Farmakologi Asam Retinoat
Secara farmakologi, asam retinoat atau tretinoin topikal bekerja pada reseptor asam retinoat A dan reseptor retinoat X kemudian memberikan efek antiinflamasi. Selain itu, obat ini juga bekerja dengan cara memodifikasi keratinisasi folikuler pada kulit.
Farmakodinamik
Keluarga senyawa retinoat mencakup vitamin A dan derivat alaminya, seperti asam retinoat, retinaldehyde, dan ester retinil. Retinol adalah sebuah molekul 20-karbon yang terdiri dari cincin cyclohexenyl, side chain dengan ikatan double bond dalam konfigurasi trans, dan grup alkohol. Oksidasi bagian alkohol pada retinol menimbulkan aldehida yang dapat dioksidasi lebih jauh lagi sehingga terbentuk asam retinoat.[1]
Mekanisme kerja asam retinoat masih belum diketahui secara jelas. Namun, cara kerja utamanya telah diketahui berupa modifikasi keratinisasi folikuler yang abnormal serta pembentukan efek antiinflamasi.[3,8]
Lokasi kerja asam retinoat berada pada dua kelas reseptor retinoat di nukleus, yaitu retinoic acid receptors (RAR) dan retinoid X receptors (RXR) yang memiliki isoform alfa, beta, dan gamma. RAR dan RXR adalah protein moduler yang memiliki regio sequence-specific DNA binding, ligand independent trans-activation (AF-2, region-E), dan ligand-dependent trans-activation (AF-2, region-E).
Pada sel kulit, reseptor retinoat yang terbanyak adalah RAR gamma dan RAR alfa. Melalui aktivasi reseptor-reseptor RAR dan RXR dalam nukleus, asam retinoat dapat memodifikasi keratinisasi folikuler yang abnormal serta efek antiinflamasinya.[1,3,9]
Efek Antiinflamasi
Asam retinoat memiliki banyak efek antiinflamasi yang dapat meringankan gejala acne vulgaris. Efek imunomodulasi asam retinoat dapat menurunkan tingkat fagositosis dan menginhibisi sitokin proinflamasi. Contoh sitokin proinflamasi yang diinhibisi adalah interleukin (IL)-6, IL-12, tumor necrosis factor (TNF) alfa, serta interferon (IFN) gamma.
Asam retinoat juga dapat menginhibisi aktivitas leukotriene, ekspresi toll-like receptors, faktor transkripsi AP-1, vascular cell adhesion molecule-1, sintesis prostaglandin, serta matrix metalloproteinase.[8,9]
Efek Modifikasi Keratinisasi Folikuler
Asam retinoat topikal banyak bekerja pada dermis papiler teratas di mana kolagen pada kulit ditingkatkan dengan inhibisi degradasi kolagen. Produksi kolagen tipe 1 dapat ditingkatkan hingga 80% pada kulit yang telah rusak oleh matahari. Selain itu, asam retinoat juga dapat mengurangi keriput melalui hiperplasia epidermal dan pemadatan stratum korneum.
Asam retinoat topikal juga memperbaiki hiperpigmentasi ireguler pada kulit oleh karena sinar matahari, melasma, dan inflamasi. Hal ini diduga dapat terjadi karena adanya inhibisi aktivitas tirosinase.
Walau masih tidak begitu jelas, asam retinoat juga memiliki efek antineoplastik dan antitumor. Asam retinoat dapat menginhibisi pertumbuhan sel dengan memberhentikan sel pada fase G1 atau menginduksi apoptosis. Ekspresi gen antiapoptosis bcl-2 juga dapat diturunkan. Asam retinoat juga menurunkan aktivitas kelenjar sebasea. Sebum berlebih dapat berperan dalam proliferasi bakteri P. acnes.[10]
Farmakokinetik
Absorbsi asam retinoat topikal pada kulit sangatlah minimal. Dalam darah, obat ini akan terikat 95% pada albumin. Metabolisme akan berlangsung di hati dan ekskresi terjadi melalui urine serta feses.
Absorbsi
Estimasi bioavailabilitas asam retinoat gel topikal 0,1% in vivo untuk pemakaian sekali dan lebih dari sekali selama periode 28 hari adalah 0,82% dan 1,41%. Konsentrasi plasma asam retinoat topikal dan metabolitnya berkisar antara 1–3 ng/mL. Kadar ini umumnya tidak berubah bila obat dipakai sekali atau lebih dari sekali dalam sehari.[3]
Distribusi
Dalam darah, asam retinoat terikat pada protein (95% pada albumin).
Metabolisme
Asam retinoat dimetabolisme di hati oleh isoenzim CYP (CYP3A4, CYP2C8, CYP2E) melalui proses oksidasi. Proses ini membentuk isotretinoin, 4-oxo-trans-asam retinoat, dan 4-oxo-cis-asam retinoat.
Eliminasi
Ekskresi asam retinoat dan metabolitnya terjadi via urine (63%) dan feses (30%).[2]
Resistensi
Meskipun kasus resistensi terhadap senyawa retinoat sistemik telah ditemukan dalam terapi kanker, kasus resistensi terhadap asam retinoat topikal belum dilaporkan. Pada kasus acne vulgaris, asam retinoat topikal merupakan salah satu pilihan utama untuk terapi maintenance karena sifatnya yang komedolitik dan antiinflamasi.
Antibiotik oral ataupun topikal dapat digunakan pada terapi acne vulgaris tetapi hanya jika benar-benar dibutuhkan. American Academy of Dermatology menyatakan bahwa pemberian terapi topikal maintenance tidak boleh berlebihan. Pemberian antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi.[11]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur