Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Ganciclovir
Penggunaan ganciclovir pada kehamilan masuk dalam kategori C oleh FDA dan kategori D oleh TGA. Sementara itu, belum diketahui apakah ganciclovir diekskresikan di ASI pada ibu menyusui. Penggunaan obat ini pada kehamilan dan ibu menyusui harus mempertimbangkan manfaat yang lebih tinggi daripada risiko pada janin dan bayi.[6-8]
Penggunaan pada Kehamilan
Food and Drug Administration (FDA) memasukkan ganciclovir dalam kategori C. Artinya, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[6]
Sementara itu, Therapeutic Goods Administration (TGA) memasukkan ganciclovir dalam kategori D. Artinya, obat ini diduga telah atau diketahui telah menimbulkan insidensi malformasi janin manusia dengan kerusakan yang terjadi tidak dapat dipulihkan.[7]
Ganciclovir telah dilaporkan bersifat embriotoksik pada kelinci dan tikus percobaan dan bersifat teratogenik pada kelinci. Resorpsi fetus ditemukan pada 85% hewan percobaan yang diberikan ganciclovir dalam dosis 2 kali manusia.
Efek buruk yang ditemukan mencakup retardasi pertumbuhan fetus, letalitas embrio, teratogenisitas, dan toksisitas maternal. Perubahan teratogenik yang dilaporkan mencakup sumbing, anoftalmia, mikroftalmia, aplastik ginjal dan pankreas, hidrosefalus, dan brakignatia.[6,9]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Hingga kini, belum diketahui apakah ganciclovir diekskresikan pada ASI. Meski demikian, karena adanya efek karsinogenik dan teratogenik yang diketahui dari studi pada binatang percobaan, diduga risiko efek samping ganciclovir pada bayi yang menyusu cukup tinggi. Oleh karenanya, pemberian pada ibu menyusui tidak disarankan.[6,8,9]