Penatalaksanaan Veruka Vulgaris
Hampir semua penatalaksanaan veruka vulgaris bertujuan untuk mendestruksi sel yang terinfeksi karena hingga saat ini belum ada terapi yang dapat secara langsung menginaktivasi Human papillomavirus (HPV).[1,2,7]
Observasi
Sebanyak 65-78% kasus veruka vulgaris dapat sembuh atau mengalami remisi secara spontan dalam waktu 2 tahun. PIlihan observasi biasa dipertimbangkan pada penderita anak yang berusia <12 tahun karena kemungkinan remisi spontan yang lebih besar. Pilihan tata laksana ini tidak dianjurkan pada pasien imunokompromais.[5,8]
Lini Pertama
Penatalaksanaan lini pertama dapat dilakukan oleh pasien sendiri dan diindikasikan pada penderita veruka lesi tunggal atau sedikit dengan durasi kurang dari satu tahun. Modalitas yang dapat digunakan antara lain asam salisilat, perak nitrat, dan glutaraldehid.[2]
Asam Salisilat
Asam salisilat tidak perlu menggunakan resep dokter dan dapat ditoleransi dengan baik pada seluruh tubuh, kecuali bagian wajah. Konsentrasi yang biasanya digunakan pada kasus veruka vulgaris adalah 17%. Sebelum diaplikasikan pada lesi, sebaiknya veruka direndam dengan air hangat selama beberapa menit terlebih dahulu, kemudian keratin dikerok. Apabila tidak tampak perbaikan dalam 12 minggu, dapat dipertimbangkan pemilihan terapi lainnya.[1,2]
Perak Nitrat
Penggunaan perak nitrat biasa dikombinasikan dengan kalium nitrat. Terdapat 2 sediaan perak nitrat, yaitu losion dengan konsentrasi 0,5% dan solusio dengan konsentrasi 20%, 25%, 40%, dan 50%. Obat digunakan sebanyak dua kali sehari. Dapat muncul efek samping berupa rasa terbakar dan hiperpigmentasi kulit.[1]
Glutaraldehid
Glutaraldehid tersedia dalam bentuk solusio yang larut alkohol dengan konsentrasi 10% dan gel. Penggunaannya dapat menyebabkan kulit kering, nekrosis superfisial, dan hiperpigmentasi kulit.[1]
Lini Kedua
Metode krioterapi adalah lini kedua tata laksana veruka vulgaris, yang diindikasikan pada lesi yang tidak membaik dengan penggunaan obat topikal. Krioterapi adalah teknik destruksi sel dengan membekukan lesi sehingga menstimulasi respon inflamasi lokal. Krioterapi dikerjakan menggunakan nitrogen cair pada suhu -196℃ atau karbondioksida. Berdasarkan penelitian, tampaknya cryotherapy lebih efektif daripada terapi asam salisilat topikal.[1,2]
Krioterapi dilakukan dengan membekukan lesi hingga membentuk halo es berukuran 1-2 mm pada jaringan selama 30 detik. Tindakan diulang setiap 2-3 kali setiap minggu. Efikasi terapi ini belum diketahui secara pasti dan dapat menyebabkan lesi hipo atau hiperpigmentasi, nyeri, serta pembentukan jaringan parut.[1,2]
Lini Ketiga
Indikasi penggunaan terapi lini ketiga adalah lesi veruka vulgaris yang bersifat resisten dan rekuren. Obat golongan imiquimod, laser, dan imunomodulator termasuk dalam kelompok terapi ini.[1,2,8]
Krim Imiquimod 5%
Mekanisme obat ini adalah dengan menginduksi respon imun innate dengan berikatan pada reseptor toll-like. Obat ini dapat digunakan pada veruka di daerah wajah dan sudah disetujui penggunaannya oleh FDA. Krim imiquimod digunakan 5 kali seminggu selama 8 minggu. Reaksi inflamasi merupakan efek samping penggunaan regimen ini.[1,2]
Laser Ablasi
Penggunaan laser dengan karbondioksida atau pulsed dye merupakan pilihan yang jarang digunakan. Selain mahal, penggunaannya dapat menyebabkan nyeri, jaringan parut, serta kelainan pigmentasi pada kulit. Untuk menghilangkan lesi, laser karbondioksida membutuhkan beberapa kali penggunaan, sedangkan laser erbium dan neodymium hanya membutuhkan satu kali tindakan.[2,8]
Imunomodulator
Penggunaan imunomodulator dapat dipertimbangkan dalam tata laksana veruka. Selain dapat menyebabkan resolusi total pada veruka, penggunaannya juga dapat mengurangi rekurensi dan tidak menyebabkan perubahan fisik atau jaringan parut pada kulit. Imunomodulator dapat diberikan secara sistemik, intralesi, maupun secara topikal.
Pilihan imunomodulator sistemik, misalnya simetidin dan levamisol. Imunomodulator intralesi misalnya interferon. Pilihan imunomodulator topikalmisalnya glizigen.[7]
Tabel 1. Agen Imunomodulator untuk Pengobatan Veruka Vulgaris
Sistemik | Intralesi | Topikal |
Simetidin | Vaksin MMR, mycobacterium | Vaksin BCG |
Levamisol | Interferon | Green-tea catechin |
Zinc | Autoimplantasi | Glizigen |
Vaksin HPV kuadrivalen | Propionium bacterium parvum | imiquimod |
Interferon | Antigen skin test (PPD/candida/mumps/trikofiton) | |
Echinasea | ||
Ranitidin |
Penggunaan ranitidin, simetidin, zinc, imiquimod, serta levamisol terbukti memunculkan efek klinis signifikan dalam tata laksana veruka. Penggunaan imunomodulator lain yang lebih baru masih memerlukan studi lebih lanjut.[7]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri