Diagnosis Trigeminal Neuralgia
Diagnosis trigeminal neuralgia umumnya dapat ditegakkan secara klinis berdasarkan kriteria diagnosis dari International Headache Society. Tidak ada tes laboratorium atau pencitraan khusus yang spesifik dan sensitif untuk diagnosis trigeminal neuralgia.[1]
Anamnesis
Trigeminal neuralgia sering mengalami overdiagnosis dan underdiagnosis. Oleh karena itu, anamnesis perlu memperhatikan hal-hal yang bisa menyebabkan misdiagnosis, misalnya pencetus nyeri, nyeri odontogenik, dan gejala otonomik.[1]
Tanyakan onset nyeri, apakah nyeri berkaitan dengan ruam herpes zoster ipsilateral yang terdistribusi sejajar dengan saraf trigeminal, serta apakah ada riwayat trauma pada sisi yang sakit, termasuk trauma akibat prosedur dental atau fraktur.[1]
Trigeminal neuralgia umumnya bermanifestasi sebagai nyeri menusuk unilateral pada wajah, yang lebih sering timbul pada sisi kanan. Serangan nyeri bisa terjadi <1 kali per hari hingga >12 kali per jam. Bahkan, ada laporan trigeminal neuralgia yang terjadi ratusan kali per hari.[14]
Pada 60% kasus, nyeri dirasakan dari ujung bibir ke sudut rahang. Pada 30% kasus, nyeri dirasakan dari bibir atas atau gigi taring ke arah mata. Pada <5% kasus, nyeri terasa pada cabang oftalmik dari nervus fasialis.[14]
Faktor Pencetus
Beberapa hal yang pernah dilaporkan mencetuskan nyeri adalah:
- Mengunyah, bicara, atau tersenyum
- Minum air dingin atau hangat
- Menyentuh wajah, mencukur, menyikat gigi, atau mendengus
- Terkena hembusan angin dingin dari jendela mobil yang terbuka[14]
Kriteria Diagnosis
Menurut International Headache Society, trigeminal neuralgia dapat didiagnosis jika:
- A – ada serangan nyeri paroksismal yang berlangsung beberapa detik hingga 2 menit, memengaruhi ≥1 cabang trigeminal dan memenuhi kriteria B dan C
- B – nyeri memenuhi setidaknya 1 dari karakteristik berikut: (1) bersifat intens, tajam, superfisial, atau menusuk; (2) dipresipitasi dari area pencetus atau oleh faktor pencetus
- C – serangan nyeri bersifat stereotipikal pada masing-masing pasien
- D – tidak ada bukti klinis defisit neurologi
- E – tidak berkaitan dengan kondisi medis lain
Sementara itu, untuk trigeminal neuralgia sekunder, kriteria diagnosisnya mencakup:
- A – ada serangan nyeri paroksismal yang berlangsung beberapa detik hingga 2 menit, dengan atau tanpa rasa sakit yang persisten di antara nyeri paroksismal; penyakit memengaruhi ≥1 cabang trigeminal dan memenuhi kriteria B dan C
- B – nyeri memenuhi setidaknya 1 dari karakteristik berikut: (1) bersifat intens, tajam, superfisial, atau menusuk; (2) dipresipitasi dari area pencetus atau oleh faktor pencetus
- C – serangan nyeri bersifat stereotipikal pada masing-masing pasien
- D – ada lesi kausatif yang tidak berkaitan dengan kompresi vaskular, dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang dan/atau eksplorasi fossa posterior[14]
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik pasien trigeminal neuralgia biasanya normal. Pemeriksaan fisik lebih digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Lakukan pemeriksaan untuk mencari kemungkinan lain yang bisa menyebabkan nyeri wajah. Periksa kepala, leher, telinga, mulut, gigi, dan sendi temporomandibular pasien.[15,16]
Hasil pemeriksaan neurologi pada pasien dengan trigeminal neuralgia klasik biasanya normal. Temuan trigger zone tipikal dapat mengonfirmasi diagnosis. Jika pemeriksa menemukan abnormalitas sensorik pada area trigeminal, hilangnya refleks kornea, atau kelemahan pada otot wajah, pikirkan kemungkinan trigeminal neuralgia simtomatik atau penyebab nyeri wajah lainnya.[15,16]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding trigeminal neuralgia dapat berupa nyeri migraine, otitis media, dan sinusitis.[17-20]
Migraine
Pada pasien migraine, nyeri bersifat lebih panjang dan terkadang berkaitan dengan fotofobia dan fonofobia. Migraine dapat dibagi menjadi dua tipe, yakni migraine dengan aura dan tanpa aura. Keluhan migraine dengan aura biasanya disertai gejala kilatan cahaya atau gangguan penglihatan saat serangan.[17,18]
Otitis Media
Pada otitis media, nyeri yang timbul terlokalisir di area telinga. Otitis media disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus di telinga tengah yang bisa menyebabkan perforasi membran timpani. Pemeriksaan otoskopi dapat mengonfirmasi diagnosis.[17,19]
Sinusitis
Nyeri pada sinusitis bersifat persisten dan disertai dengan gejala nasal. Penyakit ini bisa disebabkan oleh reaksi alergi atau infeksi. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan tanda radang pada kelenjar sinus yang terkena. Pencitraan, misalnya rontgen posisi Waters, akan membantu konfirmasi diagnosis.[17,20]
Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, pemeriksaan laboratorium akan kurang bermanfaat untuk menegakkan diagnosis trigeminal neuralgia. Jika pasien akan diberikan carbamazepine, pemeriksaan fungsi hepar perlu dilakukan terlebih dulu.[21]
Terkadang, pemeriksaan radiologi sendi temporomandibular atau dental dapat berguna untuk menyingkirkan diagnosis banding. MRI kepala dapat digunakan untuk identifikasi multiple sclerosis, tumor, atau penyebab trigeminal neuralgia simtomatik yang lain. MRI sebaiknya dilakukan di awal evaluasi seluruh pasien yang menunjukkan gejala ke arah trigeminal neuralgia.[21]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur