Teknik Penilaian Fontanel
Teknik penilaian fontanel dilakukan dengan cara mengukur dimensi anteroposterior dan dimensi transversal fontanel, serta melakukan palpasi, auskultasi, dan perkusi fontanel. Selain itu, dokter juga perlu menilai apakah penutupan fontanel terjadi terlalu lambat atau terlalu cepat.
Persiapan Pasien
Sebelum memulai pemeriksaan, dokter perlu menjelaskan tujuan pemeriksaan dan langkah-langkah pemeriksaan terlebih dahulu kepada orang tua pasien. Setelah itu, bayi diatur agar berada dalam kondisi tenang dan diposisikan sesuai kebutuhan pemeriksaan. Orang tua dapat diminta untuk membantu memegang bayi agar bayi lebih tenang dan tidak terlalu banyak bergerak.[1,2]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan untuk penilaian fontanel adalah meteran atau penggaris untuk mengukur dimensi fontanel dan stetoskop bila dokter perlu melakukan auskultasi seperti saat ingin mendeteksi ada tidaknya bruit.[1,2]
Posisi Pasien
Selama pemeriksaan berlangsung, pasien perlu dipegang oleh orang tua atau tenaga medis dalam dua posisi yaitu posisi berbaring terlentang (supinasi) dan posisi berdiri tegak.[1,2]
Prosedural
Setelah bayi berada dalam posisi yang diinginkan dan dalam kondisi tenang, dokter dapat memulai pemeriksaan. Langkah-langkah penilaian fontanel antara lain:
- Dokter mengukur rata-rata dimensi anteroposterior dan transversal fontanel dengan menggunakan meteran atau penggaris
- Pada bayi yang baru lahir dengan hemangioma multipel atau gagal jantung, dokter melakukan auskultasi fontanel anterior dengan stetoskop untuk mendeteksi bruit yang dapat mengindikasikan adanya malformasi arteriovena
- Dokter melakukan palpasi fontanel untuk menilai ada tidaknya pulsasi (pulsasi di fontanel anterior saat bayi berada dalam posisi tegak adalah wajar) dan menilai apakah fontanel menonjol tegang, cekung, atau normal
- Bila fontanel sudah tertutup dan tekanan intrakranial sedang naik, pada perkusi bisa didapatkan suara “cracked-pot” (tumpul dan tidak memiliki resonansi) yang dikenal sebagai Macewen’s sign
- Dokter mengamati bentuk kepala (simetris atau tidak), mengukur lingkar kepala, dan mengamati apakah ada bagian wajah yang dismorfik
Pada saat bayi baru lahir, ukuran normal fontanel anterior berkisar antara 0.6 cm hingga 3.6 cm (rata-rata 2.1cm), sedangkan ukuran fontanel posterior berkisar antara 0.5 cm sampai 0.7 cm. Bayi laki-laki biasanya memiliki fontanel yang lebih besar dari bayi perempuan. Fontanel bisa membesar pada bulan-bulan pertama kehidupan. Ukuran terbesar dicapai pada usia 2-3 bulan. Fontanel anterior umumnya menutup saat usia 6-18 bulan (rata-rata usia 13.8 bulan), sedangkan fontanel posterior biasanya menutup saat usia 2 bulan. Sebanyak 1% bayi mengalami penutupan fontanel anterior saat berusia 3 bulan, 35% saat berusia 12 bulan, dan 96% saat berusia 24 bulan.[1,4,6,7]
Fontanel anterior yang menutup sebelum bayi berusia 6 bulan atau belum menutup pada usia lebih dari 18 bulan mungkin merupakan tanda gangguan pertumbuhan otak dan perlu pemeriksaan lebih lanjut. Fontanel anterior yang besar atau terlambat menutup dapat disebabkan oleh atrofi otak, achondroplasia, hipotiroid kongenital, Down syndrome, atau peningkatan tekanan intrakranial. Sementara itu, fontanel anterior yang kecil atau menutup terlalu cepat dapat disebabkan oleh kraniosinostosis atau perkembangan otak yang abnormal.[1,4,6,7]
Fontanel anterior yang menonjol dan terpalpasi tegang dapat merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial misalnya akibat tumor intrakranial, hydrocephalus, perdarahan intrakranial, ensefalitis, atau meningitis. Sementara itu, fontanel anterior yang terpalpasi cekung dapat merupakan tanda dehidrasi. Lingkar kepala juga harus diukur. Fontanel yang normal tidak selalu berarti bayi tidak memiliki kelainan. Sebanyak 50% bayi dengan hydrocephalus bisa memiliki fontanel yang normal.[1,2,3]
Follow Up
Penilaian fontanel sebaiknya dilakukan setiap bulan bersama dengan pengukuran lingkar kepala sampai fontanel tertutup, yaitu sekitar usia 6-18 bulan. Bila diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, X-ray kepala dapat digunakan untuk mengevaluasi sutura dan tulang kranium. Ultrasound dapat digunakan untuk evaluasi dilatasi ventrikel pada bayi dengan fontanel yang belum menutup. Computed tomography (CT) scan kepala dapat mendeteksi fusi sutura, dilatasi ventrikel, pembesaran ruang subaraknoid, ukuran otak, massa intrakranial atau ekstrakranial. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat mendeteksi abnormalitas korteks otak dan white matter seperti pada penyakit degeneratif.[1,5]