Pengawasan Klinis Guanfacine
Pengawasan klinis penggunaan guanfacine atau guanfasin terutama mengukur denyut jantung dan tekanan darah saat sebelum pemberian, saat perubahan dosis, dan berkala selama terapi. Penggunaan jangka lama memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk mencari kemungkinan anemia, serta gangguan fungsi ginjal dan hati.[1,2,9,10]
Obat guanfasin digunakan untuk terapi hipertensi dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Penggunaannya dapat sebagai monoterapi maupun kombinasi dengan obat lain, dan diberikan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, perlu pengawasan efek terapi dan efek samping obat.[1,2,9,10]
Pengawasan Efek Terapi
Sebagai obat antihipertensi, guanfasin dikonsumsi setiap malam sebelum tidur dengan dosis awal rendah. Peningkatan dosis diberikan jika dalam waktu 3−4 minggu tidak terdapat perbaikan tekanan darah. Dosis jangan lebih dari 3 mg/hari karena akan meningkatkan risiko efek samping.[7-9]
Sebagai obat ADHD dapat diberikan pada anak usia 6−17 tahun menggunakan tablet lepas lambat. Peningkatan dosis tidak lebih dari 1 mg/minggu. Dosis pemeliharaan tergantung respon dan tolerabilitas, dengan memperhatikan dosis maksimal.[7-9]
Waspadai interaksi jika digunakan bersamaan dengan obat inhibitor kuat CYP3A4, inducer CYP3A4, dan obat pendepresi sistem saraf pusat.[1,2,5]
Pengawasan Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi adalah mulut kering, somnolen, fatigue, pusing, lemas, konstipasi, hipotensi, dan sinkop. Pemberian obat harus hati-hati pada pasien dengan risiko hipotensi, bradikardi, blokade jantung, atau sinkop. Pasien yang menggunakan guanfasin harus rutin diukur denyut jantung dan tekanan darah.[1,2,9,10]
Pasien perlu diberikan edukasi bahwa obat guanfasin dapat menyebabkan sedasi dan somnolen. Pasien tidak boleh menyetir atau menggunakan mesin setelah mengonsumsi obat ini.[1,2,9,10]