World Health Organization (WHO) mempublikasikan pedoman kebersihan tangan pada tahun 2025. Pedoman ini bertujuan untuk membantu pemerintah memperkuat kebijakan dan pelaksanaan kebersihan tangan di komunitas, serta melengkapi panduan yang sudah ada untuk fasilitas kesehatan.
Dalam pedoman ini, WHO menjelaskan mengenai protokol kebersihan tangan yang dianggap paling optimal, termasuk kapan cuci tangan sangat penting dilakukan (misalnya: setelah buang air, sebelum makan atau menyiapkan makanan, dan setelah bersin atau batuk). Pedoman ini juga mencakup bahan dan teknik cuci tangan yang dianjurkan untuk hasil terbaik.[1]
Tabel 1. Tentang Pedoman Klinis Ini
| Topik | Kebersihan tangan di lingkungan masyarakat |
| Tipe | Pencegahan |
| Yang Merumuskan | World Health Organization (WHO) - UNICEF |
| Tahun | Tahun: 2025 |
| Negara Asal | Internasional |
| Sasaran | Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemerintah Lainnya, Organisasi Internasional, Lembaga Swadaya Masyarakat, Masyarakat Sipil, Akademisi, Petugas Kesehatan, dan Organisasi Sektor Swasta. |
Penentuan Tingkat Bukti
Bukti-bukti yang mendukung dan digunakan sebagai rekomendasi pada pedoman ini diperoleh dari sistem penilaian bukti yang terstruktur melalui proses evidence grading. Dalam penyusunannya, dilakukan telaah bukti secara sistematis, penilaian konflik kepentingan, serta pembahasan oleh Guideline Development Group (GDG).
Penentuan tingkat bukti dilengkapi dengan kerangka Evidence to Decision (EtD) untuk memastikan bahwa rekomendasi mempertimbangkan efektivitas, nilai sosial, sumber daya, dan dampak kebijakan secara komprehensif. Tujuan utama dari pedoman ini adalah untuk membantu pemerintah dan petugas kesehatan dalam mempromosikan kebersihan tangan di lingkungan masyarakat.[1]
Rekomendasi Utama untuk Diterapkan dalam Praktik Klinis Anda
Pada setting komunitas, WHO merekomendasikan praktik kebersihan tangan pada 5 momen kritis, yakni sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan/menyusui, setelah buang air atau kontak dengan feses, setelah batuk/bersin/mengeluarkan ingus, dan ketika tangan tampak kotor. Selain itu, mencuci tangan dengan air dan sabun merupakan metode paling efektif di komunitas. Alkohol hand rub adalah alternatif bila tangan tidak tampak kotor.[1]
Tindakan Pemerintah
Untuk setting komunitas, WHO merekomendasikan promosi kebersihan tangan dengan peran aktif pemerintah, yakni:
- Pemerintah perlu menetapkan kebersihan tangan sebagai prioritas nasional dalam kebijakan kesehatan masyarakat.
- Menyusun rencana nasional yang terintegrasi, termasuk pendanaan yang memadai untuk program kebersihan tangan.
- Mengembangkan standar dan regulasi mengenai fasilitas cuci tangan di berbagai lingkungan komunitas.
- Memastikan ketersediaan infrastruktur kebersihan tangan (air, sanitasi, fasilitas cuci tangan) yang terjangkau dan berkelanjutan.
- Melakukan kampanye komunikasi perubahan perilaku yang terkoordinasi secara nasional.
- Memantau dan mengevaluasi keberhasilan program melalui sistem pemantauan yang jelas dan berkelanjutan.[1]
Praktik Cuci Tangan
Rekomendasi terkait praktik cuci tangan adalah:
- Cuci tangan menggunakan sabun dan air merupakan metode utama yang direkomendasikan. Penggunaan sabun dan air dalam waktu yang cukup, dan memastikan kedua tangan tertutup sepenuhnya oleh sabun, diikuti dengan menggosok tangan secara menyeluruh.
Hand rub berbasis alkohol (ABHR) dapat digunakan jika air dan sabun tidak tersedia.
- Praktik cuci tangan harus dilakukan pada waktu-waktu kritis: setelah dari toilet, sebelum makan atau saat menyiapkan makanan, setelah bersentuhan dengan kotoran atau lingkungan yang terkontaminasi, saat tangan terlihat kotor, dan setelah batuk/bersin.
- Langkah cuci tangan harus memastikan seluruh permukaan tangan dibersihkan secara menyeluruh.
- Mengeringkan tangan setelah mencuci merupakan bagian penting dari kebersihan tangan, karena tangan yang tidak dikeringkan dengan baik (lembap) dapat meningkatkan risiko perpindahan patogen dari tangan ke permukaan atau sebaliknya.
Paper towel sekali pakai yang bersih direkomendasikan, dengan pertimbangan upaya daur ulang untuk mengurangi dampak lingkungan. Alternatif lainnya, mengeringkan tangan secara manual dengan cara mengibaskan tangan juga efektif.
- Mengeringkan tangan menggunakan pakaian dapat menyebabkan kontaminasi ulang dan tidak dianjurkan.[1]
Persyaratan untuk Kebersihan Tangan di Lingkungan Masyarakat
Beberapa rekomendasi tambahan untuk kebersihan tangan di setting komunitas antara lain:
- Kebutuhan material dasar meliputi tersedianya fasilitas cuci tangan di lokasi yang mudah dijangkau, dengan ketersediaan air mengalir dan sabun yang memadai, atau hand rub berbasis alkohol, serta sistem pembuangan air limbah yang aman.
- Air harus tersedia dalam jumlah cukup untuk membasahi seluruh permukaan tangan sebelum menggosok sabun dan membilasnya secara menyeluruh. Penelitian menunjukkan bahwa 0,5–2 liter air per orang setiap sesi cuci tangan sudah memadai. Bila ketersediaan air terbatas, keran dapat dimatikan setelah tangan dibasahi dan selama proses menggosok sabun, lalu dinyalakan kembali hanya untuk membilas.
- Sabun harus digunakan dalam jumlah yang cukup untuk menutupi seluruh permukaan tangan. Kebutuhan sabun yang efektif adalah sekitar 1–3 mL (atau 1–3 g) untuk sabun cair, 0,5–1 g untuk sabun batang, dan sekitar 200 mL untuk soapy water.
- Untuk ABHR, volume yang digunakan harus dapat melapisi seluruh permukaan kedua tangan secara merata. Jumlah yang direkomendasikan adalah 3–5 mL atau sekitar satu telapak penuh, dengan kandungan alkohol minimal 60% agar efektif membunuh kuman.
- Informasi yang diberikan harus mencakup pentingnya mencuci tangan (why), waktu-waktu penting untuk melakukannya (when), serta teknik yang benar untuk mencapai kebersihan tangan optimal (how).
- Memastikan bahwa fasilitas harus inklusif, aman, dan dapat digunakan oleh semua kelompok (anak-anak, lansia, penyandang disabilitas).
- Lingkungan sosial yang mendukung memanfaatkan norma sosial, hubungan antar individu, dan rutinitas untuk memperkuat kebiasaan mencuci tangan secara teratur dan efektif.[1]
Perbandingan dengan Pedoman Klinis di Indonesia
Di Indonesia, pedoman mengenai cuci tangan dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada tahun 2020. Panduan ini bernama Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), yang lebih berfokus pada edukasi perilaku dan praktik cuci tangan yang benar.
Panduan Kemenkes RI lebih banyak membahas mengenai teknik cuci tangan, durasi yang dianjurkan, dan langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat Indonesia. Meski membahas penyediaan sarana cuci tangan di berbagai fasilitas, pedoman ini belum mengatur secara rinci kebutuhan kuantitatif seperti jumlah air atau sabun yang ideal.[2]
Lebih lanjut lagi, menurut pedoman WHO di atas, dokter dan petugas kesehatan perlu mengadvokasi secara aktif komunitas mereka tentang pentingnya kebersihan tangan demi menurunkan beban penyakit infeksi. Meski demikian, banyak studi telah menunjukkan bahwa petugas kesehatan sendiri memiliki kepatuhan yang buruk terhadap protokol kebersihan tangan, termasuk di Indonesia.[3]
Kesimpulan
Pedoman kebersihan tangan di lingkungan masyarakat dari WHO–UNICEF tahun 2025 menegaskan bahwa kebersihan tangan adalah upaya pencegahan infeksi yang harus dijamin oleh pemerintah melalui penguatan sistem, penyediaan sarana dasar, regulasi, dan edukasi masyarakat. Beberapa rekomendasi utama dalam pedoman ini adalah:
- Pemerintah perlu menjadikan kebersihan tangan sebagai prioritas nasional melalui kebijakan dan pendanaan terarah, termasuk regulasi tentang standar fasilitas cuci tangan yang dapat diakses semua kelompok (anak-anak, lansia, penyandang disabilitas).
- Fasilitas kebersihan tangan harus menyediakan air mengalir yang cukup (sekitar 0,5–2 liter per sesi cuci tangan), sabun dalam jumlah memadai (1–3 mL sabun cair atau 0,5–1 g sabun batang), atau alkohol hand rub minimal kekuatan 60% dengan volume 3–5 mL per penggunaan; serta sistem pembuangan air limbah yang aman.
- Cuci tangan menggunakan sabun dan air dilakukan dengan memastikan seluruh permukaan tangan tertutup sabun dan digosok menyeluruh, diikuti pembilasan yang cukup. Alkohol hand rub digunakan bila tangan tidak tampak kotor dan harus melapisi kedua tangan secara merata hingga kering.
- Kebersihan tangan dilakukan pada waktu-waktu kritis seperti setelah dari toilet, sebelum makan atau menyiapkan makanan, setelah kontak dengan kotoran atau lingkungan terkontaminasi, saat tangan terlihat kotor, serta setelah batuk atau bersin.
- Setelah dicuci, tangan dikeringkan sepenuhnya menggunakan paper towel sekali pakai atau metode higienis lainnya (misalnya mengibaskan tangan), karena tangan lembap meningkatkan perpindahan patogen.
