Pendahuluan Flutamide
Flutamide adalah obat antiandrogen nonsteroid oral yang digunakan dalam pengobatan kanker prostat. Obat ini telah dikaitkan dengan hepatotoksisitas idiosinkratik yang terkadang menyebabkan kerusakan hati yang berat, termasuk kolestasis dan nekrosis hati. Pada kebanyakan kasus, cedera hati akibat flutamide tidak memerlukan penghentian terapi. Meski demikian, pemantauan perlu dilakukan sebelum memulai terapi flutamide, setiap bulan dalam 4 bulan pertama, dan berkala setelahnya. Jangan gunakan obat jika kadar serum transaminase melebihi 2 kali batas atas normal.[1,2]
Flutamide adalah turunan toluidine dan antiandrogen nonsteroid yang secara struktural terkait dengan bicalutamide dan nilutamide. Flutamide dan metabolit aktifnya, 2-hydroxyflutamide, secara kompetitif memblokir pengikatan dihidrotestosteron pada reseptor androgen. Kemudian, akan membentuk kompleks tidak aktif yang tidak dapat bertranslokasi ke dalam nukleus. Hal ini menimbulkan efek penghambatan sintesis DNA dan protein yang bergantung pada androgen, menghasilkan penghentian pertumbuhan sel tumor, atau regresi tumor.[1,3]
Selain untuk kanker prostat, efek antiandrogen flutamide dimanfaatkan secara off label dalam terapi kondisi hiperandrogenik, seperti acne, hirsutisme, dan benign prostate hyperplasia. Meski demikian, karena potensi hepatotoksisitas serius dari flutamide, penggunaannya pada penyakit non-keganasan tidak dianjurkan.[4]
Di Indonesia, flutamide tersedia dalam bentuk sediaan oral dengan kekuatan 250 mg. Penggunaan pada ibu hamil tidak diperkenankan.[5,6]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Flutamide
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Terapi hormon[3] |
Subkelas | Antiandrogen[3] |
Akses | Resep[5] |
Wanita hamil | Kategori FDA: D[6] Kategori TGA: tidak diklasifikasikan[7] |
Wanita menyusui | Belum diketahui apakah dikeluarkan ke ASI[8] |
Anak-anak | Belum ada data efikasi dan keamanan[8] |
Infant | |
FDA | Approved[3] |