Epidemiologi Henoch-Schonlein Purpura
Secara epidemiologi, Henoch-Schonlein purpura (HSP) paling banyak terjadi pada usia anak-anak. Sekitar 75% kasus dilaporkan terjadi pada anak berusia 2–11 tahun dengan puncak kejadian pada usia sekitar 5 tahun. Penyakit ini juga dilaporkan lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan, yakni dengan rasio 2:1. Namun, rasio ini menjadi hampir sama pada usia dewasa.[5]
Global
Secara global, insidensi HSP ditemukan sebanyak 22,1 kasus per 100.000 populasi di Inggris. Kasus ini juga ditemukan di Norwegia dengan prevalensi 3,3 kasus per 100.000 populasi. Suehiro et al mencatat 4,5% kasus HNP pada total kasus reumatologi pada anak di Brazil dari tahun 1983–2004.
Insidensi HSP ditemukan meningkat pada kelompok anak dengan ras Asia. Penelitian di Korea menemukan insidensi kasus hingga 56 per 100.000 populasi anak di bawah 17 tahun. Sementara itu, penelitian di Kroasia menemukan kasus glomerulonefritis akibat HSP sebanyak 10,8% pada anak usia di bawah 18 tahun.[5,9]
Indonesia
Data epidemiologi HSP di Indonesia masih belum diketahui secara jelas. Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, menemukan kecenderungan peningkatan kasus sepanjang tahun 2006 dibandingkan dengan jumlah kasus 5 tahun sebelumnya.[10]
Mortalitas
Henoch-Schonlein purpura merupakan penyakit self-limiting yang umumnya tidak berdampak fatal. Namun, mortalitas pada kasus HSP biasanya terjadi akibat komplikasi ginjal. HSP yang dialami saat pasien berusia dewasa memiliki risiko kerusakan ginjal yang lebih tinggi dibandingkan saat anak-anak. Sebanyak 15% pasien HSP dapat mengalami insufisiensi ginjal dalam waktu lama. Namun, hanya 1–2% akan mengalami end-stage renal disease.[5]