Epidemiologi Diseksi Aorta
Berdasarkan data epidemiologi, diseksi aorta lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Populasi yang sering merokok dilaporkan lebih rentan mengalami diseksi aorta. Selain itu, sekitar 80% kasus diseksi aorta didahului oleh hipertensi.[1]
Global
Insiden diseksi aorta didapatkan tidak >30 kasus per 1.000.000 penduduk tiap tahun. Sekitar ⅔ kejadian diseksi aorta dialami oleh jenis kelamin laki-laki. Usia mayoritas yang terkena adalah usia 60 tahun. Sekitar ⅔ kasus diseksi aorta merupakan diseksi aorta tipe A. Sekitar 80% kasus diseksi aorta berhubungan dengan hipertensi.[1,2,4]
Indonesia
Saat ini, data epidemiologi diseksi aorta secara nasional di Indonesia belum tersedia. Studi epidemiologi nasional masih perlu dilakukan.
Mortalitas
Angka kematian diseksi aorta tipe A dilaporkan mencapai 1% per jam. Mortalitas bisa mencapai 50% pada hari ke-3 dan 80% pada akhir minggu ke-2. Sementara itu, pada diseksi aorta tipe B, angka kematian dilaporkan sekitar 10% pada 30 hari.[3,4]
Pada diseksi aorta tipe A, mortalitas dapat dikurangi dengan pembedahan yang segera dilakukan dalam 48 jam sejak onset gejala. Pasien yang hanya mendapat penanganan farmakoterapi memiliki mortalitas sebesar 60%. Sementara itu, apabila tindakan bedah dilakukan, mortalitas dapat dikurangi menjadi 30%.[1-3]
Berbeda dengan diseksi aorta tipe A, diseksi aorta tipe B memiliki mortalitas yang tinggi pada pasien yang menjalani pembedahan, yaitu sebesar 30%.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur