Edukasi dan Promosi Kesehatan Folikulitis
Edukasi dan promosi kesehatan folikulitis dilakukan agar pasien mengetahui bahwa mayoritas kasus dapat mengalami resolusi spontan. Namun, resolusi membutuhkan waktu.
Edukasi Pasien
Pasien diedukasi bahwa folikulitis ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun parasit. Namun, kebanyakan kasus disebabkan oleh bakteri. Mengingat etiologi penyebab yang beragam, maka terapi yang diberikan juga berbeda.
Pasien diberitahu bahwa terdapat berbagai faktor risiko terjadinya penyakit ini, seperti sering terpapar air hangat (hot tub) atau berenang dalam air yang terkontaminasi, cara mencukur rambut yang salah, keringat berlebihan, penyakit kulit lain, dan penggunaan kortikosteroid topikal jangka panjang.[3]
Pasien juga diedukasi bahwa kelainan kulit ini mirip dengan penyakit kulit lainnya, seperti acne yang biasanya tidak kunjung membaik atau bahkan semakin parah dengan antibiotik.
Pasien juga diedukasi bahwa kebanyakan kasus dapat sembuh sendiri dengan perilaku higienitas yang baik dan menggunakan kompres hangat beberapa kali sehari selama 15 menit pada daerah lesi. Pada kasus dimana keluhan tidak membaik meski sudah menjaga kebersihan dan kompres, atau kasus semakin berat dan/atau meluas, maka terapi medis diperlukan.[2,12]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menjaga higienitas personal dengan mandi secara rutin, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga kebersihan kuku dapat mengurangi risiko terjadinya folikulitis. Selain itu, dianjurkan untuk memakai baju yang bersifat longgar, rutin membersihkan pakaian olahraga dengan sabun antibakteri, dan tidak memakai handuk yang sama dengan penderita.
Penderita folikulitis dianjurkan untuk tidak mencukur daerah yang mengalami lesi selama sebulan atau hingga lesi sembuh. Pasien juga harus menghindari menggaruk daerah lesi agar kondisi penyakit tidak memburuk. Penggunaan pisau cukur yang bersih atau yang telah dibersihkan dengan alkohol 70% terlebih dahulu terbukti dapat mencegah timbulnya folikulitis di kemudian hari.[2,12]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja