Penatalaksanaan Prolaps Tali Pusat
Penatalaksanaan prolaps tali pusat merupakan kegawatdaruratan obstetrik yang memerlukan persalinan secepatnya. Umumnya, metode persalinan yang dipilih adalah dengan sectio caesarea, tetapi persalinan pervaginam dapat dipilih apabila dapat dilaksanakan lebih cepat. Tata laksana yang dilakukan sebelum persalinan adalah dekompresi tali pusat.[1,5]
Dekompresi Tali Pusat
Dekompresi tali pusat adalah tindakan mengurangi tekanan pada tali pusat dari bagian terbawah janin. Tindakan ini dilakukan bila proses persalinan belum dapat dilanjutkan, misalnya harus dirujuk untuk sectio caesarea. Terdapat berbagai macam prosedur dengan tujuan yang sama, yaitu untuk mengurangi tekanan pada tali pusat.[5]
Posisi Ibu
Ibu diposisikan knee-chest dengan kepala di bawah, agar gravitasi membantu mendekompresi tali pusat. Pada posisi ini ibu akan sulit untuk dipindahkan, sehingga dapat dipilih posisi Trendelenburg. Pada posisi ini ibu berbaring miring lateral kiri dengan kepala dibuat lebih rendah daripada pelvis, misalnya dengan memberi bantal di bagian bawah panggul.[2,5]
Elevasi Digital Bagian Terbawah Janin
Bagian terbawah janin di elevasi secara manual oleh dokter untuk mengurangi tekanan pada tali pusat yang prolaps. Manual elevasi dapat dilakukan menggunakan dua jari atau seluruh tangan. Apabila terjadi gawat janin maka elevasi secara digital ini lebih dipilih dibandingkan pengisian kandung kemih.[1,2]
Pengisian Kandung Kemih
Apabila denyut jantung janin aman, maka penggunaan kateter untuk mengisi kandung kemih dapat dilakukan untuk mempertahankan bagian terbawah janin terus terangkat. Kateter urin diisi dengan cairan salin 500–750 mL, kemudian kateter dijepit. Tindakan ini dapat dilakukan pada daerah terpencil selama proses rujukan.[1,2,5]
Membungkus Tali Pusat dengan Cairan
Walaupun tidak banyak bukti terhadap tindakan ini, membungkus tali pusat dengan cairan salin hangat dapat dilakukan. Tujuan tindakan ini adalah untuk mencegah vasospasme tali pusat karena temperatur yang rendah di vagina.[2,3]
Tokolisis
Preparat tokolisis digunakan untuk mengurangi kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap tali pusat yang prolaps, dan juga memperbaiki perfusi plasenta dan aliran darah ke bayi. Tokolisis umumnya diberikan bila waktu persalinan harus ditunda.
Dapat digunakan terbutalin 0,25 mg subkutan, sedangkan ritodrine sudah tidak digunakan lagi karena menyebabkan efek samping pada maternal. Perlu diingat bahwa penggunaan tokolitik dapat menyebabkan atonia uteri, sehingga berisiko perdarahan postpartum.[1,2,4]
Reduksi Tali Pusat
Reduksi tali pusat sering dilakukan sebelum adanya sectio caesarea. Teknik ini adalah mengangkat kepala janin dengan tangan secara perlahan, dan kemudian secara digital tali pusat diangkat sejauh mungkin ke atas kepala janin, dengan tujuan memposisikan tali pusat pada regio nuchal.
Beberapa kriteria saat menggunakan teknik ini adalah bila segmen tali pusat pendek atau <25 cm, dilatasi serviks sudah mencapai ≥4 cm, bagian terbawah janin dapat dengan mudah di elevasi atau masih di atas station -1, dan prosedur harus dapat selesai dengan cepat atau dalam waktu <2 menit. Tindakan ini tidak rutin direkomendasikan karena masih belum banyak penelitiannya.[1,2,5]
Metode Persalinan
Berdasarkan The Royal College of Obstetricians and Gynecologist (RCOG), rekomendasi interval dari diagnosis prolaps tali pusat hingga persalinan sebaiknya <30 menit untuk mengoptimalkan hasil luaran perinatal. Saat menunggu persalinan, harus dilakukan pemantauan denyut jantung secara terus menerus dan pemberian oksigen pada ibu hamil untuk menambah hantaran oksigen ke janin.[1,4]
Apabila ibu hamil datang saat dilatasi serviks telah maksimal, maka persalinan per vagina mungkin dapat dipilih karena persiapannya lebih cepat. Persalinan dengan instrumen, baik dengan forsep atau vakum, memiliki manfaat dan risiko yang berbeda. Pemilihan instrumen tergantung kemampuan dokter, dimana tidak dijumpai perbedaan gawat janin yang disebabkan penggunaan kedua instrumen.[4]
Sectio caesarea merupakan metode persalinan yang dipilih ketika persalinan per vagina tidak memungkinan. Pada keadaan ibu atau janin terganggu, seperti keadaan fetal distress, maka sectio caesarea masuk kategori 1, atau persalinan harus dilakukan dalam waktu <30 menit, baik dengan anestesi general ataupun regional.[2,4]
Pada bayi dengan denyut jantung yang normal tanpa tanda fetal distress, maka sectio caesarea termasuk kategori 2, pada kasus ini anestesi regional dapat dilakukan. Pasien tetap dipantau dengan cardiotocography (CTG), jika detak jantung janin menjadi abnormal maka sectio caesarea kategori 2 berubah menjadi kategori 1, dan harus segera dilahirkan.[2,4]
Manajemen ekspektasi atau penundaan persalinan dapat dipertimbangkan oleh karena janin pada kondisi yang buruk, dimana tindakan sectio caesarea tidak akan memberikan manfaat pada ibu. Kondisi janin yang buruk di antaranya:
- Janin yang belum mencapai viabilitas, atau usia kehamilan kurang dari 23–24 minggu atau berdasarkan berat badan janin sangat kecil
- Janin dengan kelainan kongenital
Intrauterine fetal death (IUFD)[2,4,5]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini