Diagnosis Fraktur Klavikula
Diagnosis fraktur klavikula dapat ditegakkan dengan temuan klinis berupa deformitas, krepitasi, atau nyeri tekan pada area klavikula setelah suatu cedera. Pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen klavikula dan rontgen toraks juga perlu dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis.
Anamnesis
Anamnesis pada kasus fraktur klavikula dapat dilakukan dengan menanyakan cara atau mekanisme cedera secara singkat. Mekanisme yang paling umum adalah mekanisme tidak langsung, seperti jatuh, kecelakaan lalu lintas, atau kecelakaan di tempat kerja. Pasien umumnya mengeluhkan nyeri, pembengkakan, kesulitan untuk menggerakkan bahu, ataupun suara retak pada bagian yang cedera.[4]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, bahu yang mengalami cedera mungkin tampak memendek, permukaan kulit di area klavikula mungkin ada yang menonjol, dan tangan mungkin tampak terkulai. Dokter dapat juga menemukan pembengkakan, ekimosis, dan nyeri tekan. Pada mekanisme cedera langsung, dokter dapat menemukan abrasi di atas klavikula. Pada perabaan, bisa didapatkan krepitasi.
Identifikasi juga ada tidaknya disfungsi saraf distal yang terkait dengan cedera pleksus brakialis. Penurunan denyut nadi dapat ditemukan bila terdapat cedera arteri subklavia. Apabila ada tanda stasis vena, sianosis, dan pembengkakan, cedera vena subklavia mungkin telah terjadi.
Pemeriksaan pada ekstremitas dan seluruh bagian tubuh yang lain perlu diperhatikan, khususnya pada kasus trauma multipel. Waspadai tanda pneumothorax, hemothorax, atau cedera otak traumatik.[4]
Diagnosis Banding
Fraktur klavikula perlu didiagnosis banding dengan fraktur iga, dislokasi sendi bahu, dan rotator cuff injury.[4]
Fraktur Iga
Etiologi paling sering pada fraktur iga adalah trauma tumpul dinding dada. Fraktur dapat terjadi pada satu tulang iga atau lebih. Mekanisme cedera fraktur iga hampir sama dengan fraktur klavikula, yaitu jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan kerja. Kedua fraktur ini bisa dibedakan melalui pemeriksaan radiologi.[14]
Dislokasi Sendi Bahu
Dislokasi sendi bahu terdiri dari empat jenis, yaitu anterior dislocation, posterior dislocation, multidirectional instability, dan inferior dislocation. Bentuk paling sering dari dislokasi sendi bahu adalah anterior dislocation (85% dari semua dislokasi sendi bahu).
Pasien dislokasi sendi bahu juga mengeluhkan nyeri, bengkak, dan sulit menggerakkan lengan seperti pada fraktur klavikula. Diagnosis klinis bisa ditunjang dengan rontgen. Reduksi dislokasi harus dilakukan sesegera mungkin. MRI dapat dilakukan setelah reduksi dislokasi untuk menilai adanya cedera ligamen.[15]
Rotator Cuff Injury
Cedera rotator cuff bermanifestasi sebagai nyeri bahu yang dapat terjadi pada semua kelompok usia. Pasien datang dengan keluhan utama nyeri pada sendi bahu disertai dengan kaku, pergerakan terbatas, dan krepitasi. Pemeriksaan penunjang yang paling akurat mendiagnosis kelainan ini adalah MRI.[16]
Dislokasi Sternoklavikula
Dislokasi sternoklavikula adalah cedera yang jarang ditemukan. Mekanisme cedera ini adalah benturan energi tinggi, seperti kecelakaan kendaraan bermotor kecepatan tinggi atau cedera olahraga. Dislokasi sternoklavikula anterior ditandai dengan benjolan di dekat sternum, sedangkan dislokasi posterior ditandai dengan sesak napas dan stridor. CT scan dapat mengidentifikasi dislokasi dan cedera lain di sekitar mediastinum.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada fraktur klavikula dibutuhkan untuk mengonfirmasi fraktur, menilai komplikasi, dan mengonfirmasi setelah tindakan. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa rontgen klavikula, rontgen toraks, CT scan, arteriografi, dan USG.
Rontgen Klavikula
Pemeriksaan evaluasi standar adalah rontgen klavikula yang dilakukan pada posisi anteroposterior (AP) dengan kemiringan cephalic 45 derajat. Pada rontgen awal, bagian cedera mungkin terlihat normal meskipun temuan klinis sangat mengarah ke fraktur. Jika ditemukan kasus seperti ini, lengan harus diimobilisasi, kemudian lakukan rontgen ulang dalam 7–10 hari jika gejala menetap.[4]
Rontgen Dada
Rontgen dada perlu dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya fraktur iga, pneumothorax, dan hemothorax pada cedera multipel.[4]
CT Scan
Pemeriksaan CT scan dapat digunakan untuk evaluasi lebih lanjut fraktur. Pada kasus fraktur klavikula medial, CT scan dapat memperlihatkan pergeseran segmen tulang ke arah posterior, impingement trakea, dan cedera struktur neurovaskular. CT scan juga diperlukan apabila pada rontgen terdapat bagian tulang yang saling tumpang tindih.[4]
Arteriografi
Pemeriksaan arteriografi hanya dilakukan jika dicurigai ada kerusakan vaskular.[4]
Ultrasonografi
Menurut Cross, et al, ultrasonografi (USG) dapat mendiagnosis fraktur klavikula pada anak-anak secara akurat. Pada suatu penelitian prospektif, tingkat akurasi USG dapat mencapai 96% dengan nilai prediksi positif hingga 95% dan nilai prediksi negatif 96%. USG juga mengurangi rasa tidak nyaman jika dibandingkan dengan rontgen.[4]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur