Fenofibrate Memperlambat Progresi Retinopati Diabetik – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Anastasia Feliciana

Effect of Fenofibrate on Progression of Diabetic Retinopathy

Preiss D, et al. NEJM Evid. 2024. 3(8):EVIDoa2400179. doi: 10.1056/EVIDoa2400179.

studilayak

Abstrak

Latar belakang: Temuan studi kardiovaskular menunjukkan bahwa terapi fenofibrate dapat mengurangi progresi retinopati diabetik.

Metode: Peneliti merekrut dan memantau orang dewasa dengan retinopati atau makulopati diabetik yang tidak dapat dirujuk menggunakan program Skrining Mata Diabetik (DES) nasional di Skotlandia. Peneliti secara acak membagi peserta untuk menerima tablet fenofibrate 145 mg atau placebo, diminum setiap hari atau dua hari sekali pada subjek yang mengalami gangguan fungsi ginjal.

Luaran utama studi ini adalah jumlah gabungan dari pengembangan retinopati diabetik atau makulopati yang dapat dirujuk berdasarkan skema penilaian DES Skotlandia, atau keperluan pengobatan berupa injeksi intravitreal, laser retina, dan vitrektomi untuk retinopati atau makulopati.

Hasil: Sebanyak 1.151 subjek secara acak dibagi pada kelompok terapi dan plasebo. Dalam median 4 tahun, progresi kasus menjadi retinopati atau makulopati diabetik atau diterapi terjadi pada 131 (22,7%) dari 576 subjek di grup fenofibrate dan 168 (29,2%) dari 575 di grup plasebo.

Pada grup fenofibrate dibandingkan grup plasebo, jumlah kasus yang mengalami progresi retinopati atau makulopati diabetik adalah 185 (32,1%) versus 231 (40,2%); hazard ratio 0,74. Perkembangan menjadi edema makula 22 (3,8%) versus 43 (7,5%); hazard ratio 0,50. Sebanyak 17 (3,0%) subjek dari grup fenofibrate dan 28 (4,9%) subjek dari grup plasebo diberikan terapi retinopati. Tidak ada efek pada fungsi visual, kualitas hidup, atau ketajaman visual.

Laju filtrasi glomerulus 7,9 ml/menit/1,73 m2 lebih rendah pada peserta dalam kelompok fenofibrate dibandingkan dengan kelompok plasebo. Efek samping serius ditemukan sebanyak 208 (36,1%) pada kelompok fenofibrate versus 204 (35,5%) pada kelompok plasebo.

Kesimpulan: Fenofibrate mengurangi progresi retinopati diabetik dibandingkan plasebo pada subjek dengan perubahan retinal awal.

Portrait,Of,Illness,50s,Mature,Asian,Man,Eating,Medicine,,Sitting

Ulasan Alomedika

Retinopati diabetik merupakan komplikasi umum dari diabetes melitus dan penyebab utama hilangnya penglihatan. Dalam sebuah uji klinis yang dilakukan pada partisipan dengan diabetes tipe 2, luaran tersier menunjukkan adanya manfaat fenofibrate dalam memperlambat progresi retinopati diabetik. Penelitian kali ini bertujuan untuk memastikan efek fenofibrate terhadap perkembangan retinopati diabetik.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinis acak terkontrol double blind, dengan pembagian jumlah subjek pada kelompok fenofibrate dan kontrol merata. Perekrutan subjek menggunakan Skrining Mata Diabetik (DES) nasional di Skotlandia.

Penelitian ini melibatkan partisipan dewasa yang berusia 18 tahun ke atas dengan diabetes mellitus dan retinopati atau makulopati diabetik yang tidak memerlukan rujukan. Penyakit yang tidak memerlukan rujukan didefinisikan menurut skema pengklasifikasian DES. Partisipan yang memenuhi syarat juga harus memiliki laju filtrasi glomerulus (eGFR) minimal 40 mL/menit/1,73m² pada penilaian awal. Semua partisipan memberikan persetujuan tertulis sebelum berpartisipasi.

Prosedur dalam penelitian ini mencakup pemindaian retina rutin yang dilakukan oleh Program DES, di mana gambar retina digital dari setiap mata diambil dan diklasifikasikan sesuai skema pengklasifikasian DES. Partisipan yang memenuhi syarat diminta menjalani periode pre-randomisasi sebelum diacak ke kelompok yang menerima fenofibrate atau plasebo. Randomisasi dilakukan dengan algoritma berbasis web, dengan dosis fenofibrate disesuaikan berdasarkan eGFR.

Ulasan Hasil Penelitian

Penelitian ini menemukan bahwa selama periode penelitian, partisipan yang diacak untuk menerima fenofibrate menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok plasebo dalam hal progresi retinopati atau makulopati diabetik. Luaran utama menunjukkan bahwa lebih sedikit partisipan dalam kelompok fenofibrate yang mengalami progresi menuju kondisi yang memerlukan perawatan lebih lanjut dibandingkan kelompok plasebo (22,7% vs. 29,2%).

Fenofibrate juga secara signifikan mengurangi kejadian edema makula (3,8% vs. 7,5%) serta progresi makulopati yang membutuhkan rujukan. Meski begitu, fenofibrate dikaitkan dengan penurunan eGFR rata-rata sebesar 7,9 mL/menit/1,73m² dibandingkan dengan kelompok plasebo. Selain itu, angka kematian dan efek samping serius serupa di antara kedua kelompok, menunjukkan bahwa fenofibrate tidak meningkatkan risiko kejadian buruk yang signifikan.

Kelebihan Penelitian

Kelebihan studi ini adalah pada ukuran sampel yang cukup besar, alokasi subjek pada kedua kelompok cukup merata, dan lama waktu studi yang cukup panjang sehingga cukup dapat menilai progresi retinopati diabetik. Penelitian ini tidak hanya menilai efikasi fenofibrate dalam mengurangi progresi retinopati diabetik tetapi juga menilai fungsi visual, kualitas hidup, ketajaman penglihatan, fungsi ginjal, dan efek samping yang ditimbulkan baik dari kelompok fenofibrate maupun plasebo.

Limitasi Penelitian

Penelitian ini belum membandingkan efikasi penurunan progresi retinopati diabetik dengan agen aktif lain, misalnya obat golongan statin seperti simvastatin yang lebih sering diresepkan pada pasien diabetes dengan dislipidemia. Selain itu, meskipun diamati ada efek positif fenofibrate pada retinopati dan makulopati diabetik, penurunan eGFR menunjukkan adanya risiko terkait fungsi ginjal yang mungkin memerlukan pemantauan luaran lebih panjang.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Mengingat tingginya angka kejadian diabetes di Indonesia, hasil studi ini sangat bisa diterapkan di negara kita. Uji klinis ini mengindikasikan bahwa pemberian fenofibrate dapat menghambat perburukan retinopati pada pasien diabetes. Meski masih diperlukan uji klinis multisenter lebih lanjut, hasil studi ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian serupa ataupun pembaruan pada pedoman klinis penanganan retinopati diabetes.

Referensi