Apakah vitamin C bermanfaat pada pasien sepsis? Hal Ini menjadi suatu pertanyaan karena kompleksnya reaksi imun dan reaksi inflamasi yang terjadi pada kasus sepsis. Pada sisi lain, vitamin C adalah salah satu vitamin yang mempunyai sifat antioksidan dan anti inflamasi, sehingga muncul pendapat bahwa apabila vitamin C diberikan pada pasien dengan kondisi inflamasi yang berlebihan, maka akan mengurangi kondisi inflamasi tersebut.[1]
Sekilas Tentang Sepsis dan Vitamin C
Sepsis merupakan penyebab utama kematian akibat infeksi. Sepsis adalah suatu sindrom kelainan fisiologis, patologis, dan biokimiawi yang disebabkan oleh infeksi. Manajemen sepsis adalah pemberian antibiotik secepatnya maksimum dalam waktu satu jam, kontrol sumber infeksi, resusitasi cairan dan vasopressor, dan penggunaan ventilator pada pasien dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Tingginya tingkat kematian dan kenyataan bahwa pemberian antibiotik yang adekuat tidak bisa menyembuhkan sepsis, mendorong perkembangan terapi untuk sepsis terus berkembang.[1-3]
Sepsis melibatkan aktivasi proinflamasi maupun antiinflamasi, bersama dengan modifikasi jalur non imunologis seperti kardiovaskular, neuronal, otonom, hormonal, bioenergi, metabolik, dan koagulasi, yang semuanya saling berperan. Atas dasar penyebab kematian adalah disregulasi dari sistem kekebalan tubuh, maka obat-obatan sepsis ditujukan untuk memperbaiki disregulasi sistem kekebalan tubuh tersebut. Vitamin C diketahui mempunyai sifat antioksidan dan anti inflamasi yang baik.[4,5]
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, bersifat antioksidan, dan berperan sebagai kofaktor penting untuk biosintesis kolagen, metabolisme karnitin dan katekolamin, serta penyerapan zat besi dari makanan.
Tubuh manusia tidak dapat mensintesis vitamin C, sehingga hanya dapat memperoleh vitamin melalui asupan makanan buah-buahan dan sayuran. Vitamin C dipertahankan pada kadar yang tinggi di sebagian besar sel imun dan mempengaruhi banyak aspek respons imun.[5,6]
Vitamin C menetralkan radikal bebas dan racun serta melemahkan respons inflamasi, termasuk sindrom sepsis. Mekanisme lain adalah vitamin C berhubungan dengan hypoxia inducible factor (HIF), dimana vitamin C berhubungan dengan fungsi sel imun baik dalam inflamasi maupun kanker.[4,5]
Teori Mekanisme Kerja Vitamin C pada Sepsis
Dalam patofisiologi sepsis terjadi respons inflamasi yang berlebihan, dengan pelepasan sitokin dan cedera jaringan secara masif, menyebabkan kerusakan endotel. Stres oksidatif meningkat pada sepsis.
Hipoksia jaringan, disfungsi mitokondria, dan berkurangnya adenosin trifosfat (ATP) secara langsung mempengaruhi mikrosirkulasi. Sehingga berkontribusi pada gejala seperti hipotensi, kardiomiopati, dan disfungsi multi-organ. Pada pasien yang sakit kritis maka antioksidan pelindungnya rendah, termasuk kadar vitamin C dalam tubuh.[1,7]
Peran Vitamin C pada Sepsis
Peran vitamin C pada sepsis adalah meningkatkan sintesis katekolamin, norepinefrin dan vasopresin endogen sebagai kofaktor dopamin β-hidroksilase dan tirosin hidroksilase. Diketahui bahwa hipotensi refrakter terhadap katekolamin adalah tanda syok septik, sehingga penatalaksanaannya diberikan resusitasi cairan disertai agen vasopresor, seperti norepinefrin dan vasopresin.
Vitamin C juga dapat meningkatkan fungsi mikrovaskuler pada pasien septik serta berkontribusi terhadap proliferasi dan apoptosis sel endotel, vasodilatasi yang dimediasi otot polos, dan menurunkan permeabilitas endotel. Vitamin C juga diketahui emiliki aktivitas bakteriostatik.
Pemberian vitamin C tentunya dapat mencegah defisiensi vitamin C pada pasien dengan sepsis. Penelitian menunjukkan bahwa hampir 40% pasien dengan sepsis mengalami kekurangan vitamin C menjadi kurang dari 23 μmol/L dalam plasma. Selain itu, konsentrasi vitamin C plasma pada sepsis awal berkorelasi terbalik dengan derajat disfungsi multiorgan, dimana konsentrasi vitamin C yang tinggi pada awal sepsi akan menurunkan risiko disfungsi multiorgan
Vitamin C juga memiliki peranan penting dalam berbagai proses fisiologis yang biasanya rusak pada sepsis, misalnya memperbaiki peningkatan sitokin yang terlibat dalam disfungsi organ yang diinduksi sepsis[1,7,9]
Penelitian Praklinik Pemberian Vitamin C pada Sepsis
Beberapa penelitian in-vitro menunjukkan vitamin C meningkatkan aktivasi epinefrin. Penelitian oleh Mei et al. menunjukkan peran vitamin C dalam proliferasi endotel, kelangsungan hidup sel, serta kemampuan untuk mempertahankan respons dan integritas vaskular.
Pada sisi lain, penelitian oleh Mo et al. menunjukkan bahwa vitamin C dapat mencegah peningkatan TNF-alpha dan ICAM-1. Vitamin C dapat mengembalikan fungsi reseptor glukokortikoid. Data eksperimental pada model sepsis hewan menunjukkan bahwa vitamin C mengurangi perubahan proinflamasi dan prokoagulan yang menyebabkan cedera pembuluh darah paru-paru.
Penelitian Bark et al. menunjukkan bahwa vitamin C mengurangi kehilangan volume plasma pada sepsis. Kerusakan pembuluh darah yang dihasilkan sepsis dapat dikurangi oleh vitamin C melalui pencegahan peningkatan permeabilitas mikrovaskuler.[1,5]
Penelitian Klinis Pemberian Vitamin C pada Sepsis
Penelitian klinis pemberian vitamin C pada sepsis masih sangat terbatas. Saat ini belum ada penelitian terkontrol acak dengan jumlah subjek penelitian yang besar untuk mempelajari vitamin C pada sepsis dan syok septik.
Nathens et al. dalam sebuah penelitian kohort yang melibatkan 595 pasien setelah bedah kritis, menyimpulkan terdapat efek vitamin E dan C dalam mencegah perkembangan morbiditas paru dan kegagalan organ. Terdapat penurunan insiden kegagalan organ dan mempersingkat lama rawat inap setelah suplementasi vitamin enteral awal.[1,9]
Mitchell et al. meneliti mengenai peran vitamin C dalam syok septik pada studi klinis retrospektif mencakup 94 pasien sepsis atau syok sepsis yang dirawat di ICU. Pasien yang menerima vitamin C kombinasi dengan tiamin dan hidrokortison mengalami penurunan angka kematian yang signifikan.
Namun, ukuran studi kecil, desain studi kurang, single center, kurangnya randomisasi, dan adanya tiga intervensi simultan. Dalam penelitian diberikan 1500 mg vitamin C setiap 6 jam, tiamin 200 mg per 12 jam selama 4 hari, atau sampai ICU keluar, dan 50 mg hidrokortison per 6 jam selama 4 hari.[7]
Fowler et al. melaporkan hasil uji coba acak CITRIS-ALI, uji klinis ganda-buta dengan plasebo, di mana 167 orang dewasa dengan sepsis dan ARDS diacak untuk menerima dosis vitamin C intravena (50 mg/kgBB) atau plasebo setiap 6 jam selama 96 jam. Konsentrasi median vitamin C awal sama-sama kurang pada kedua kelompok, 22 μmol/L pada kedua kelompok.
Konsentrasi vitamin C plasma secara signifikan lebih tinggi pada kelompok perlakuan selama infus, menggunakan data median konsentrasi vitamin C pada 96 jam. Didapatkan hasil tidak ada perbedaan bermakna pada perubahan skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA), derajat inflamasi high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP), dan kerusakan vascular (thrombomodulin). Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan keparahan sepsis setelah pemberian vitamin C, tetapi secara umum vitamin C menurunkan mortalitas pada sepsis.[8]
Kesimpulan
Penelitian in-vitro menunjukkan vitamin C meningkatkan aktivasi epinefrin dan proliferasi endotel, mencegah peningkatan TNF-alpha dan ICAM-1, serta mengembalikan fungsi reseptor glukokortikoid.
Data dari hewan eksperimental menunjukkan vitamin C mengurangi cedera pembuluh darah paru-paru, kehilangan volume plasma, dan kerusakan pembuluh darah. Namun, dari penelitian klinis masih menunjukkan hasil yang bervariasi.
Penelitian terbaru menunjukkan tidak ada perbedaan keparahan sepsis setelah pemberian vitamin C, tetapi secara umum dapat menurunkan mortalitas. Masih diperlukan penelitian dengan jumlah sampel yang besar dan metode yang lebih baik sebagai dasar penggunaan suplementasi vitamin C pada sepsis.
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja