Epidemiologi Flu Burung
Epidemiologi flu burung atau avian influenza, menurut catatan WHO wilayah Pasifik Barat per 31 Maret 2022, adalah sebanyak 239 kasus infeksi manusia dengan virus H5N1 sejak Januari 2003. Kasus fatal mencapai 134 kasus, sehingga case fatality rate (CFR) mencapai 56%. Di Indonesia, kasus infeksi H5N1 pada burung dilaporkan pertama kali tahun 2003, sedangkan pada manusia pada tahun 2005.[9,12]
Global
Kasus infeksi virus H5N1 dilaporkan sebanyak 844 kasus pada bulan Agustus 2015, dengan 449 kasus kematian. Sebagian besar kasus terjadi di Asia timur, dan beberapa kasus ditemukan di Eropa Timur dan Afrika Utara.[2]
WHO menyatakan bahwa kemungkinan kasus flu burung yang tidak dilaporkan akibat pandemi COVID-19. Namun, ancaman zoonosis tetap tinggi karena penyebaran virus di antara burung masih ditemukan. WHO merekomendasikan agar dunia tetap waspada untuk mengurangi paparan burung yang terinfeksi dengan manusia.[9]
Sejak tahun 2020, WHO menyatakan wabah flu burung pada unggas liar telah meningkat secara global. Kondisi ini dapat menyebabkan penambahan kasus sporadis pada manusia. Pada Februari 2023, Kamboja melaporkan 1 kasus terkonfirmasi infeksi virus H5N1. Dilanjutkan dengan penemuan kasus baru di Cina, yang memiliki riwayat kontak dengan unggas.[3,18,19]
Pada April 2024, terdapat 2 kasus flu burung yang ditularkan dari sapi ke manusia oleh WHO. Selain itu, pada bulan Mei 2024, terdapat laporan dari Australia di mana seorang anak terinfeksi flu burung saat bepergian ke daerah yang terkonfirmasi virus A(H5N1) di beberapa peternakan ayam.[21,22]
Indonesia
Indonesia telah melaporkan infeksi influenza A terkonfirmasi H5N1 sebanyak 200 kasus, pada tahun 2005‒2018, dengan 168 kematian (CFR 84%). kasus konfirmasi H5N1 tidak ditemukan lagi sejak 2019 hingga minggu ke-10 tahun 2022.[11]
Kasus flu burung tersebar di 15 provinsi dan 58 kabupaten. Beberapa kasus di antaranya merupakan kluster. Kasus flu burung terkonfirmasi terakhir adalah kasus klaster pada bulan Maret 2015 di Kota Tangerang, Banten. Di Indonesia, anak-anak merupakan salah satu kelompok yang paling berisiko terkena penyakit flu burung, sekitar 40% penderita berusia dibawah 18 tahun.[11,12]
Mortalitas
Penyakit flu burung subtipe H5N1 merupakan highly pathogenic avian influenza (HPAI) dengan tingkat mortalitas yang tinggi, yakni 56% berdasarkan update WHO wilayah Pasifik Barat per 31 Maret 2022. Sedangkan virus H7N9 memiliki tingkat mortalitas 39%.[9]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja