Beberapa studi menunjukkan adanya asosiasi antara infeksi campak dengan terjadinya otosklerosis, yang dapat berujung pada penurunan fungsi pendengaran dan tuli. Meski demikian, terdapat berbagai studi lain yang tidak menemukan peranan campak dalam terjadinya otosklerosis
Otosklerosis, dikenal juga sebagai otospongiosis, adalah suatu kelainan remodelling pada tulang di telinga tengah. Etiopatofisiologi dari otosklerosis bersifat kompleks dan telah dikaitkan dengan berbagai faktor seperti genetik, infeksi virus, gangguan hormon, dan gangguan metabolisme tulang.
Lapisan endochondral yang terdapat pada bagian kapsul tulang kecil di telinga tengah, pada otosklerosis, digantikan oleh tulang spongiosa yang menyebabkan kekakuan dari stapes. Otosklerosis dapat menyebabkan gangguan pendengaran konduktif ataupun sensorineural.[1,2]
Peranan Campak pada Terjadinya Otosklerosis Masih Belum Pasti
Mekanisme dan penyebab dari otosklerosis belum diketahui pasti. Secara garis besar, otosklerosis diduga bersifat multifaktorial yang melibatkan:
- Gangguan anatomi, seperti fissula ante fenestram dan remnan dari kartilago embrionik
- Gangguan genetik: Beberapa lokus kromosom yang telah teridentifikasi antara lain 6p, 9p, 1q, 3q, 6q, 7q, 15q, dan 16q
- Infeksi virus: Asam ribonukleat (RNA) dari virus campak dapat ditemukan pada footplate stapes pada pemeriksaan ultrastruktural dan imunohistokimia
- Faktor lain: menopause, trauma, diskrasia tulang, atau pembedahan telinga[3]
Beberapa studi menemukan adanya RNA virus campak pada jaringan tulang stapes yang mengalami otosklerosis. Virus campak diduga berperan sebagai faktor pemicu proses inflamasi pada fase aktif otosklerosis. Meski demikian, peran virus campak yang sesungguhnya dalam patogenesis otosklerosis masih belum diketahui.
Sebagian besar studi observasional yang mendeteksi RNA virus campak pada stapes otosklerotik menggunakan metode yang berbeda-beda, seperti reverse transcription polymerase chain reaction (rt-PCR), reverse transcription-quantitative polymerase chain reaction (rt-QPCR), dan gliseraldehida 3-fosfat (GADP) untuk mendeteksi messenger RNA (mRNA) virus campak. Sementara itu, terdapat studi lain yang mengevaluasi antigen virus campak dan antibodi terhadap virus campak.[2-4]
Terlepas dari banyaknya bukti hubungan antara keduanya, ada juga beberapa penelitian observasional yang gagal mendapatkan hubungan antara infeksi virus campak persisten dan otosklerosis.[2]
Basis Bukti Ilmiah Kaitan Campak dan Otosklerosis
Bukti ilmiah yang mengaitkan campak dan otosklerosis kebanyakan adalah studi lama dengan jumlah sampel yang kecil. Berbagai studi yang lebih baru tidak menunjukkan adanya asosiasi antara campak dan otosklerosis.[2,6,7]
Studi yang Menunjukkan Kaitan Antara Campak dan Otosklerosis
Basis ilmiah mengenai kaitan antara campak dan otosklerosis diungkapkan oleh berbagai studi lama. Kebanyakan dari studi tersebut merupakan studi observasional yang menemukan adanya mRNA virus campak pada kebanyakan footplate stapes pasien otosklerosis. Meski demikian, belum ada bukti yang bisa dengan tegas mengkonfirmasi hubungan kausatif antara keduanya.[2]
Studi yang Menunjukkan Tidak Ada Kaitan Antara Campak dan Otosklerosis
Hasil berbeda dilaporkan dalam sebuah kohort di Inggris yang melibatkan 657 subjek dengan otosklerosis. Dalam kohort ini, tidak ditemukan adanya asosiasi antara campak dengan otosklerosis.[6]
Studi lain yang berupa studi potong lintang mengevaluasi materi genetik dari tulang stapes 93 pasien dengan otosklerosis. Hasil pemeriksaan rt-PCR tidak menunjukkan adanya RNA virus campak pada pasien otosklerosis.[7]
Pencegahan Otosklerosis pada Campak
Meskipun beberapa penelitian telah mengindikasikan hubungan otosklerosis dengan virus campak, belum ada konsekuensi profilaktik dan terapeutik yang dapat diambil dari hubungan ini. Secara garis besar, penggunaan vaksin campak dipercaya akan menurunkan angka infeksi campak, sehingga diharapkan akan menurunkan pula kejadian otosklerosis terkait infeksi campak.[2,5]
Kesimpulan
Kaitan antara otosklerosis dengan infeksi campak disampaikan oleh berbagai studi observasional terdahulu yang menemukan adanya materi genetik virus campak pada sampel tulang stapes pasien otosklerosis. Meski demikian, berbagai studi yang lebih baru telah gagal menemukan hubungan antara otosklerosis dengan infeksi campak.
Studi lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan peranan infeksi campak dalam patogenesis otosklerosis, serta apa makna klinis dari hubungan antara keduanya.