Efek Samping dan Interaksi Obat Dextromethorphan
Efek samping dextromethorphan yang sering dilaporkan adalah mual, gangguan gastrointestinal, mengantuk, dan pusing. Perlu diperhatikan adanya potensi overdosis obat dan penyalahgunaan. Interaksi obat dengan obat antidepresan dapat meningkatkan risiko sindrom serotonin.[1,4]
Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi selama pemakaian dextromethorphan antara lain:
- Sistem Gastrointestinal: mual muntah, nyeri perut, diare
- Sistem saraf pusat: pusing, mengantuk, kejang, hiperaktivitas psikomotor, somnolen, sindrom serotonin, eksitasi, gugup, sensasi mabuk atau tinggi, insomnia, bingung
- Lainnya: depresi napas, nistagmus[1,4]
Overdosis
Overdosis dapat terjadi, utamanya pada pasien anak yang berusia <2 tahun. Gejala overdosis mencakup midriasis, mual, muntah, depresi saraf pusat, eksitasi, letargi, nistagmus, sindrom serotonin, penurunan kesadaran, disarthria, kebingungan, gejala psikotik, dan depresi napas. Pada pasien yang mengalami overdosis, dapat diberikan terapi suportif dan simptomatik. Naloxone telah dilaporkan efektif pada beberapa kasus overdosis dextromethorphan.[2,4]
Interaksi Obat
Obat yang dapat mengalami interaksi dengan dextromethorphan antara lain:
- Memantine: antagonis reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) seperti dextromethorphan dapat meningkatkan efek toksik dari memantine
-
Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI): bila diberikan bersamaan dengan dextromethorphan dapat meningkatkan efek serotonergik. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya sindrom serotonin yang fatal. Contoh MAOI adalah isocarboxazid dan phenelzine
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI): dextromethorphan dapat meningkatkan efek serotonergik obat golongan SSRI sehingga dapat menyebabkan terjadinya sindrom serotonin. Contoh SSRI adalah fluoxetine dan paroxetine
- Efek toksik juga meningkat jika digunakan bersama penghambat enzim CYP2D6 yang poten, seperti fluoxetine, paroxetine, quinidine, dan terbinafine
- Alkohol: meningkatkan efek pada sistem saraf pusat[2,4]