Banyak pedoman tata laksana merekomendasikan diet rendah garam pada pasien gagal jantung, namun bukti ilmiah yang ada belum cukup untuk mendukung ataupun menyangkal penerapannya. Oleh karena itu, diet rendah garam masih menjadi kontroversi. [1]
Natrium merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan volume plasma, keseimbangan asam-basa, ritme jantung, dan konduksi impuls sel saraf dan otot. Walaupun memiliki peran penting dalam mempertahankan homeostasis, asupan natrium harian hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Menurut rekomendasi FDA, asupan natrium tidak boleh melebihi 2,3 g per hari. Tidak jauh berbeda, WHO menyarankan konsumsi natrium < 2 g, atau setara < 5 g garam dapur, per harinya.
Natrium secara natural terdapat di bahan makanan seperti keju, telur, ayam, roti, daging, dan susu. Natrium juga terdapat di bahan penyedap makanan seperti monosodium glutamate (MSG) dan garam dapur. [2-4]
Teori Mengenai Efek Diet Rendah Garam pada Gagal Jantung
Disfungsi ventrikel pada gagal jantung berkaitan dengan penurunan curah jantung yang akan menurunkan aliran darah ke ginjal. Penurunan perfusi ginjal menyebabkan peningkatan aktivitas sistem simpatik dan RAA (Renin Angiotensin Aldosteron). Hal ini memicu reabsorpsi natrium dalam ginjal dan meningkatkan retensi cairan. Asupan natrium berlebih dapat meningkatkan retensi cairan dan menimbulkan gejala kongesti. Oleh karena itu, para ahli berpendapat bahwa pasien gagal jantung dapat menerima manfaat dari restriksi asupan natrium. [5,6]
Diet Rendah Garam pada Pasien Gagal Jantung Berdasarkan Pedoman Klinis
Beberapa pedoman tata laksana gagal jantung merekomendasikan diet rendah garam. Kebanyakan tetap merekomendasikan walaupun kekuatan bukti ilmiah yang digunakan tidak terlalu baik.
Pedoman yang dipublikasikan oleh Heart Failure Society of America pada tahun 2010 merekomendasikan pasien gagal jantung untuk mengurangi asupan garam menjadi 2-3 g per hari. Restriksi lebih lanjut dapat dipertimbangkan pada pasien gagal jantung moderat hingga berat. (level of evidence C). [7]
Pedoman lain oleh European Society of Cardiology tahun 2012 juga merekomendasikan pembatasan asupan natrium < 2 g per hari pada pasien gagal jantung akut dengan overload cairan. [8] Guideline for the Management of Heart Failure 2013 oleh American College of Cardiology/ American Heart Association juga merekomendasikan restriksi natrium untuk mengurangi gejala kongesti. (Class IIa, level of evidence C). [8]
Namun, Guidelines for the prevention, detection and management of heart failure in Australia 2018 menyatakan hal yang berbeda. Pedoman ini menyebutkan bahwa restriksi sodium masih kontroversial, karena belum ada bukti pendukung yang lebih baik dari opini para ahli. Pedoman ini merekomendasikan jumlah asupan natrium pada pasien gagal jantung disamakan dengan rekomendasi populasi umum. Jika diperlukan, pasien dapat dirujuk ke ahli gizi. [9]
Bukti Ilmiah Terkait Peran Diet Rendah Garam untuk Pasien Gagal Jantung
Sebuah studi pada tahun 2018 melaporkan bahwa diet rendah garam dan restriksi cairan tidak menghasilkan keuntungan prognostik dan simtomatik pada pasien gagal jantung. Diet rendah garam juga berkaitan dengan rasa haus yang berlebihan, mempengaruhi konsumsi makanan pasien, dan tidak memiliki efek neurohormonal signifikan. Tetapi, kekurangan studi ini adalah jumlah sampel yang kecil (n=53). [10]
Sebuah tinjauan sistematik pada tahun yang sama menyimpulkan bahwa belum ada cukup bukti ilmiah untuk mendukung ataupun menyangkal manfaat diet rendah garam pada pasien gagal jantung. Masih diperlukan studi dengan jumlah subjek yang lebih besar dan desain penelitian yang lebih baik. [1]
Saat ini, sebuah uji klinis multisenter bernama Study of Dietary Intervention Under 100 MMOL in Heart Failure (SODIUM-HF) sedang dilakukan untuk melihat apakah diet rendah natrium dapat bermanfaat secara klinis bagi pasien gagal jantung. [11]
Kesimpulan
Pasien dengan gagal jantung banyak dianjurkan untuk menjalani diet rendah garam oleh klinisi. Hal ini sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan berbagai institusi dalam dekade terakhir. Tetapi, bukti ilmiah yang dipublikasikan pada tahun 2018 menyatakan bahwa data yang ada belum cukup untuk mendukung atau menolak penerapan diet rendah garam pada pasien gagal jantung. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait hal ini.