Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Vaksin Pertusis
Vaksin pertusis direkomendasikan pada kehamilan di trimester akhir. Penggunaan pada ibu menyusui diperbolehkan.
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan kategori FDA, vaksin pertusis termasuk dalam kategori C. Artinya, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Menurut TGA, vaksin pertusis dalam bentuk kombinasi vaksin difteri + pertusis + tetanus (DPT) dan vaksin difteri + pertusis + tetanus + inactivated poliomyelitis (DPT-IPV) masuk dalam kategori A.
Sementara itu, kombinasi vaksin difteri + pertusis + tetanus + hepatitis B + inactivated poliomyelitis + Haemophilus influenzae tipe B (DPT-HB-IPV-Hib) dalam bentuk kombinasi memiliki kategori B2. Artinya, obat sudah dikonsumsi oleh sedikit wanita hamil dan wanita usia reproduktif tanpa menunjukkan adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya lain secara langsung maupun tidak langsung pada bayi. Studi pada hewan juga tidak adekuat atau bahkan kurang, tetapi data yang ada tidak menunjukkan adanya peningkatan risiko kelainan pada janin.[7,8]
Menurut CDC, pemberian vaksin pertusis pada kehamilan diperbolehkan. Pemberian vaksin disarankan pada minggu ke-27 sampai ke-36. Setelah pemberian vaksin, ibu hamil dapat mengalami efek samping sama seperti pasien yang lain, seperti reaksi lokal pada tempat injeksi yaitu kemerahan, bengkak, kaku, gatal, atau nyeri, serta reaksi sistemik seperti demam, nyeri kepala, malaise, dan myalgia.[17,23]
Sampai saat ini tidak ditemukan adanya komplikasi pada kehamilan dan persalinan setelah pemberian vaksin yang mengandung pertusis pada ibu hamil.[23]
Satu studi observasional pada ibu hamil menemukan bahwa pemberian vaksin yang mengandung pertusis pada ibu hamil berhubungan dengan meningkatnya kejadian korioamnionitis.[24]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Vaksin yang mengandung pertusis dapat diberikan kepada ibu yang sedang menyusui dan bukan merupakan kontraindikasi. Studi membuktikan bahwa pemberian vaksin yang mengandung pertusis pada ibu yang sedang hamil dengan usia kandungan lebih dari 20 minggu akan meningkatkan jumlah IgA antipertusis di dalam ASI. Akan tetapi, sampai saat ini belum dapat disimpulkan apakah adanya IgA pertusis pada ASI ini dapat memproteksi bayi.[25-27]
Studi pada 39 ibu yang diberikan vaksin yang mengandung pertusis 24 jam pasca melahirkan menemukan bahwa kadar IgA anti pertusis pada ASI mencapai puncak pada hari ke-10 dan selanjutnya mengalami penurunan.[9]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja