Diagnosis Benign Prostatic Hyperplasia
Diagnosis benign prostatic hyperplasia (BPH) atau hiperplasia prostat jinak dapat dicurigai pada pasien dengan lower urinary tract symptoms (LUTS). Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah colok dubur untuk meraba prostat yang membesar. Sementara, diagnosis pasti BPH dapat ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi, seperti USG atau CT scan pelvis.[1,3,5]
International Prostate Symptom Score (IPSS) dapat digunakan untuk membantu menilai derajat keparahan LUTS. Skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang diberi nilai 0 hingga 5, dan satu pertanyaan mengenai kualitas hidup pasien yang diberi nilai 1 hingga 7. Berdasarkan skoring IPSS, gejala LUTS dapat dibagi menjadi 3 derajat, yaitu:
- Derajat 1 (ringan): skor 0-7
- Derajat 2 (sedang): skor 8-19
- Derajat 3: skor 20-25
Skoring AUA-I (American Urological Association Symptom Score Index) juga dapat digunakan, di mana klasifikasi nilai skor AUA-I sama dengan IPSS.[5,8,16]
Tabel 1. International Prostate Symptom Score (IPSS)
Pertanyaan | Skor |
|
Untuk pertanyaan 1-6 menggunakan Skor ini. Untuk skor di hitung di setiap pertanyaan.
1. Tidak pernah 2. = Kurang dari sekali dalam 5 kejadian 3. = Kurang dari separuh kejadian 4. = Separuh dari kejadian 5. = Lebih dari separuh kejadian 6. = Hampir selalu
|
7. Apakah dalam sebulan terakhir, Anda terbangun dari tidur malam hari untuk kencing?
|
|
8. Bagaimanakah perasaan anda terhadap gangguan kualitas hidup yang disebabkan karena penyakit anda saat ini? |
|
Sumber: dr. Roshni Manwani, Alomedika. 2021.[5,7]
Anamnesis
Anamnesis pada pasien dengan benign prostatic hyperplasia merupakan komponen yang sangat penting karena akan menentukan skoring benign prostatic hyperplasia, baik dengan IPSS ataupun skor AUA-I. Secara garis besar, gejala klinis benign prostatic hyperplasia dapat dibagi menjadi gejala saluran kemih bagian bawah, gejala saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran kemih.
Gejala Saluran Kemih Bagian Bawah (Lower Urinary Tract Symptoms/ LUTS
Gejala saluran kemih bagian bawah dapat dibedakan menjadi gejala obstruktif dan iritatif. Gejala obstruktif terdiri dari:
- Kesulitan memulai miksi/ hesitancy
- Mengejan untuk memulai miksi/ straining
- Pancaran melemah/ weak stream
- Rasa tidak lampias/ incomplete emptying
- Urin menetes di akhir miksi/ dribbling
- Aliran urine hilang timbul/ intermittent flow
Gejala iritatif terdiri dari:
- Frekuensi
- Urgensi
- Nokturia
- Inkontinensia
Gejala Saluran Kemih Bagian Atas
Gejala saluran kemih bagian atas berupa, nyeri pinggang, benjolan di daerah pinggang, demam dan mual.
Gejala di Luar Saluran Kemih
Gejala di luar saluran kemih akibat benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah hernia inguinalis, hemoroid, dan inkontinensia paradoksal.[1-3,5,6,17]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada pasien-pasien dengan BPH meliputi pemeriksaan abdomen dan colok dubur.
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen berupa inspeksi, palpasi, dan perkusi.
- Pada inspeksi: benjolan pada regio suprapubik abdomen dapat menunjukkan adanya buli-buli yang terisi
- Pada palpasi: penekanan pada regio suprapubik dapat menimbulkan rasa ingin miksi, pemeriksaan ballotement ginjal dapat menunjukkan adanya hidronefrosis
- Pada perkusi: suara redup jika buli-buli terisi
Colok Dubur
Colok dubur atau digital rectal examination dilakukan untuk membedakan pembesaran prostat jinak atau ganas. Pada BPH, biasanya ditemukan prostat membesar secara simetris pada lobus kanan dan kiri, konsistensi kenyal, dan tidak ditemukan adanya nodul. Sedangkan, pada karsinoma prostat konsistensinya keras, lobus tidak simetris, dan bernodul.[1,3,5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding benign prostatic hyperplasia (BPH) antara lain adalah:
- Sistitis
- Prostatitis
- Kanker prostat
- Batu saluran kemih
- Kandung kemih neurogenik/ neurogenic bladder
Infeksi saluran kemih[1,3,5]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada benign prostatic hyperplasia berupa pemeriksaan laboratorium, radiologi, uroflowmetri, dan histologi.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada benign prostatic hyperplasia adalah:
- Darah lengkap
- Urinalysis: urin lengkap dan biakan urin
- Serum kreatinin
- Urea nitrogen darah/blood urea nitrogen (BUN)
- Antigen prostat spesifik/prostate specific antigen (PSA) untuk diagnosis banding kanker prostat
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi sangat membantu dalam menentukan ukuran atau volume prostat. Modalitas yang dapat dilakukan antara lain adalah:
Ultrasonografi (USG):
Pemeriksaan USG merupakan metode pilihan. USG dapat dilakukan secara transabdominal atau transrektal. Pemeriksaan ini dapat menentukan volume prostat, adanya batu buli-buli, serta urine residual.
CT Scan:
CT scan pelvis dapat membantu evaluasi ukuran prostat. Jika terjadi pembesaran, diameter prostat pada potongan transversal umumnya berukuran >5 cm.
Magnetic Resonance Imaging (MRI):
Pemeriksaan ini sangat jarang dilakukan untuk kasus pembesaran prostat.
Pielogram Intravena/Intravenous Pyelography (IVP):
Pemeriksaan piyelogram intravena tidak rutin dilakukan pada benign prostatic hyperplasia dan hanya dilakukan bila ada indikasi tertentu. Akan terlihat adanya indentasi pada bagian dasar buli, elevasi trigonum buli, atau huruf “J” pada ureter distal (gambaran mata pancing) saat buli terisi. Pada saat buli kosong, akan terlihat sisa urin akibat obstruksi.
Uroflowmetri
Pemeriksaan uroflowmetri dilakukan oleh dokter spesialis urologi untuk menilai progresivitas BPH dengan menilai laju urin saat miksi. Hasil laju urin maksimum/maximum flow rate (Qmax) >20mL/detik dapat menyingkirkan kemungkinan BPH pada pasien dengan LUTS; akurasi 90%.
Histologi
Pemeriksaan histologi dapat dilakukan terutama untuk membedakan hiperplasia maligna dan benigna. Biopsi pada benign prostatic hyperplasia akan menunjukkan kombinasi antara hiperplasia stroma dan epitel, proliferasi otot polos, fibroadenoma, atau trabekulasi buli dengan peningkatan kolagen.[1,5,6,18]
Direvisi oleh: dr. Roshni Manwani