Diagnosis Erisipelas
Diagnosis erisipelas perlu dicurigai pada pasien yang datang dengan plak eritema berbatas tegas, terasa nyeri, dan panas. Diagnosis umumnya ditegakkan dengan mudah secara klinis dan jarang memerlukan pemeriksaan penunjang. Apabila dirasa perlu, pemeriksaan Gram dan kultur dapat membantu menentukan organisme penyebab dan antibiotik yang sesuai.[1-3]
Anamnesis
Keluhan utama yang biasa dialami pasien erisipelas adalah adanya lesi kulit merah terang. Pasien juga bisa mengeluhkan gejala sistemik, seperti demam, lemas, dan pembesaran kelenjar getah bening.
Lesi erisipelas biasanya meluas secara bertahap, memiliki batas yang tegas, terasa nyeri, panas, dan memiliki onset akut. Predileksi erisipelas terutama pada tungkai bawah. Meski begitu, erisipelas dapat juga ditemukan pada lengan dan wajah
Dokter juga perlu mencari kemungkinan port d’entry, misalnya dari luka akibat trauma atau lesi akibat penyakit kulit lain seperti gigitan serangga atau psoriasis. Faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena erisipelas adalah adanya obstruksi limfatik atau edema, pencangkokan vena safena di ekstremitas bawah, mastektomi radikal, status imunokompromais, insufisiensi arteriovenosa, dan sindrom nefrotik.[1-3]
Pemeriksaan Fisik
Tanda sistemik seperti demam, menggigil, dan malaise dapat ditemukan 24–48 jam sebelum timbulnya lesi pada kulit. Namun, pada 15% kasus pasien tidak memiliki tanda sistemik.[1,2]
Pada pemeriksaan status lokalis, erisipelas menunjukkan gambaran lesi kulit yang khas, yaitu plak eritema berbatas tegas dengan permukaan mengkilap yang dapat meluas sekitar 2–10 cm. Tanda-tanda inflamasi seperti nyeri, panas, dan edema juga bisa muncul. Pada kasus yang lebih parah, mungkin dapat ditemukan komplikasi seperti lesi hemoragik, bulosa, abses, dan nekrosis.
Beberapa kondisi kulit yang diduga sebagai port d’entry patogen, misalnya luka akibat trauma, gigitan serangga, ulkus, dan dermatosis biasanya dapat ditemukan beberapa sentimeter dari plak eritema.[2,7,11,12]
Diagnosis Banding
Penegakan diagnosis erisipelas umumnya mudah dilakukan. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan mungkin mencakup selulitis dan fasciitis nekrotikans.
Selulitis
Erisipelas dan selulitis merupakan infeksi kulit yang terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke dalam lapisan kulit melalui luka. Erisipelas lebih sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus, sedangkan selulitis sering disebabkan oleh bakteri Staphylococcus.
Secara klinis, keduanya memiliki manifestasi berupa area kemerahan, bengkak, dan nyeri yang menyebar secara cepat. Namun, karena selulitis menginfeksi lapisan kulit yang lebih dalam, yaitu deep dermis dan jaringan subkutan, maka eritema sering kali terlihat sebagai warna merah tua atau keunguan dan memiliki batas yang tidak tegas.[13,14]
Fasciitis Nekrotikans
Fasciitis nekrotikans merupakan infeksi kulit yang melibatkan kerusakan pada epidermis, dermis, jaringan subkutan, fasia, dan otot. Pasien biasanya datang dengan keluhan eritema, edema, nyeri, dan tanda-tanda nekrosis yang jelas. R
asa nyeri yang dirasakan oleh pasien sering kali sangat hebat karena adanya kerusakan pada saraf subkutan. Bila tidak diobati, maka kondisi ini dapat mengancam jiwa.[13,15]
Angioedema
Kemerahan dan bengkak pada angioedema dapat memberikan gambaran klinis yang mirip dengan erisipelas. Namun, kondisi ini terutama disebabkan oleh reaksi alergi, misalnya terhadap makanan atau obat-obatan. Angioedema dapat sembuh dengan menghilangkan paparan penyebab alergi dan berespon terhadap pemberian antihistamin serta kortikosteroid.[13,16]
Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak dan erisipelas memiliki presentasi klinis yang serupa, yaitu eritema, bengkak, gatal, dan nyeri. Namun, pada dermatitis kontak, ditemukan adanya riwayat kontak secara langsung terhadap alergen atau bahan iritan sebagai penyebab.[13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada erisipelas jarang diperlukan karena diagnosis cukup mudah ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang dapat diperlukan untuk menentukan organisme penyebab dan menyingkirkan diagnosis banding.
Pewarnaan dan Kultur
Pewarnaan Gram dan kultur dapat bermanfaat pada kasus erisipelas yang tidak respon dengan pemberian antibiotik empiris adekuat. Kultur dapat menentukan organisme penyebab. Hal ini akan membantu dokter dalam menentukan terapi, terutama pada bakteri yang memiliki resistensi antibiotik. Pengambilan sampel untuk kultur dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain apusan epidermal, aspirasi, biopsi kulit, dan dari darah.[2,12,17]
Pencitraan
Fungsi pencitraan dalam diagnosis erisipelas adalah untuk menyingkirkan kemungkinan adanya abses, fasciitis nekrotikans, piomiositis, dan infeksi bakteri anaerob yang menghasilkan gas. Modalitas pencitraan yang dapat dilakukan antara lain MRI atau USG.[3,12,17]
Penulisan pertama oleh: dr. Rainey Ahmad Fajri Putranta