
Walaupun jarang, namun kasus kematian akibat sirkumsisi pernah dilaporkan di New York dengan insidensi 1 per 500.000 kasus. Mortalitas yang terjadi disebabkan oleh stasis pembuluh darah, tetanus, dan sepsis. [1-6,8,13]