Diagnosis Folikulitis
Diagnosis folikulitis dapat ditegakkan secara klinis dengan temuan pustul disertai inflamasi perifolikular pada area predileksi. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan, kecuali jika lesi tidak responsif dengan tatalaksana adekuat, dan dicurigai terdapat resistensi bakteri atau pada kasus pasien imunosupresi.
Anamnesis
Pada anamnesis, pasien perlu ditanyakan mengenai gejala folikulitis, seperti adanya gatal, rasa nyeri, maupun rasa tidak nyaman pada daerah kulit yang lebih keras. Pada kasus tertentu, seperti deep folliculitis, pasien dapat mengeluhkan nyeri disertai dengan keluarnya cairan supuratif.
Jaringan parut dan hilangnya rambut kulit secara permanen dapat ditemukan pada lesi yang menetap atau rekuren. Pada anak, folikulitis dapat menimbulkan gejala sistemik, seperti demam, malaise maupun pembesaran kelenjar getah bening tergantung lokasi munculnya lesi.
Dalam anamnesis juga penting ditanyakan faktor risiko dari folikulitis sehingga penyebab dari infeksi kulit dapat diketahui, seperti riwayat paparan dengan bahan kimia yang bersifat mengiritasi kulit atau paparan dengan air hangat yang meningkatkan risiko folikulitis yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa.[2,3]
Pemeriksaan Fisik
Pada folikulitis superfisial, akan ditemukan pustul atau papul diskrit yang dikelilingi dengan lesi eritematosa yang terbatas pada orifisium rambut. Pustul yang mengalami ruptur dapat meninggalkan krusta berwarna kekuningan.
Pada folikulitis dalam, akan ditemukan lesi yang lebih nyeri, berupa plak atau nodul, disertai eritema dan indurasi. Lesi tersebut akan berkembang menjadi pustul berjumlah multipel yang dapat menyatu dengan folikel rambut yang berdekatan. Pasien juga dapat mengeluhkan gejala sistemik seperti demam dan flu-like symptoms.[3,4,5]
Predileksi folikulitis tergantung dari usia penderita. Pada bayi dan anak, lesi folikulitis paling banyak ditemukan pada daerah wajah, bokong dan ketiak. Pada remaja putri, papul atau pustul sering ditemukan pada tungkai bawah. Sedangkan pada remaja putra, lesi folikulitis ditemukan pada daerah lipatan.[2,3]
Pada orang yang mengalami folikulitis setelah 8-48 jam terpapar hot-tub, atau biasa disebut sebagai folikulitis Pseudomonas, lesi papul dan pustul muncul pada daerah yang tertutup baju renang. Penderita juga mengalami gejala sistemik, seperti demam, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, malaise, dan gangguan gastrointestinal yang membaik dalam 7-14 hari. Gambaran folikulitis Pseudomonas dapat dilihat pada Gambar 2.[2]
Gambar 2. Folliculitis Pseudomonas. Sumber : Isupellmel, Wikimedia Commons, 2011.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding folikulitis di antaranya adalah acne vulgaris, pseudofolikulitis barbae, dan miliaria.
Acne Vulgaris
Jerawat atau acne vulgaris, memiliki gejala yang kurang lebih serupa dengan folikulitis, seperti rasa nyeri dan eritema pada kulit. Acne vulgaris ditandai dengan adanya papul, pustul dan nodul yang mengalami inflamasi, disertai dengan komedo terbuka maupun tertutup. Predileksi acne vulgaris adalah wajah, dada bagian atas, dan punggung.[2]
Pseudofolikulitis Barbae
Penyakit kulit lain yang perlu dibedakan dengan folikulitis, terutama folikulitis superfisial, adalah pseudofolikulitis barbae atau shaving bumps. Pseudofolikulitis barbae adalah kondisi inflamasi pada kulit dalam bentuk papul multipel karena gangguan pertumbuhan rambut yang mengarah ke dalam dermis akibat proses mencukur.[9]
Miliaria
Folikulitis juga perlu dibedakan dengan miliaria, suatu gangguan pada kelenjar keringat akibat obstruksi yang menyebabkan kebocoran kelenjar tersebut di epidermis atau dermis. Lesi pada kulit biasanya berupa vesikel, maupun papul eritema, tanpa melibatkan orifisium rambut. Miliaria paling banyak ditemukan pada batang tubuh. Kondisi ini dieksaserbasi dengan kondisi panas, berbeda dengan folikulitis yang tidak dipengaruhi oleh cuaca.[2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan pada kasus folikulitis karena penegakan diagnosis umumnya cukup melalui gambaran klinis saja. Namun pada beberapa kondisi, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit penyerta maupun pemilihan terapi yang tepat. Pemeriksaan darah lengkap, CRP, dan prokalsitonin dapat dilakukan pada pasien folikulitis dengan gejala sistemik untuk mencari kemungkinan adanya penyakit penyerta dan komplikasi.
Pemeriksaan kultur dapat dilakukan jika terdapat indikasi :
- Lesi tidak responsif dengan pemberian terapi yang adekuat
- Kecurigaan etiologi lesi adalah bakteri yang bersifat resisten
- Pasien imunokompromais
Jika terdapat kecurigaan ke arah folikulitis jamur, pemeriksaan kerokan kulit dapat membantu penegakan diagnosis.[3,10]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja