Teknik Dekompresi Jarum
Teknik dekompresi jarum adalah dengan memasukan gauge besar pada intercostal space (ICS) 5 di sisi anterior dari linea midaksila atau ICS 2 linea midklavikula. Tujuan dari tindakan ini adalah menurunkan tekanan intrapleura sehingga fungsi kardiorespirasi kembali baik sembari menunggu tindakan definitif.
Persiapan Pasien
Sebelum melakukan tindakan dekompresi jarum, persiapan pasien yang perlu dilakukan sebagai berikut :
- Lakukan informed consent pada pasien dan atau keluarga pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan, tujuan, manfaat, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi selama proses atau pasca tindakan dekompresi jarum
- Pasien harus mengetahui bahwa tindakan dekompresi jarum merupakan pertolongan pertama yang sifatnya sementara, dan setelahnya akan diikuti dengan pemasangan chest tube atau kateter interkostal. Pastikan pasien atau keluarga pasien menandatangani lembar persetujuan tindakan dan informed consent
- Pastikan pasien sudah terpasang monitor beserta pulse oximetry, berikan oksigen 100% high flow dan berikan ventilasi jika diperlukan
Perlu dicatat bahwa tindakan ini sering dilakukan dalam setting gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa. Oleh karena itu, tindakan persiapan (termasuk informed consent) bisa ditunda dan dilakukan setelah tindakan. [8-10]
Peralatan
Peralatan yang harus disiapkan untuk tindakan dekompresi jarum yakni :
- Alat pelindung diri (sarung tangan steril, gown, dan masker)
- Larutan povidone iodine 10% atau chlorhexidine 2%
- Spuit 5 cc dengan needle 25G, isi dengan lidocaine 1-2% sebanyak 4 cc untuk tindakan anestesi lokal
Large bore needle (ukuran 14-16G), dan kateter over-the-needle dengan panjang setidaknya 5–8 cm
- Gauze tape
Posisi Pasien
Posisi pasien saat tindakan dekompresi jarum disesuaikan dengan lokasi insersi jarum. Jika insersi jarum dilakukan di second intercostal space (ICS 2) linea midklavikula, maka pasien diposisikan dalam kondisi terlentang. Namun, jika insersi jarum dilakukan di ICS 4 atau 5 anterior dari linea midaksila, maka sebaiknya pasien dalam posisi terlentang dengan tangan diabduksi, atau pasien bisa dalam posisi duduk atau lateral dekubitus. Tujuannya adalah untuk memudahkan proses pemasangan chest tube atau kateter interkostal setelahnya. [1,8,9]
Prosedural
Sebelum melakukan tindakan dekompresi jarum, pasang monitor dan pulse oximetry pada pasien, berikan oksigen 100% high flow dan berikan ventilasi jika diperlukan. Pastikan posisi pasien sudah tepat dan nyaman, dan peralatan sudah siap. Prosedur dari tindakan dekompresi jarum adalah :
- Cuci tangan kemudian gunakan alat pelindung diri
- Berikan tanda pada lokasi untuk insersi. Pada anak-anak, dilakukan di linea midklavikula ICS 2. Sedangkan pada orang dewasa, bisa dilakukan pada linea midklavikula di ICS 2 atau pada sisi anterior dari linea midaksila di ICS 5
- Lakukan prosedur aseptik dan antiseptik
- Lakukan tindakan anestesi jika waktu dan kondisi memungkinkan
- Lakukan insersi large bore needle ukuran 14–16G atau kateter over-the-needle (dengan panjang setidaknya 5–8 cm) dengan terpasang spuit 10 cc Luer-Lok yang sudah diisi dengan 3 cc cairan normal saline, gunanya untuk identifikasi udara yang teraspirasi. Insersi jarum dilakukan tepat di atas tulang iga ke-3 (jika lokasi insersi dilakukan pada ICS 2), atau tepat di atas tulang iga ke-6 (jika lokasi insersi dilakukan pada ICS 5)
- Pada saat penusukan jarum, usahakan posisi jarum tegak lurus dengan dinding dada
- Setelah jarum menembus pleura parietal, lihat apakah tampak gelembung saat dilakukan aspirasi. Jika ya, lepaskan spuit, kemudian dengarkan bunyi udara yang keluar dari jarum (hissing sound)
- Cabut jarum dengan meninggalkan kateter masih berada di dalam rongga pleura, lakukan fiksasi dan stabilisasi kateter
- Setelah tindakan dekompresi jarum, cek kembali status airway, breathing dan circulation (ABC) pada pasien
- Selanjutnya, segera persiapkan alat dan bahan untuk dilakukan pemasangan chest tube atau kateter interkostal [1,11]
Terdapat perbedaan lokasi insersi pada dekompresi jarum yang diperbarui yakni yang pada mulanya dianjurkan dilakukan pada linea midklavikula di ICS 2 menjadi penusukan pada sisi anterior dari linea midaksila di ICS 5. Alasan dari perubahan lokasi ini karena penusukan di ICS 5 diduga lebih aman (risiko perdarahan lebih rendah), dan sama dengan lokasi pemasangan chest tube atau kateter interkostal pada tindakan selanjutnya. [6,11]
Follow Up
Setelah dilakukan dekompresi jarum, pastikan status dari ABC pasien stabil. Pemeriksaan ABC yakni berupa pemeriksaan patensi jalan nafas, frekuensi dan pola pernafasan, saturasi oksigen, pulsasi, dan tekanan darah. Setelah itu, segera lakukan pemasangan chest tube atau kateter interkostal yang terhubung dengan water seal drainage (WSD).
Follow up selanjutnya yang perlu dilakukan adalah rontgen toraks setelah pemasangan chest tube atau kateter interkostal, untuk menilai kembali ekspansi paru-paru, posisi kateter interkostal dan menilai kembali deviasi mediastinum akibat tension pneumothorax. [1,2,8]