Pengawasan Klinis Faktor X
Pengawasan klinis yang dilakukan setelah pemberian faktor X melalui infus intravena adalah pemeriksaan tanda-tanda vital pasien, ada tidaknya reaksi hipersensitivitas, dan membaik tidaknya perdarahan yang dialami.[1,6,7,13]
Hipersensitivitas mungkin hanya menunjukkan manifestasi klinis ringan seperti ruam kulit dan urtikaria. Namun, pada pasien yang mengalami reaksi anafilaksis, akan timbul gejala seperti tekanan darah menurun, denyut nadi melemah, hingga kesadaran yang menurun.[1,6,7,13]
Pengawasan terapi yang juga mungkin dibutuhkan adalah pemeriksaan kadar faktor X dalam plasma untuk melihat apakah faktor X sudah mencapai kadar yang diharapkan. Pemeriksaan ini dapat diulang jika kadar belum tercapai atau jika perdarahan belum teratasi. Metode pemeriksaan bisa berupa one stage clotting assay (OSA).[1,6,7,11,13]
Pada pasien yang telah mendapatkan terapi faktor X dengan dosis tepat tetapi tujuan terapi tidak tercapai, lakukan tes konsentrasi inhibitor atau antibodi faktor X dalam plasma. Pasien tersebut mungkin mengalami penghambatan atau penurunan antibodi. Pemeriksaan menggunakan metode Nijmegen–Bethesda inhibition assay.[1,6,7,11,13]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur