Diagnosis Recurrent Aphthous Stomatitis
Diagnosis recurrent aphthous stomatitis atau RAS bisa ditegakkan dengan gambaran klinis, yaitu adanya ulkus di rongga mulut yang muncul berulang dan mengalami nyeri seperti terbakar. Tanyakan riwayat pasien tentang munculnya ulkus serupa yang dapat sembuh sendiri tetapi muncul kembali di area mulut yang berbeda.
Dokter gigi harus mengenali tanda dan gejala kelainan sistemik yang bermanifestasi sebagai ulkus di rongga mulut, seperti Behcet’s syndrome, periodic fever aphthae, pharyngitis and cervical adenitis (PFAPA), Sweet’s syndrome, cyclic neutropenia, dan HIV. Pada kasus-kasus tersebut, RAS merupakan salah satu manifestasi yang terjadi di dalam rongga mulut.[8,12]
Anamnesis
Diagnosis RAS ditegakkan melalui serangkaian anamnesis dan pemeriksaan klinis. Tidak ada tes diagnostik spesifik yang dapat menegakkan diagnosis RAS saat itu juga. Akan tetapi, melalui anamnesis yang adekuat, dokter gigi dapat mengerucutkan kemungkinan etiologi pada penderita tersebut.[13]
Keterangan yang harus diperoleh pada saat melakukan anamnesis pada penderita RAS adalah riwayat keluarga, frekuensi ulserasi, durasi ulserasi, jumlah ulkus, lokasi ulkus (pada area berkeratin atau tidak berkeratin), kondisi medis terkait ulkus pada kelamin, masalah mulut, gangguan gastrointestinal, dan riwayat obat.[14]
Pertanyaan lebih lanjut yang perlu diajukan kepada pasien adalah sebagai berikut:
● Apakah lesi yang terjadi ini berulang tanpa rangsangan yang jelas? Kasus bisa dikatakan RAS jika lesi muncul setidaknya 3 kali dalam 3 tahun terakhir, yang terjadi pada tempat yang berbeda-beda
● Apakah ulser yang terjadi dapat sembuh sendiri dengan atau tanpa perawatan? Kasus dikatakan RAS jika jawaban pasien adalah “ya”
● Apakah ada keluarga yang memiliki kondisi yang sama? Kasus dikatakan RAS jika jawaban pasien adalah “ya”
● Apakah pasien yang mengalami ulser berusia <40 tahun? Kasus bisa dikatakan RAS jika jawaban pasien adalah “ya”
- Apakah ulser terjadi setelah pasien mengonsumsi sesuatu? Pertanyaan ini untuk mencoba mencari sensitivitas pasien terhadap bahan tertentu
- Apakah ada konsumsi obat-obatan tertentu dalam beberapa waktu terakhir ini? Pertanyaan ini untuk melihat apakah ada penyakit sistemik maupun RAS yang disebabkan oleh obat tertentu[12]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klinis ulkus meliputi inspeksi dan palpasi. Inspeksi bisa mendapatkan ciri klinis lesi, sedangkan palpasi bisa menentukan apakah konsistensi lesi halus, keras, atau kasar. Lakukan juga pemeriksaan ekstraoral, yaitu palpasi kelenjar getah bening servikal. Secara klinis, RAS dibedakan menjadi tiga, yaitu RAS mayor, minor, dan herpetiformis.[14]
Recurrent Aphthous Stomatitis Mayor
RAS mayor memiliki ciri khas ulser berbentuk bulat atau oval dengan batas tidak jelas, diameter >1 cm, dan rasa sakit serta terbakar yang parah. Lesi biasanya muncul pada mukosa berkeratin seperti palatum durum dan tenggorokan serta memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi daripada RAS minor.[14]
Recurrent Aphthous Stomatitis Minor
RAS minor memiliki ciri khas ulser yang dangkal, berbentuk oval, dan diameter <1 cm. Warnanya kuning kelabu dengan tepi eritematosus yang mencolok dan dikelilingi oleh fibrin eritematosus. RAS minor cenderung menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin, seperti mukosa labial, bukal, dasar mulut, dan lateral serta ventral lidah. Ciri yang lain yaitu ulser ini akan sembuh sendiri tanpa membentuk jaringan parut sekitar 10–14 hari setelah kemunculan.[8,12]
Recurrent Aphthous Stomatitis Herpetiformis
RAS herpetiformis merupakan ulser multipel (20–200 ulser) dengan diameter 1–3 mm, bentuk bulat, mukosa sekitar tampak eritematosus, dan rasa sakit minimal. Area yang sering terkena adalah di bagian anterior lidah, lateral lidah, dan mukosa labia. Lesi jenis ini akan berlangsung selama 7–30 hari dan meninggalkan jaringan parut.[11]
Diagnosis Banding
Bedakan RAS dengan kelainan mukokutan yang juga bermanifestasi sebagai ulkus, misalnya herpes dan ulkus traumatik.
Herpes Simplex Virus
RAS paling sering disalahartikan sebagai herpes karena penampakan klinisnya yang hampir sama. Kesalahan ini berbahaya karena obat topikal yang sering diberikan pada pasien RAS adalah kortikosteroid (triamcinolone acetonide 1%) yang memiliki efek samping penurunan daya tahan tubuh. Jika triamcinolone acetonide 1% diberikan pada pasien herpes, lesi dapat menjadi semakin parah dan meluas.[15]
Perbedaan lesi herpes dengan lesi RAS adalah adanya vesikel dan demam yang mendahului ulkus pada herpes.[15]
Varicella Zoster Virus
RAS dapat dibedakan dengan ulkus akibat infeksi varicella zoster melalui penampakan klinisnya. Ulkus akibat infeksi varicella zoster memiliki penampakan klinis unilateral baik di ekstraoral maupun di intraoral karena distribusi lesi varicella zoster mengikuti arah saraf trigeminus.[14]
Eritema Multiforme
Eritema multiforme mirip dengan RAS karena rasa sakit yang ditimbulkan relatif sama. Namun, eritema multiforme bisa menunjukkan krusta pada bibir, yang disertai dengan makula dan papula.[14]
Oral Lichen Planus
Sekitar ⅔ pasien oral lichen planus memiliki ulkus, terutama pada mukosa bukal, gingiva, dan palatum molle. Hal yang membedakan lesi ini dengan RAS adalah lesi ini cenderung tidak sakit.[14]
Ulkus Traumatik
Ulkus traumatik memiliki tanda yang mirip RAS. Namun, ulkus traumatik biasanya memiliki penampakan klinis yang lebih cekung daripada RAS. Selain itu, penyebab ulkus traumatik jelas, yaitu trauma yang mengenai mukosa rongga mulut. Sementara itu, pada RAS, tidak ada penyebab yang diketahui secara pasti.[14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendukung diagnosis RAS adalah pemeriksaan darah lengkap.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap bertujuan untuk mengonfirmasi apakah penyebab RAS adalah anemia dan untuk mencari tahu jenis anemia mana yang diderita oleh pasien. Pemeriksaan untuk anemia mencakup pemeriksaan hemoglobin, hematokrit (packed cell volume), mean corpuscular volume (MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH), dan mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC).[1,8]
Indikator utama yang mengarah pada kondisi anemia adalah pemeriksaan Hb dan hematokrit. Hb normal adalah 14–17,4 dl, sedangkan hematokrit yang normal adalah 42–50%. Bila pemeriksaan pasien menunjukkan angka Hb dan hematokrit di bawah normal, pasien tersebut mengalami anemia.[1,8]
Untuk mengetahui jenis anemia mana yang diderita oleh pasien, periksa MCV, MCH, dan MCHC. Nilai normal MCV adalah 80–96 fl, sedangkan nilai normal MCH adalah 28–33 pg, dan nilai normal MCHC adalah 33–36 g/dl.[1,8]
Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel darah merah adalah anemia mikrositik bila MCV <80 fl, anemia normositik bila MCV 80–96 fl, dan anemia makrositik bila MCV>96 fl. Sementara itu, jika dilihat dari konsentrasi hemoglobin, statusnya adalah anemia hipokromik bila MCH<28 pg atau anemia normokromik bila MCH antara 33–36 pg.[1,8]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur