Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Perawatan Umbilikus pada Neonatus adira-deandra-chairie 2025-04-17T15:28:37+07:00 2025-04-17T15:28:37+07:00
Perawatan Umbilikus pada Neonatus
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Perawatan Umbilikus pada Neonatus

Oleh :
dr.Nailla Fariq Alfiani
Share To Social Media:

Teknik perawatan umbilicus atau tali pusat pada neonatus dilakukan setelah lahir dengan penundaan penjepitan tali pusat, perawatan secara bersih dan kering, dan menggunakan ASI.[4,6–11,36,37]

Persiapan Pasien

Persiapan pasien dimulai dari bayi baru lahir dengan menilai tone, breathing, dan term (TBT) untuk memutuskan penundaan penjepitan tali pusat. Bila bayi lahir tanpa perlu resusitasi atau pemberian positive pressure ventilation (PPV), penundaan penjepitan tali pusat minimal 1 menit perlu dilakukan.

Pada perawatan sehari-hari, persiapan pasien dilakukan selayaknya bayi yang akan mandi serta melihat ada atau tidaknya tanda infeksi pada tali pusat dan kulit sekitarnya, seperti kemerahan, adanya nanah atau berbau.[4,6,14,15,20,21,35]

Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk perawatan umbilicus atau tali pusat pada neonatus bergantung pada setting waktu dan tempat, yaitu setelah bayi lahir atau perawatan di rumah seperti perawatan bersih dan kering atau menggunakan ASI.[4,5–12]

Peralatan yang digunakan untuk perawatan tali pusat pada bayi baru lahir (BBL) adalah:

  • Alat pelindung diri (APD), seperti apron, sarung tangan steril, dan masker
  • Klem desinfeksi tingkat tinggi (DTT) sebanyak 2 buah
  • Gunting desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril
  • Benang desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril
  • Larutan klorin 0,5% untuk desinfeksi peralatan yang sudah digunakan[4,5–12]

Peralatan yang digunakan untuk perawatan tali pusat di rumah adalah:

  • Untuk perawatan kering diperlukan sabun, air bersih, kasa steril
  • Untuk perawatan dengan ASI diperlukan ASI, pipet steril, wadah steril untuk ASI
  • Untuk perawatan pada tali pusat kotor diperlukan air DTT (air yang direbus mendidih dan dibiarkan 20 menit) dan sabun
  • Untuk perawatan tali pusat yang curiga infeksi diperlukan alkohol 70% atau povidone iodine 10% dan kasa steril[4,5–12]

Penggunaan antiseptik rutin seperti alkohol 70% dan povidone iodine 10% tidak direkomendasikan. Alkohol 70% mudah menguap (dalam 2 menit) dan berhubungan dengan pelepasan umbilicus yang lebih lama, sehingga efektivitasnya lebih rendah dalam mengurangi kolonisasi bakteri. Sedangkan penggunaan povidone iodine berhubungan dengan waktu pelepasan tali pusat yang lebih lama.

Edukasi orang tua untuk menghindari penggunaan metode tradisional perlu dilakukan. Edukasi terutama menghindari penggunaan tanah dan materi tumbuhan, yang berisiko infeksi termasuk tetanus neonatorum yang bersifat fatal.[39]

Posisi Pasien

Posisi pasien pada saat perawatan umbilikus atau tali pusat adalah posisi supine. Posisi ini membantu memudahkan perawatan tali pusat serta membantu agar tali pusat tetap kering dan tidak lembab.[14,26]

Prosedural

Prosedural perawatan umbilikus atau tali pusat pada neonatus berbeda antara perawatan pada BBL dan perawatan sehari hari dengan teknik perawatan kering, menggunakan antiseptik, dan menggunakan ASI.[6–8,26–28]

Perawatan Tali Pusat pada Bayi Bayi Lahir

Dua menit setelah bayi lahir, klem, potong dan ikat tali pusat. Oksitosin disuntikkan sebelum tali pusat dipotong. Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dengan napas spontan tanpa keperluan resusitasi adalah sebagai berikut:

  1. Jepit tali pusat dengan klem DTT pertama sejauh 3 cm dari dinding perut atau tunggul/stump bayi
  2. Dari titik jepitan, tekan dan dorong isi tali pusat ke arah ibu agar darah tidak terpancar saat pemotongan tali pusat, kemudian gunakan klem DTT ke–2 untuk menjepit tali pusat 2 cm ke arah ibu dari klem pertama
  3. Pegang tali pusat antara kedua klem DTT dengan satu tangan, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem dengan gunting steril
  4. Ikat tali pusat dengan benang steril pada satu sisi, lalu dilingkarkan kembali dan buat simpul kunci baru pada sisi lainnya
  5. Lepaskan klem penjepit tali pusat, kemudian desinfeksi dengan memasukkan ke dalam larutan klorin 0,5%
  6. Posisikan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisiasi menyusu dini (IMD)[35–37]

Bila bayi lahir dan tidak didapatkan napas spontan, lakukan stimulasi dengan back rubbing sebanyak 2–3 kali sebelum memutuskan untuk tidak melakukan penundaan penjepitan tali pusat maupun pemberian positive pressure ventilation (PPV).

Penjepitan tali pusat <1 menit diperbolehkan bila bayi asfiksia, memerlukan positive pressure ventilation (PPV), maupun harus dipindahkan karena resusitasi. Pemotongan tali pusat disarankan lebih panjang, yaitu 6–8 cm, apabila diputuskan pemberian akses umbilicus. Pada bayi yang memerlukan resusitasi, milking dapat dilakukan sebagai alternatif penundaan penjepitan tali pusat.[16,35–37]

Perawatan Umbilicus Secara Bersih dan Kering

Perawatan umbilicus atau tali pusat secara bersih dan kering yang disarankan adalah secara terbuka. Perawatan bersih dan kering secara terbuka dilakukan dengan membiarkan umbilicus terbuka setelah dibersihkan. Perawatan terbuka ini direkomendasikan, karena pelepasan umbilicus menjadi lebih cepat.[6,7,12,29]

Langkah perawatan tali pusat secara bersih dan kering adalah:

  1. Cuci tangan sebelum melakukan perawatan tali pusat kemudian keringkan

  2. Perhatikan adanya tanda infeksi pada tali pusat dan kulit sekitarnya, seperti kemerahan, adanya pus, atau berbau
  3. Bersihkan dengan sabun dan air bersih
  4. Keringkan dengan melakukan tapping menggunakan kasa steril
  5. Biarkan tali pusat terbuka, lipat bagian atas popok ke bawah tunggul tali pusat agar tidak menutupi tali pusat, dan gunakan pakaian yang longgar pada bayi
  6. Cuci tangan kembali setelah melakukan perawatan tali pusat[6,7,12,16,29,35–37]

Apabila puntung tali pusat kotor, bersihkan dengan air DTT dan sabun. Kemudian segera keringkan menggunakan kain bersih. Bila didapatkan tanda infeksi atau pada tali pusat dan kulit sekitarnya, alkohol 70% dapat dioleskan sebelum membawa bayi ke fasilitas kesehatan.[16,29,35–37]

Perawatan Umbilikus Menggunakan ASI

Perawatan umbilikus menggunakan ASI dilakukan dengan cara:

  1. Tampung ASI pada wadah steril
  2. Ambil ASI dengan menggunakan pipet steril sebanyak 4–6 tetes
  3. Oleskan merata pada umbilikus
  4. Biarkan ASI mengering[18,26,27]

Penggunaan ASI direkomendasikan pada perawatan tali pusat karena mengandung protein dan imunoglobulin, yang berhubungan dengan waktu pelepasan tali pusat yang lebih cepat dan kejadian infeksi seperti omfalitis yang lebih rendah. ASI dapat mencegah terjadinya kolonisasi bakteri pada umbilikus karena merupakan antiseptik alami. Selain itu, ASI juga lebih efisien dari segi biaya.[18,26,27]


Follow Up

Follow up perawatan umbilikus atau tali pusat dilakukan bersamaan dengan kontrol bayi ke fasilitas kesehatan, yaitu pada hari ke-3, minggu ke 1–2, dan minggu ke 6. Tali pusat biasanya akan terlepas secara normal dalam 5–15 hari.

Pada perawatan di rumah, edukasi dilakukan pada caregiver bayi untuk melihat adanya tanda infeksi yang mengarah ke omfalitis, seperti kemerahan pada kulit di sekitar tali pusat, bau, dan munculnya pus. Pada keadaan ini, bayi perlu dibawa kembali ke fasilitas kesehatan walaupun belum waktunya follow up.[3–8,10,41]

Referensi

4. José Luis Leante Castellanos, Alejandro Pérez Muñuzuri, César W. Ruiz Campillo, et al. Recommendations for the care of the umbilical cord in the newborn, Anales de Pediatría (English Edition), Volume 90, Issue 6. 2019. Pages 401.e1-401.e5, ISSN 2341-2879, doi.org/10.1016/j.anpede.2019.01.009. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S234128791930078X
5. Ministry of Health Eswatini. Neonatal Care Clinical Guidelines. UNICEF and WHO. 2018. https://www.unicef.org/eswatini/media/631/file/UNICEF-Sd-Neonatal-Guidelines-report-2018.pdf
6. Natalia, Devira & Sendra, Eny & Toyibah, Afnani & Wijayanti, Lumastari & Setyarini, Arika. The Correlation of the Open Dry Treatment to Umbilical Cord Separation Time on Newborns. Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery). 9. 079-083. 10.26699/jnk.v9i1.ART.p079-083. (2022). https://www.researchgate.net/publication/360290591_The_Correlation_of_the_Open_Dry_Treatment_to_Umbilical_Cord_Separation_Time_on_Newborns
7. López-Medina MD, Linares-Abad M, López-Araque AB, López-Medina IM. Dry care versus chlorhexidine cord care for prevention of omphalitis. Systematic review with meta-analysis. Rev. Latino-Am. Enfermagem. 2019;27:e3106. DOI: http://dx.doi.org/10.1590/1518-8345.2695.3106. https://www.scielo.br/j/rlae/a/fvbpc47LcnFTRQ8qf6WG9ZG/?lang=en&format=pdf
8. Al-Shehri H. The Use of Alcohol versus Dry Care for the Umbilical Cord in Newborns: A Systematic Review and Meta-analysis of Randomized and Non-randomized Studies. Cureus, 11(7), e5103. (2019). https://doi.org/10.7759/cureus.5103
9. Mukunya, D., Haaland, M.E.S., Tumwine, J.K. et al. “The cord is the child”: meanings and practices related to umbilical cord care in Central Uganda. BMC Pediatr 20, 105 (2020). https://doi.org/10.1186/s12887-020-2002-9
10. López-Medina, M. D., López-Araque, A. B., Linares-Abad, M., & López-Medina, I. M. Umbilical cord separation time, predictors and healing complications in newborns with dry care. PloS one, 15(1), e0227209. (2020). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0227209
11. Chlorhexidine working group. Implementing the World Health Organization Revised Recommendations on Cord Care. WHO. 2018. https://www.healthynewbornnetwork.org/hnn-content/uploads/Final-for-translation_CWG-Country-Guidance_Jan-19-2018_EN.pdf
12. Santi M dan Sari IW. Perawatan Tali Pusat Terbuka pada Bayi Baru Lahir di Klinik Pratama Amanah Ayah Bunda Tahun 2021. Current Midwifery Journal e-ISSN 2776-625X Volume 02, Nomor 01 Tahun 2022. https://doi.org/10.25311/jkt/Vol2.Iss1.827
14. Sarah DM, Michael N, William E, Venu J, and Krista C. Guideline No. 424: Umbilical Cord Management in Preterm and Term Infants. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada. Joint SOGC-CPS Clinical Practice Guideline| Volume 44, ISSUE 3, P313-322.e1, March 2022. DOI https://doi.org/10.1016/j.jogc.2022.01.007
15. Pooja S, Prajwal JP, and Pradip G. A Study on Adverse Drug Reaction of Chlorhexidine Gel for Umbilical Cord Care in Newborns. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol 9, Issue 8, 2020 page 1532-15. DOI: 10.20959/wjpps20208-16527. 2020. https://www.academia.edu/76832563/A_Study_on_Adverse_Drug_Reaction_of_Chlorhexidine_Gel_for_Umbilical_Cord_Care_in_Newborns
16. Paediatric Specialty Team. Umbilical Cord Care Guidelines v2.0. NHS. June 2018. https://www.northdevonhealth.nhs.uk/wp-content/uploads/2018/07/Umbilical-Cord-Care-Guidelines-June-18-v2.0.pdf
18. Awopileda, M. What is the Effect of Topical Breast Milk Application on Umbilical Cord Separation among Healthy Newborn Babies in the Middle East?. Vanderbilt Undergraduate Research Journal, 12(1), 25-30. (2022). https://doi.org/10.15695/vurj.v12i1.5273
20. Kinanu L, Mwaura J, Karani A, Chege M. Effectiveness of different cord care interventions on omphalitis prevention among neonates in Nakuru County Hospital, Kenya. J Adv Pediatr Child Health. 2022; 5: 015-021. DOI: 10.29328/journal.japch.1001046. https://www.heighpubs.org/japch/japch-aid1046.php
21. Painter K, Anand S, Philip K. Omphalitis. StatPearls Publishing. 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513338/
26. Kartikasari R, Wijayanegara H, Syarief O. Comparison Between Effectiveness of Umbilical Cord Care Using Topical Breastmilk Application and Dry Techniques in Accelerating Umbilical Cord Separation and Preventing Omphalitis. The New Indian Journal of OBGYN. 2019; 6(1):3-10. https://journal.barpetaogs.co.in/pdf/063.pdf
27. Nyimas Sri Wahyuni. Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir. Kementerian Kesehatan Direktorat Pelayanan Kesehatan. 2022. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/58/perawatan-tali-pusat-bayi-baru-lahir
28. Salwa Y. Alhazmi et al. The effectiveness of alcohol swab in umbilical cord care in Taif city, Saudi Arabia. World Family Medicine. 2020; 18(12): 34-40 DOI: 10.5742/MEWFM.2020.93906.
29. Trijayanti WR, Martanti LE, dan Wahyuni S. Perbedaan Perawatan Tali Pusat Tertutup dan Terbuka Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat di Puskesmas Srondol dan Puskesmas Ngesrep Kota Semarang. Midwifery Care Journal, Vol. 1 No.2, Januari 2020, e-ISSN 2715-5978 page 13-23. https://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/micajo/article/view/5550/1509
35. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Permenkes, 2014.
36. Abbaszadeh F, Hajizadeh Z, Jahangiri M. Comparing the Impact of Topical Application of Human Milk and Chlorhexidine on Cord Separation Time in Newborns. Pak J Med Sci. 2016 Jan-Feb;32(1):239-43. doi: 10.12669/pjms.321.8223. PMID: 27022383; PMCID: PMC4795877.
37. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan RI. Buku Panduan Tata Laksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit. 2010.
39. Aydemir H, Alparslan Ö, Demirel Y. Comparison of the effects of 70% alcohol, 10% povidone-iodine and 0.4% chlorhexidine which are used in umbilical care on colonization and umbilical cord separation time. African Journal of Microbiology Research Vol. 6(13), pp. 3112-3118, 9 April, 2012
41. The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Optimizing Postpartum Care. Presidential Task Force on Redefining the Postpartum Visit, Committee on Obstetric Practice. Number 736 (Replaces Committee Opinion Number 666, June 2016. Reaffirmed 2021). https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-opinion/articles/2018/05/optimizing-postpartum-care

Kontraindikasi Perawatan Umbilik...
Komplikasi Perawatan Umbilikus p...

Artikel Terkait

  • Manfaat Penundaan Penjepitan Tali Pusat
    Manfaat Penundaan Penjepitan Tali Pusat
  • Dampak Penjepitan Tali Pusat Tertunda terhadap Neurokognitif Anak – Telaah Jurnal Alomedika
    Dampak Penjepitan Tali Pusat Tertunda terhadap Neurokognitif Anak – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 20 April 2025, 07:16
Penundaan pemotongan tali pusat berapa lama yang benar
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter izin bertanya, berapa lama penundaan pemotongan tali pusar yang benar ya karena berbeda rujukan waktu yg dari WHO dan dari ACOG serta AAP. dan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.