Pedoman Penggunaan Kemoterapi Neoadjuvan pada Kanker Ovarium Stadium Lanjut – Ulasan Guideline Terkini

Pedoman klinis mengenai penggunaan kemoterapi neoadjuvan pada kanker ovarium stadium lanjut telah dipublikasikan oleh ASCO (American Society of Clinical Oncology) pada tahun 2025. Pembaruan utama dalam pedoman ini adalah penekanan kembali mengenai pentingnya evaluasi dini oleh ginekolog onkologi untuk menentukan apakah pasien kanker ovarium stadium lanjut cocok menjalani operasi sitoreduksi primer atau kemoterapi neoadjuvan.

Selain itu, pedoman ini juga menyoroti perlunya konfirmasi histologis sebelum memulai kemoterapi neoadjuvan. Pedoman ini juga menyampaikan mengenai pentingnya pengujian genetik sejak awal diagnosis, serta memperkenalkan kemungkinan penggunaan HIPEC (hyperthermic intraperitoneal chemotherapy) pada pasien tertentu.[1]

Kemoterapi Neoadjuvan pada Kanker Ovarium Stadium Lanjut

Tabel 1. Tentang Pedoman Klinis Ini

Penyakit Kanker ovarium stadium lanjut
Tipe Penatalaksanaan
Yang Merumuskan ASCO (American Society of Clinical Oncology)
Tahun 2025
Negara Asal Amerika Serikat
Dokter Sasaran Spesialis Onkologi, Spesialis Ginekologi

Penentuan Tingkat Bukti

Penentuan tingkat bukti dalam pedoman klinis ASCO ini dilakukan melalui tinjauan sistematik terhadap uji klinis acak fase III (RCT), meta analisis, dan studi kohort multisenter. Kualitas bukti untuk setiap luaran dievaluasi menggunakan Cochrane Risk of Bias tool dan elemen dari metode GRADE, yang mengkategorikan bukti menjadi tinggi, sedang, rendah, atau sangat rendah.

Selain itu, rekomendasi dalam pedoman ini dibentuk melalui diskusi panel multidisiplin yang melibatkan dokter, perwakilan pasien, dan pakar metodologi. Setiap rekomendasi disertai dengan penilaian kekuatan rekomendasi dan kualitas buktinya. Draf awal juga dibuka untuk komentar publik guna memastikan transparansi sebelum akhirnya disetujui oleh Komite Kedokteran Berbasis Bukti ASCO.[1]

Rekomendasi Utama untuk Diterapkan dalam Praktik Klinis Anda

Pedoman ASCO 2025 merekomendasikan pendekatan individual dalam penggunaan kemoterapi neoadjuvan untuk pasien dengan kanker ovarium epitelial stadium III-IV. Penekanan pada pedoman ini adalah pentingnya evaluasi dini oleh ginekolog onkologi untuk menentukan kelayakan operasi primer.

Jika pasien dianggap tidak mungkin mencapai sitoreduksi lengkap atau memiliki risiko perioperatif tinggi, kemoterapi neoadjuvan diutamakan, dengan regimen platinum-taxane dan pertimbangan waktu serta strategi lanjutan berdasarkan respons pasien.[1]

Rekomendasi Terkait Evaluasi Klinis

Berikut adalah beberapa rekomendasi yang penting diperhatikan terkait evaluasi klinis pasien kanker ovarium stadium lanjut yang dipertimbangkan menjalani kemoterapi neoadjuvan:

  • Evaluasi awal harus mencakup tes CA-125, CT abdomen dan pelvis, serta pencitraan dada, dengan tambahan laparoskopi, MRI, PET, atau USG jika perlu.
  • Semua pasien harus ditawari tes germline dan somatik sesegera mungkin setelah diagnosis.

Dalam pedoman ASCO, ditekankan bahwa pemilihan terapi sebaiknya dilakukan oleh tim multidisiplin yang berpengalaman dalam penanganan kanker ovarium stadium lanjut, serta perlu adanya diskusi dengan pasien terkait risiko, manfaat, dan preferensi pasien, sehingga keputusan terapi dapat bersifat individual dan terarah.[1]

Rekomendasi Terkait Operasi Sitoreduktif vs Kemoterapi Neoadjuvan

Berikut adalah beberapa rekomendasi yang penting diperhatikan terkait pertimbangan pemilihan operasi sitoreduktif primer atau kemoterapi neoadjuvan:

  • Operasi sitoreduktif primer direkomendasikan untuk pasien yang memenuhi kriteria, terutama bagi yang diperkirakan dapat mencapai sitoreduksi lengkap.
  • Kemoterapi neoadjuvan diutamakan untuk pasien dengan risiko perioperatif tinggi atau kemungkinan rendah untuk sitoreduksi optimal.
  • Konfirmasi histologis wajib dilakukan sebelum kemoterapi neoadjuvan, idealnya dengan core biopsy.[1]

Rekomendasi Terkait Penggunaan Kemoterapi Neoadjuvan

Berikut adalah beberapa rekomendasi yang penting diperhatikan terkait penggunaan kemoterapi neoadjuvan:

  • Regimen kemoterapi yang direkomendasikan sebagai pilihan pertama adalah platinum-taxane, seperti carboplatin-paclitaxel.
  • Operasi sitoreduktif interval dianjurkan dilakukan setelah ≤4 siklus kemoterapi jika pasien berespons terhadap terapi atau penyakit stabil.
  • HIPEC dapat dipertimbangkan pada pasien tertentu dengan kanker ovarium stadium III dan kondisi medis mendukung.
  • Pasien harus melanjutkan kemoterapi pasca-operasi dengan total minimal 6 siklus.
  • Terapi pemeliharaan, dengan bevacizumab atau PARP inhibitor, atau observasi ditawarkan sesuai preferensi pasien.
  • Jika terjadi progresi saat kemoterapi neoadjuvan, lakukan biopsi ulang dan pertimbangkan pemeriksaan profil molekuler, serta opsi terapi alternatif atau perawatan paliatif.

Perlu diketahui bahwa penggunaan HIPEC masih bersifat opsional dan belum menjadi standar rutin, karena memerlukan fasilitas khusus dan masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk implementasi luas.[1]

Perbandingan dengan Pedoman Klinis di Indonesia

Pedoman penanganan kanker ovarium di Indonesia dipublikasikan oleh Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) di tahun 2018. Pedoman tersebut memiliki banyak kemiripan dengan pedoman ASCO, terutama dalam pemilihan pasien yang layak untuk operasi sitoreduksi primer atau kemoterapi neoadjuvan.

Pedoman HOGI menganjurkan operasi sitoreduksi primer pada pasien dengan kondisi klinis baik, fungsi organ memadai, dan kemungkinan besar mencapai debulking optimal tanpa sisa tumor makroskopis. Sebaliknya, kemoterapi neoadjuvan diikuti operasi sitoreduksi interval (interval cytoreductive surgery/ICS) direkomendasikan pada pasien dengan beban tumor yang luas atau risiko tinggi komplikasi perioperatif, mirip dengan kriteria seleksi ASCO.

Perbedaan ada pada aspek teknis penentuan resectability. ASCO menekankan penggunaan pencitraan komprehensif serta laparoskopi diagnostik untuk membantu pengambilan keputusan. Di lain pihak, pedoman HOGI mengandalkan pencitraan CT scan dan evaluasi klinis tanpa mencantumkan laparoskopi diagnostik secara rutin.

Dalam hal regimen kemoterapi, baik pedoman HOGI maupun ASCO merekomendasikan kombinasi carboplatin dan paclitaxel sebagai lini pertama, dengan jumlah siklus kemoterapi neoadjuvan sebelum ICS sebanyak 3 siklus diikuti kemoterapi adjuvan. Namun, pedoman ASCO memberikan fleksibilitas penambahan atau pengurangan siklus berdasarkan respons tumor dan kondisi pasien, sedangkan pedoman HOGI menetapkan jumlah siklus yang lebih baku.[1,2]

Kesimpulan

ASCO (American Society of Clinical Oncology) mempublikasikan pedoman penggunaan kemoterapi neoadjuvan pada kanker ovarium stadium lanjut pada tahun 2025. Beberapa rekomendasi utama dalam pedoman klinis ini adalah:

  • Evaluasi dini oleh ginekolog onkologi diperlukan untuk menentukan apakah pasien kanker ovarium stadium lanjut cocok menjalani operasi primer atau kemoterapi neoadjuvan. Pemeriksaan mencakup CA-125, CT abdomen dan pelvis, serta tes germline atau somatik
  • Operasi sitoreduktif primer direkomendasikan untuk pasien yang memenuhi kriteria, terutama bagi yang diperkirakan dapat mencapai sitoreduksi lengkap. Kemoterapi neoadjuvan diutamakan untuk pasien dengan risiko perioperatif tinggi atau kemungkinan rendah untuk sitoreduksi optimal.
  • Regimen kemoterapi neoadjuvan yang dianjurkan adalah platinum-taxane, seperti carboplatin-paclitaxel

Referensi