Pemberian asam traneksamat masih belum terbukti efektif untuk mencegah ekspansi perdarahan intraserebral akut. Asam traneksamat merupakan suatu antifibrinolitik yang bekerja pada kaskade koagulasi. Dulunya, obat ini diperkirakan berpotensi mengurangi perluasan hematoma, edema perihematoma, dan respons inflamasi. Namun, bukti klinis yang ada saat ini belum mendukung perkiraan tersebut.
Pada kasus perdarahan intraserebral akut, pasien bisa mengalami ekspansi hematoma yang merupakan pertambahan volume hematoma >33% dalam 24 jam pertama. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya cedera kepala primer dan sekunder.[1]
Ekspansi hematoma terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang berada di dekat perdarahan dari pembuluh darah yang pertama kali pecah. Faktor yang memengaruhi ekspansi hematoma adalah volume perdarahan intraserebral yang pertama, waktu kejadian dari ekspansi hematoma terhadap perdarahan intraserebral, dan penggunaan obat antikoagulan sebelumnya.[2]
Ekspansi hematoma sebagai komplikasi perdarahan intraserebral akut akan menambah mortalitas dan morbiditas. Mortalitas dilaporkan naik 5% setiap 10% kenaikan volume perdarahan intraserebral. Hal ini juga meningkatkan risiko sekuele neurologis.[2]
Prinsip Umum Manajemen Perdarahan Intraserebral Akut
Pendekatan tata laksana nonbedah untuk mencegah ekspansi hematoma adalah kontrol tekanan darah dan pemberian obat-obat hemostatik. Panduan American Heart Association (AHA) untuk perdarahan intraserebral nontraumatik menyatakan bahwa tanpa adanya kontraindikasi, penurunan tekanan sistolik akut hingga mencapai 140 mmHg aman dilakukan dan memungkinkan hasil yang lebih baik.[2,3]
Namun, obat-obat hemostatik masih diragukan efektivitasnya. Contoh obat hemostatik yang pernah diteliti adalah faktor pembekuan darah (faktor VIIa rekombinan) dan asam traneksamat. Faktor VIIa rekombinan dapat menurunkan besar hematoma tetapi tidak membuat hasil akhir yang lebih baik, yang terukur dengan kegagalan penurunan mortalitas atau defisit neurologis yang bermakna setelah perdarahan intraserebral.[4]
Asam traneksamat awalnya diduga mampu mencegah ekspansi hematoma yang besar, mengurangi edema perihematoma, dan mengurangi respons inflamasi. Namun, hasil studi-studi yang lebih baru belum mendukung efektivitas ini.[5,12,13]
Pengguna obat antikoagulan berada pada risiko tinggi perdarahan intraserebral akut. Sekitar 12ā20% kasus perdarahan intraserebral akut terjadi pada pengguna obat antikoagulan. Oleh karena itu, pemilihan obat penghenti perdarahan harus disesuaikan dengan obat-obat yang menyebabkan perdarahan.[3,6]
Sebagai contoh, pada pasien perdarahan intraserebral akut yang mengonsumsi obat antagonis vitamin K (seperti warfarin), dokter dapat memberikan vitamin K. Sementara itu, pada pasien stroke infark yang menggunakan recombinant tissue plasminogen activator (rTPA) dan mengalami perdarahan intraserebral, dokter dapat memberikan asam traneksamat.[3,6]
Studi tentang Efektivitas Asam Traneksamat untuk Perdarahan Intraserebral Akut
Dalam penelitian Arumugam, et al. (2015), kelompok pasien perdarahan intraserebral yang tidak diberikan asam traneksamat (kelompok kontrol) ditemukan memiliki ekspansi hematoma yang lebih besar daripada kelompok intervensi asam traneksamat, dengan tekanan darah yang diatur pada tekanan sistolik 140ā160 mmHg.[7]
Dosis asam traneksamat yang diberikan dalam penelitian tersebut adalah bolus 1 gram intravena dan rumatan 1 gram per jam selama 8 jam. Arumugam, et al. menyimpulkan bahwa pemberian asam traneksamat dan kontrol tekanan darah menghasilkan luaran hematoma yang lebih baik daripada kontrol tekanan darah saja.[7]
Namun, uji klinis yang lebih baru tidak mendukung temuan tersebut. Uji klinis Meretoja, et al. (2020) terhadap 100 pasien perdarahan intraserebral menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara ekspansi perdarahan pada grup plasebo maupun grup yang mendapatkan asam traneksamat.[12]
Uji klinis oleh Liu, et al. (2021) terhadap 171 pasien dengan perdarahan intraserebral yang berisiko mengalami ekspansi hematoma juga menunjukkan hasil serupa. Grup pasien yang mendapatkan asam traneksamat dalam waktu 8 jam setelah onset stroke tidak menunjukkan perbedaan ekspansi hematoma yang bermakna bila dibandingkan dengan grup plasebo.[13]
Studi tentang Efek Samping Asam Traneksamat
Efek samping pemberian asam traneksamat adalah peningkatan risiko pembekuan darah (fenomena tromboemboli). Pemberian asam traneksamat harus berhati-hati pada pasien dengan faktor risiko kejadian trombotik (contoh: riwayat infark miokard). Efek samping kedua yang mungkin terjadi adalah kejang, dengan angka kejadian 2,7% dan terkait dengan dosis yang diberikan.[8-10]
Risiko tromboemboli sebagai efek samping dari asam traneksamat ditakutkan dapat membuat kejadian stroke iskemik baru pada pasien perdarahan intraserebral. Pada kasus perdarahan intraserebral yang terkait dengan hipertensi dalam penelitian Kang, et al. (2012), ada 25% kejadian lesi iskemik yang baru dilaporkan.[9]
Hal tersebut diduga terjadi akibat patogenesis yang berlangsung bersamaan pada pembuluh darah kecil di otak (perdarahan mikro; penanda mikroangiopati yang rentan berdarah) dan leukoaraiosis (penanda hipoperfusi kronis).[9]
Di lain sisi, studi Meretoja, et al. yang disebutkan di atas melaporkan bahwa asam traneksamat tidak meningkatkan angka komplikasi tromboemboli. Studi lebih lanjut masih diperlukan untuk mengonfirmasi profil keamanan asam traneksamat pada kasus perdarahan intraserebral akut, terutama bila dibandingkan dengan manfaatnya. Studi lebih lanjut juga harus mencari tahu waktu dan dosis pemberian asam traneksamat yang paling efektif dan aman.[9,12]
Kesimpulan
Asam traneksamat merupakan antifibrinolitik yang bekerja pada kaskade koagulasi untuk menghentikan perdarahan. Awalnya, obat ini disarankan sebagai terapi nonbedah untuk kasus perdarahan intraserebral, yang dipadukan dengan kontrol tekanan darah. Obat ini diperkirakan dapat mengurangi ekspansi hematoma, edema perihematoma, dan respons inflamasi.
Namun, studi-studi klinis ternyata masih menunjukkan hasil yang kurang konklusif. Ada studi yang menunjukkan bahwa asam traneksamat bermanfaat mengurangi ekspansi hematoma pada kasus perdarahan intraserebral, sedangkan ada studi-studi lebih baru yang melaporkan bahwa asam traneksamat tidak lebih baik daripada plasebo.
Dosis pemberian asam traneksamat yang pernah ditemukan memberi keuntungan klinis untuk perdarahan intraserebral adalah bolus 1 gram intravena dan rumatan 1 gram per jam selama 8 jam (bersamaan dengan kontrol tekanan darah sistol agar berada pada rentang 140ā160 mmHg).
Efek samping asam traneksamat yang perlu diwaspadai adalah kejadian tromboemboli. Untuk saat ini, asam traneksamat belum direkomendasikan untuk kasus perdarahan intraserebral karena bukti efektivitasnya dan bukti keuntungannya bila dibandingkan dengan risikonya masih belum adekuat. Namun, obat ini dapat diberikan pada kasus perdarahan intraserebral akut yang jelas terjadi akibat penggunaan rTPA (recombinant tissue plasminogen activator).
Ā
Ā
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur