Edukasi dan Promosi Kesehatan Tromboflebitis
Edukasi dan promosi kesehatan tromboflebitis kontrol faktor risiko seperti observasi berkala pada pemasangan vena, serta pencegahan tromboflebitis migratorik. Walaupun bukan merupakan penyakit yang serius, rekurensi tromboflebitis perlu dicegah agar pengembangan ke kondisi yang lebih berat, seperti deep vein thrombosis (DVT) dan emboli paru tidak terjadi.
Edukasi Pasien
Pasien perlu diedukasi mengenai faktor risiko dan penyebab tromboflebitis agar dapat mencegah kekambuhan penyakit. Tromboflebitis dapat terjadi berulang apabila terdapat varises yang tidak diatasi. Pasien dapat disarankan untuk menggunakan stoking elastis, menaikkan kaki saat tidur, dan melakukan aktivitas fisik.[6,17]
Selain itu, elevasi tungkai dan istirahat, serta kompres hangat juga perlu diinformasikan. Kompres hangat pada pasien dengan tromboflebitis direkomendasikan 3–4 kali per hari selama 30 menit. Setelah terjadi perbaikan klinis, pasien perlu diedukasi untuk mobilisasi (bila tidak ada indikasi bed rest), olahraga, dan berhenti merokok. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap rekurensi tromboflebitis.[21]
Perlu juga diinformasikan bahwa kebanyakan kasus tromboflebitis superfisial tidak bersifat serius. Meskipun begitu, rekurensinya tetap perlu dicegah agar tidak terjadi pengembangan menjadi deep vein thrombosis. Manfaat dan risiko terapi antikoagulasi perlu dijelaskan dengan baik pada deep vein thrombosis.[6,17]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit untuk tromboflebitis dilakukan berdasarkan faktor risikonya, misalnya pada pemasangan infus. Pemasangan infus baik karena tindakan, maupun viskositas cairan yang digunakan akan meningkatkan risiko tromboflebitis. Maka dari itu, observasi berkala perlu dilakukan pada pasien-pasien tersebut.
Selain itu, identifikasi tromboflebitis migratorik perlu dilakukan. Hal ini terutama direkomendasikan pada pasien yang terdiagnosis tromboflebitis pada usia minimal 40 tahun serta pasien tanpa risiko tromboemboli vena pada saat diagnosis perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut.[3]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli