Penatalaksanaan Flu Burung
Penatalaksanaan flu burung atau avian influenza diawali dengan penilaian keadaan umum secara cepat, agar keadaan yang mengancam jiwa dapat ditangani segera. Kemudian, dilakukan penatalaksanaan secara definitif dengan antivirus. Selain itu, surveilans juga merupakan bagian penting dari tata laksana flu burung. Penanganan sedini mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi, seperti pneumonia dan acute respiratory distress syndrome (ARDS).[2,3,7]
Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan umum mencakup penanganan pada keadaan yang mengancam jiwa, misalnya sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung. Berdasarkan WHO, beberapa hal penting lain dalam penatalaksanaan umum flu burung yang wajib diterapkan adalah:
- Isolasi pasien suspected, probable, atau confirmed di dalam ruangan isolasi
- Pantau saturasi oksigen secara rutin dan berikan suplementasi oksigen
- Pemeriksaan spesimen darah, usap hidung tenggorok, dan rontgen dada secara serial
- Gunakan alat pelindung diri (APD), seperti masker N95 atau masker yang sudah teruji efektivitasnya, gaun proteksi, google/pelindung muka, dan sarung tangan
- Pembatasan terhadap jumlah petugas laboratorium, perawat, dan tenaga kebersihan yang menangani pasien
- Apabila sudah menangani pasien dengan suspected, probable, atau confirmed penyakit flu burung, tenaga kesehatan tidak boleh menangani pasien lainnya.
- Petugas kesehatan harus mendapat pelatihan kewaspadaan pengendalian infeksi
- Pembatasan pengunjung dan diwajibkan untuk menggunakan APD[2,3]
Penatalaksanaan Definitif
Penatalaksanaan definitif flu burung adalah pemberian antivirus, yang bertujuan untuk mengurangi risiko kematian.Terdapat dua golongan antivirus yang efektif pada flu burung, yakni golongan inhibitor neuraminidase (oseltamivir dan zanamivir) dan adamantanes (amantadine dan rimantadine).[3,4]
Oseltamivir
Oseltamivir merupakan antivirus yang bekerja menghambat enzim neuraminidase untuk replikasi dan infektivitas virus influenza A dan B sehingga mencegah pelepasan virus dari sel yang terinfeksi.
Sebagai terapi, pada dewasa dapat diberikan 75-500 mg setiap 12 jam selama 5-7 hari. Beberapa uji klinis yang ada menunjukkan bahwa dosis 150 mg efektif dalam tatalaksana flu burung, tetapi dosis 500 mg juga dapat ditoleransi dengan baik.
WHO pada tahun 2007 merekomendasikan pemberian oseltamivir sebagai profilaksis pada dewasa, dengan dosis 75 mg/24 jam, selama 10 hari. Profilaksis diberikan dalam waktu 2 hari pasca paparan, dan dilanjutkan selama 6 minggu ketika terjadi wabah.[4,14,16]
Zanamivir
Zanamivir merupakan antivirus derivat sialic acid bekerja menghambat enzim neuraminidase sehingga mengubah agregasi, pelepasan partikel virus dan replikasi virus influenza A dan B. Sebagai terapi, pada dewasa dapat diberikan 600 mg setiap 12 jam.[13]
Terapi Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid secara rutin belum terbukti bermanfaat, bahkan dapat berpotensi merugikan yakni memperpanjang masa replikasi virus dan meningkatkan risiko infeksi oportunistik. Kortikosteroid dapat diberikan pada syok yang tidak responsif dengan terapi cairan dan obat golongan vasopressor.[3,10]
Pilihan kortikosteroid yang dapat diberikan adalah:
- Dewasa: Hydrocortisone 200-300 mg/hari atau methylprednisolone 0,5–1 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis dalam 24 jam.
- Anak: Hydrocortisone 2 mg/kgBB IV atau dexamethasone 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam atau methylprednisolone 1-2 mg/kgBB intravena setiap 6 jam[3,7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini