Prognosis Ruptur Tendon Achilles
Prognosis ruptur tendon Achilles bergantung pada tingkat keparahan, usia, dan pola hidup. Tetapi kebanyakan pasien dapat kembali ke beraktivitas normal, baik dengan tata laksana konservatif maupun operatif.[3]
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat ruptur tendon achilles adalah rerupture atau ruptur ulangan. Kondisi ini dilaporkan lebih tinggi pada pasien yang ditata laksana secara konservatif (40%) dibandingkan yang melakukan tata laksana operatif (0-5%).[4,8,11,13]
Komplikasi lain akibat tindakan operatif dapat berupa cedera nervus suralis, dehisensi luka, serta elongasi, penebalan, dan kalsifikasi tendon. Gangguan neuromuskular juga dapat timbul berupa complex regional pain syndrome (ditandai dengan gejala nyeri, pembengkakan, memar, kekakuan sendi, dan kontraktur). Tindakan operasi juga bisa menimbulkan jaringan parut, hipoestesi, sindrom kompartemen, penurunan range of motion (ROM), deformitas, nekrosis tendon, dan temporary drop foot.[4,6,8,10,11,22]
Pasien yang ditata laksana dengan modalitas konservatif dapat mengalami komplikasi berupa deep vein thrombosis (DVT) dan emboli paru karena imobilisasi yang lama.[4,8,11,25]
Prognosis
Prognosis ditentukan dari pencapaian fungsional. Secara umum, mayoritas pasien dapat kembali berolahraga dan bekerja. Tetapi, perlu dicatat bahwa kebanyakan tetap mengeluhkan disfungsi fungsional hingga 2 tahun setelah pengobatan.[3]
Prognosis dapat dinilai dengan menggunakan Achilles Tendon Rupture Score (ATRS). ATRS terdiri atas 10 item yang menilai gejala klinis setelah penanganan. Rentang nilai per item adalah 1-10. Item yang dinilai antara lain nyeri, keterbatasan aktivitas harian, gangguan saat berlari, dan kesulitan menaiki tangga. Prognosis dikatakan baik jika hasil skoring lebih dari 7.[8,22]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja