Pemberian Vaksin Pneumokokus pada Pasien Lansia dan Pasien Imunodefisiensi

Oleh :
dr. Erizka Rivani, M. Ked. Klin., Sp. MK

Pemberian vaksin pneumokokus direkomendasikan untuk pasien lansia dan pasien imunodefisiensi karena kedua kelompok ini memiliki risiko penyakit berat bila terinfeksi oleh Streptococcus pneumoniae. Vaksin pneumokokus yang diberikan dapat berupa vaksin PCV atau pneumococcal conjugate vaccine maupun PPSV atau pneumococcal polysaccharide vaccine.[1,2]

Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi S. pneumoniae yang merupakan patogen utama penyebab pneumonia komunitas. Bakteri ini dapat menimbulkan penyakit lokal melalui penyebaran langsung dari nasofaring, misalnya sinusitis dan otitis media. Selain itu, bakteri ini juga bisa menyebar lewat aliran darah ke area tubuh yang steril (alveolus, meningens, dan cairan sendi) dan menimbulkan penyakit pneumokokus invasif.[3]

Pemberian Vaksin Pneumokokus pada Pasien Lansia dan Pasien Imunodefisiensi

S. pneumoniae memiliki faktor virulensi utama berupa kapsul polisakarida. Hingga saat ini, ada 100 serotipe yang teridentifikasi melalui struktur antigen kapsulnya. Vaksin pneumokokus yang tersedia saat ini menggunakan kapsul polisakarida untuk memicu respons imun. Perlindungan yang ditimbulkan oleh vaksin ini bersifat spesifik terhadap serotipe. Vaksin ini bukan merupakan vaksin live-attenuated, sehingga relatif aman untuk orang yang mengalami imunodefisiensi.[3]

Kelompok Berisiko yang Memerlukan Vaksin Pneumokokus

Distribusi kejadian penyakit pneumokokus bersifat bimodal, yakni paling tinggi pada kelompok usia <5 tahun dan >50 tahun. Kurang lebih 80% penyakit pneumokokus invasif pada pasien dewasa terjadi pada kelompok usia >50 tahun dan sekitar 40–50% dari kasus pada usia >50 tahun dialami oleh kelompok usia >65 tahun.[4]

Insiden penyakit pneumokokus invasif pada pasien dewasa yang berusia 19–64 tahun dengan faktor risiko (penderita penyakit kronis, pengguna implan koklea, pasien dengan kebocoran cairan serebrospinal, dan pasien dengan imunodefisiensi) adalah 4–40 kali lebih tinggi daripada orang tanpa faktor resiko pada kelompok usia yang sama.[4]

Tingginya insiden penyakit invasif pada pasien lansia disebabkan oleh fenomena immunosenescence seiring pertambahan usia, yaitu penurunan aktivitas dan efektivitas sistem imun innate maupun adaptif. Pasien lansia juga sering mengalami berbagai penyakit komorbid yang turut meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.[1,5]

Beberapa kondisi lain yang meningkatkan risiko infeksi dan risiko penyakit berat adalah:

  • Penyakit kronis pada paru, jantung, ginjal, dan liver
  • Asplenia
  • Diabetes mellitus
  • Penyakit autoimun
  • Kondisi imunodefisiensi pada pasien dengan HIV, myeloma, keganasan, riwayat kemoterapi, riwayat transplantasi organ, dan penggunaan kortikosteroid sistemik selama >1 bulan[6,7]

Risiko penyakit pneumokokus invasif 100 kali lebih tinggi pada populasi HIV yang tidak menjalani terapi antiretroviral bila dibandingkan populasi non-HIV. Pasien dalam terapi antiretroviral dengan kadar CD4 >200 dan viral load undetected pun masih memiliki risiko infeksi dan risiko infeksi rekuren yang lebih tinggi daripada orang tanpa infeksi. Oleh sebab itu, vaksin pneumokokus penting diberikan pada pasien HIV.[6,7]

Efikasi dan Keamanan Vaksin Pneumokokus

Vaksin pneumokokus yang tersedia di Indonesia adalah vaksin polisakarida yang mengandung 23 jenis serotipe (pneumococcal polysaccharide vaccine 23 atau PPSV 23) dan vaksin polisakarida terkonjugasi (pneumococcal conjugate vaccine atau PCV) yang mengandung 10 jenis serotipe (PCV 10) maupun 13 jenis serotipe (PCV 13).[8]

Pada tahun 2021, FDA juga mengeluarkan lisensi terkait PCV 15 dan PCV 20. Namun, hingga saat ini keduanya belum tersedia di Indonesia.[8]

Efikasi dan Keamanan Vaksin Pneumokokus pada Pasien Lansia

Tinjauan sistematik dan meta analisis telah mempelajari efektivitas PCV 13 dan PPSV 23 untuk mengurangi risiko penyakit invasif pada kelompok usia >50 tahun. Tidak ada uji klinis yang membandingkan kedua jenis vaksin tersebut secara langsung. Namun, efikasi PCV 13 dan PPSV 23 dinyatakan setara dalam beberapa uji klinis.[10]

Pemberian vaksin pneumokokus mengurangi risiko penyakit pneumokokus invasif pada lansia hingga 43–76%. Risiko pneumonia akibat S. pneumoniae menurun hingga 64% pada lansia yang mendapatkan vaksin PCV 13.[5,9]

Pada kelompok usia 65–74 tahun, vaksinasi PCV 13 yang diikuti booster dengan PPSV 23 mengurangi risiko penyakit invasif sebanyak 80,3%.[10]

Pemberian vaksin tidak hanya mengurangi risiko penyakit akibat infeksi S. pneumoniae. Studi menunjukkan bahwa insiden penyakit saluran napas bawah yang perlu perawatan di rumah sakit juga berkurang pada lansia yang mendapatkan vaksin pneumokokus. Studi menyatakan bahwa PCV 13 dan PPSV 23 bersifat aman dan ditoleransi dengan baik oleh lansia, dengan efek samping minimal yang tidak berbeda dari efek samping umum pada kelompok usia lainnya.[11]

Efikasi dan Keamanan Vaksin Pneumokokus pada Pasien Imunodefisiensi

Keadaan imunodefisiensi memengaruhi efektivitas vaksin secara keseluruhan karena adanya gangguan pada kemampuan tubuh untuk membentuk imunitas yang diharapkan setelah paparan dengan imunogen dalam vaksin. Pada kelompok imunodefisiensi, vaksinasi pneumokokus booster diperlukan untuk meningkatkan respons imun.[12]

Pada pasien HIV, serokonversi tercapai lebih banyak pada kelompok yang diberikan dua jenis vaksin secara berurutan (sequential) daripada kelompok pasien yang hanya mendapatkan salah satu jenis vaksin.[12]

Penelitian mengenai efikasi vaksin pada kelompok imunodefisiensi menunjukkan hasil yang bervariasi. Secara umum, efikasi vaksin tampak lebih rendah daripada efikasi pada kelompok imunokompeten. Namun, karena ada beban morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada kelompok imunodefisiensi, pemberian vaksin tetap disarankan dengan mengikuti panduan khusus untuk pasien dengan kondisi tersebut.[12]

Vaksin pneumokokus bukan merupakan vaksin hidup (bukan live-attenuated), sehingga cukup aman diberikan kepada pasien imunodefisiensi. Tidak ada laporan perbedaan frekuensi dan intensitas efek samping vaksin pneumokokus pada pasien HIV, baik efek samping lokal (eritema, indurasi, dan nyeri) maupun efek sistemik (demam, myalgia) bila dibandingkan dengan efek yang dialami oleh pasien non-HIV.[12]

Cara Pemberian Vaksin Pneumokokus

Berbagai asosiasi kesehatan telah mengeluarkan rekomendasi untuk pemberian vaksin pneumokokus pada populasi lansia dan populasi imunodefisiensi.

Cara Pemberian Vaksin Pneumokokus pada Pasien Lansia

Satuan Tugas Imunisasi Dewasa dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI) merekomendasikan pemberian vaksin PCV 13 untuk semua orang berusia >50 tahun dan pemberian vaksin PPSV 23 untuk semua orang berusia >60 tahun.[13]

Pada pasien usia >60 tahun yang belum pernah mendapatkan vaksin pneumokokus apa pun sebelumnya, pemberian PCV 13 diikuti pemberian PPSV 23 dengan jeda minimal 1 tahun di antaranya. Untuk pasien usia >60 tahun yang pernah mendapat PPSV 23 tetapi belum mendapat vaksin PCV 13 sebelumnya, berikan PCV 13 dengan jeda minimal yang sama, yakni 1 tahun setelah PPSV 23.[13]

Cara Pemberian Vaksin Pneumokokus pada Pasien Imunodefisiensi

Pemberian vaksin juga direkomendasikan untuk orang dewasa dengan indikasi medis atau kondisi tertentu, misalnya gagal ginjal kronis, asplenia, imunodefisiensi (primer, sekunder, maupun iatrogenik), HIV, keganasan, sindrom nefrotik, penyakit sickle cell, riwayat transplantasi, leukemia, limfoma, dan myeloma.[13,14]

Tabel 1. Rekomendasi Vaksin Pneumokokus untuk Pasien Berusia 19–64 tahun dengan Kondisi Imunodefisiensi Spesifik

Riwayat Vaksinasi Sebelumnya Opsi A Opsi B
Tidak ada riwayat vaksinasi sebelumnya Berikan PCV 20 Berikan PCV 15 lalu PPSV 23 dengan jeda minimal 8 minggu
PPSV 23 saja Berikan PCV 20 dengan jeda minimal 1 tahun setelah PPSV 23 Berikan PCV 15 dengan jeda minimal 1 tahun setelah PPSV 23
PCV 13 saja Berikan PCV 20 dengan jeda minimal 1 tahun setelah PCV 13

Berikan PPSV 23 minimal 8 minggu setelah PCV 13, lalu berikan PPSV 23 ulang dengan jeda minimal 1 tahun dari PPSV 23 terakhir

 

Nilai kembali kebutuhan vaksin setelah pasien berusia 65 tahun

PCV 13 dan 1 dosis PPSV 23 Berikan PCV 20 dengan jeda minimal 5 tahun setelah vaksin terakhir

Berikan PPSV 23 dengan jeda minimal 5 tahun setelah vaksin terakhir

 

Nilai kembali kebutuhan vaksin setelah pasien berusia 65 tahun

PCV 13 dan 2 dosis PPSV 23 Berikan PCV 20 dengan jeda minimal 5 tahun setelah vaksin terakhir

Tidak perlu vaksin tambahan

Nilai kembali kebutuhan vaksin setelah pasien berusia 65 tahun

Sumber: Murthy N, et al. 2022.

Kesimpulan

Pemberian vaksin pneumokokus direkomendasikan untuk pasien lansia dan pasien imunodefisiensi karena kedua kelompok ini rentan mengalami infeksi Streptococcus pneumoniae yang berat. Pemberian vaksin pneumokokus pada populasi ini terbukti bisa mengurangi risiko penyakit pneumokokus invasif dan mengurangi risiko kejadian infeksi saluran napas bawah yang membutuhkan rawat inap di rumah sakit.

Vaksin pneumokokus bukan merupakan vaksin hidup, sehingga bersifat aman untuk pasien imunodefisiensi. Respons imun yang dihasilkan oleh orang imunodefisiensi setelah vaksinasi memang lebih rendah daripada respons imun yang dihasilkan oleh orang imunokompeten setelah vaksinasi. Namun, karena adanya risiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi akibat infeksi S. pneumoniae pada orang imunodefisiensi, vaksin pneumokokus tetap direkomendasikan.

Vaksin pneumokokus yang telah tersedia di Indonesia saat ini adalah pneumococcal polysaccharide vaccine 23 (PPSV 23) dan pneumococcal conjugate vaccine (PCV) yang mengandung 10 jenis serotipe (PCV 10) maupun 13 jenis serotipe (PCV 13).

Referensi