Efek Samping dan Interaksi Obat Vaksin Pertusis
Efek samping vaksin pertusis umumnya minimal, namun efek samping berat seperti kejang demam pernah dilaporkan. Vaksin pertusis dapat berinteraksi dengan obat yang bersifat imunosupresif, steroid, dan imunoglobulin.
Efek Samping
Efek samping yang timbul setelah pemberian vaksin pertusis umumnya ringan dan tidak berbahaya. Efek samping berat jarang terjadi. Efek samping dilaporkan lebih banyak ditemukan pada pasien yang diberikan vaksin wP.[14]
Tabel 2. Efek Samping Vaksin Pertusis
Kategori | Efek Samping | Keterangan |
Ringan | Reaksi lokal (nyeri, kemerahan, atau pembengkakan) ditemukan pada 20 – 40% pasien saat penyuntikan pertama sampai ketiga | Dapat sembuh sendiri |
Reaksi sistemik ringan (mengantuk, rewel, demam subfebris) | ||
Demam <40 C(terjadi pada 3 – 5% pasien) | Dapat diberikan paracetamol atau ibuprofen | |
Sedang atau berat | Demam dengan suhu ≥ 40 C atau lebih | Lebih banyak ditemukan pada pasien yang menerima vaksin wP |
Kejang demam | ||
Menangis yang persisten selama 3 jam atau lebih | ||
Episode hipotonik-hiporesponsif |
Interaksi Obat
Beberapa jenis obat dapat menurunkan atau menaikkan efektivitas vaksin pertusis.
Menurunkan Respon terhadap Vaksin
Ada beberapa obat yang memiliki interaksi dengan vaksin pertusis. Obat-obat imunosupresif, seperti obat kemoterapi, akan mempengaruhi respon imun yang dihasilkan vaksin sehingga pemeriksaan kadar titer pasca vaksinasi perlu dipertimbangkan.
Pemberian vaksin pada pasien yang menggunakan steroid sistemik lebih dari 2 minggu juga tidak disarankan. Vaksin dapat diberikan 2 minggu sebelum terapi atau 4 minggu setelahnya. Jika pasien dalam terapi steroid jangka waktu lama, pemberian vaksin tetap dapat dilakukan dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar titer antibodi pasca vaksinasi.
Meningkatkan Respon terhadap Vaksin
Pemberian bersamaan dengan interferon gamma 1b dapat mengamplifikasi respon imun sehingga tidak disarankan diberikan bersamaan.
Pemberian Bersama Vaksin Lainnya
Vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus) dapat diberikan bersamaan dengan imunoglobulin tetanus atau antitoksin difteri. Akan tetapi, pemberiannya menggunakan spuit yang berbeda dan disuntikkan di lokasi yang berbeda.
Vaksin pertusis dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya, seperti vaksin polio, campak, rubella, rotavirus, varicella, Haemophilus influenzae tipe B, atau pneumokokus. Tidak ditemukan adanya gangguan pada pembentukan respon imun oleh antigen pertusis atau antigen yang lain, baik pada saat pemberian dosis primer maupun dosis tambahan.[20-22]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja