Peranan Asam Hidroksi Alfa (AHA) pada Terapi Jerawat

Oleh :
dr. Fresa Nathania Rahardjo, M.Biomed, Sp.KK

Asam Hidroksi Alfa (AHA) banyak digunakan dalam tata laksana topikal jerawat atau acne vulgaris meskipun senyawa ini memiliki berbagai efek yang menguntungkan dan merugikan. Adapun AHA adalah senyawa kimia organik yang bersifat asam dengan salah satu gugus hidroksil pada posisi alfa senyawa asam tersebut. Asam glikolat, asam laktat, asam mandelat, asam malat, asam tartar, dan asam sitrat merupakan sediaan AHA yang sering digunakan dalam formulasi kosmetik dan perawatan kulit.[1,2]

Saat ini telah diketahui bahwa fungsi AHA tidak hanya untuk mengelupaskan sel kulit mati, tetapi juga memiliki efek meremajakan kulit atau rejuvenasi yang membuat AHA semakin populer dalam berbagai produk kosmetik. Pada penggunaannya sebagai produk perawatan kulit, AHA sering digunakan sebagai bahan peeling superfisial dengan tujuan memperbaiki keratinisasi kulit dan jerawat pada kasus dermatologi.[1-3]

shutterstock_1676732977-min

Sekilas Mengenai Mekanisme Kerja Asam Hidroksi Alfa (AHA)

Secara garis besar, mekanisme aksi Asam Hidroksi Alfa (AHA) dapat dibagi menjadi 2 bagian pada kedua lapisan kulit, yaitu efek pada epidermis dan dermis.

Efek pada Epidermis

Asam Hidroksi Alfa (AHA) memiliki efek pada proses keratinisasi. Selain mengelupaskan lapisan stratum korneum. AHA berfungsi secara klinis dalam memodulasi formasi epidermis dengan menurunkan ikatan antara korneosit pada lapisan bawah epidermis. Pengelupasan sel kulit mati tidak hanya memperbaiki penampakan kulit secara langsung, tetapi juga membantu membuka pori–pori dan menurunkan timbunan minyak yang berkontribusi terhadap munculnya jerawat atau acne.

Selain membuang sel–sel mati dan mengurangi timbunan minyak, fungsi lain AHA adalah menjaga kadar air pada setiap lapisan epidermis sehingga menjaga kelembapan kulit.[1]

Efek pada Dermis

Asam Hidroksi Alfa (AHA) yang memiliki bioavailabilitas tinggi menunjukkan kemampuannya dalam menimbulkan efek pada lapisan terdalam dermis. Pengaplikasian asam glikolat, asam laktat, dan asam sitrat pada kulit rusak dikarenakan sinar matahari menyebabkan peningkatan jumlah mukopolisakarida dan kolagen tanpa adanya inflamasi yang meningkatkan ketebalan kulit secara biopsi.

AHA juga ditengarai meningkatkan produksi kolagen dan mukopolisakarida. Hal ini menyebabkan peningkatan ketebalan lapisan dermis dan pengembalian volume kulit. Suatu studi menyatakan bahwa terjadi peningkatan 25% dari ketebalan kulit setelah perawatan 6 bulan. Hal ini adalah salah satu dari fungsi AHA dalam membalikkan proses penuaan.[1,3,4]

Keuntungan Penggunaan Asam Hidroksi Alfa (AHA)

Dalam tata laksana jerawat atau acne, Asam Hidroksi Alfa (AHA) berperan sebagai agen eksfoliator yang baik, sehingga dapat membebaskan sumbatan sebum pada pori–pori.[9] Eksfoliasi dari AHA juga akan mencerahkan kulit karena membuat stratum korneum kulit selalu baru dengan sel–sel keratosit baru.[5]

AHA juga mampu menjaga kadar air dan melanin dalam dermis, serta meningkatkan produksi kolagen. Hal ini akan membantu menjaga kelembapan kulit, menurunkan tampilan kerutan dan garis wajah, serta memperbaiki pigmentasi kulit.[3-5]

AHA juga dapat meningkatkan efikasi produk perawatan kulit lain. Efek ini timbul karena AHA dapat melonggarkan ikatan antar sel, sehingga memudahkan zat aktif lain untuk menembus barrier kulit.[6,7]

Kerugian Penggunaan Asam Hidroksi Alfa (AHA)

Kerugian penggunaan Asam Hidroksi Alfa (AHA) adalah sering terjadinya efek samping. Efikasi dan timbulnya efek samping akan bergantung pada banyak faktor, seperti konsentrasi yang digunakan, pH larutan, lama pajanan, dan jumlah asam bebas yang ada pada sediaan.[8]

Efek samping langsung yang bisa timbul akibat AHA adalah sensasi perih atau terbakar segera atau beberapa saat setelah aplikasi obat. Efek samping lain dapat berupa rasa tersengat, iritasi kulit, nyeri, kemerahan, timbul vesikel, purpura, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atrofi, ulserasi, terbentuknya skar, skar hipertrofi, dan keloid, serta infeksi yang diakibatkan diskontinuitas jaringan kulit.[4,8]

Selain itu, AHA juga dapat meningkatkan fotosensitivitas terhadap sinar matahari. Jika dikombinasikan dengan pajanan sinar matahari, AHA dapat menyebabkan warna kulit yang tidak merata.[8]

Efikasi Asam Hidroksi Alfa (AHA) dalam Tata Laksana Jerawat

Jerawat atau acne vulgaris adalah lesi inflamasi yang disebabkan keratinisasi abnormal stratum korneum, produksi sebum berlebih, disertai infeksi bakteri, serta peradangan pada folikel. Tata laksana topikal jerawat bertujuan untuk membebaskan sumbatan folikel, meredakan inflamasi, dan mengatasi infeksi.[9,10]

Asam hidroksi alfa (AHA) umumnya digunakan sebagai agen eksfoliasi dalam tata laksana jerawat yang diharapkan dapat membebaskan sumbatan sebum, menghilangkan sumbatan pori, dan rejuvenasi kulit.[10]

Studi Efikasi Asam Hidroksi Alfa dalam Tata Laksana

Asam glikolat adalah salah satu jenis AHA yang telah banyak diteliti. Pada suatu uji klinis acak terkontrol buta ganda, sediaan oil-in-water emulsion asam glikolat 10% dilaporkan memiliki efikasi dan tolerabilitas yang baik dalam tata laksana jerawat ringan. Studi ini melibatkan 120 pasien berusia ≥ 12 tahun yang menderita jerawat atau acne vulgaris ringan.

Perlakuan yang diberikan adalah pemberian krim oil-in-water emulsion asam glikolat 10% atau plasebo, sebanyak 1 kali sehari di malam hari, selama 90 hari. Hasil studi menunjukan bahwa penggunaan sediaan asam glikolat selama 90 hari mampu mengurangi tanda klinis jerawat (berdasarkan skor Leeds) secara signifikan.

Perbaikan klinis ditemukan pada seluruh pasien yang mendapat asam glikolat 10% dibandingkan dengan hari ke-0. Perbaikan klinis ini sudah mulai tampak pada evaluasi hari ke-45, dan dilaporkan lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol.[11]

Studi lain mencoba menganalisis efikasi produk pembersih kulit topikal yang mengandung asam glikolat pada terapi jerawat ringan. Studi tidak terkontrol dan tanpa blinding ini melibatkan 60 pasien, dimana keseluruhan pasien diminta mengaplikasikan sediaan sebanyak 2 kali sehari selama 6 minggu.

Perbaikan klinis bermakna didapatkan setelah 42 hari, dan 60% pasien merasa puas dengan efek yang dihasilkan produk. Efek samping yang dilaporkan dalam studi ini mencakup rasa kencang pada kulit, kulit mengelupas, kemerahan, rasa terbakar, dan gatal.[12]

Uji Klinis Membandingkan AHA dan BHA

Uji klinis lain dengan jumlah sampel lebih kecil mencoba membandingkan efikasi AHA dengan asam hidroksi beta (BHA) untuk terapi jerawat derajat ringan hingga sedang. Studi ini melibatkan 20 orang pasien dan membandingkan efikasi AHA dan BHA pada kedua sisi wajah.

Sediaan yang digunakan adalah asam glikolat 30% pada satu sisi dan asam salisilat 30% pada sisi lainnya selama 2 minggu dengan total 6 kali perawatan. Luaran diperiksa oleh seorang pengamat yang blinded. Studi ini menunjukan tidak ada perbedaan efikasi antara kedua sediaan, tetapi ditemukan efek samping lebih prominen pada kelompok asam glikolat. Meski begitu, studi ini memiliki sampel sangat kecil, sehingga masih dibutuhkan studi lanjutan untuk mengonfirmasi temuan.[13]

Hasil serupa ditemukan pada uji klinis lain yang membandingkan penggunaan asam mandelat 45% dengan asam salisilat 30% pada pasien dengan jerawat ringan hingga sedang. Studi ini melibatkan 50 pasien yang dibagi secara acak untuk mendapat perawatan pengelupasan dalam interval 2 minggu dan sebanyak 6 sesi.

Efikasi kedua sediaan ditemukan setara, dimana asam salisilat dilaporkan lebih efektif untuk lesi noninflamasi, sedangkan asam mandelat dilaporkan lebih baik untuk lesi inflamasi. Studi ini menemukan efek samping yang lebih rendah pada penggunaan asam mandelat.[14]

Kesimpulan

Asam hidroksi alfa (AHA) adalah agen eksfoliasi yang banyak dijual bebas dan digunakan dalam terapi jerawat atau acne vulgaris. Contoh AHA adalah asam glikolat, asam malat, asam mandelat, dan asam laktat.

AHA diduga mampu meringankan manifestasi jerawat dengan membebaskan sumbatan sebum pada pori, meningkatkan produksi kolagen, dan menjaga kelembapan kulit. Meski demikian, agen ini juga dapat menimbulkan berbagai efek samping, seperti iritasi, rasa terbakar, kemerahan, hipo- atau hiperpigmentasi, pembentukan skar, serta fotosensitivitas terhadap matahari.

Bukti ilmiah yang ada telah mengindikasikan potensi efikasi dari berbagai jenis AHA, namun masih diperlukan uji klinis dengan kualitas bukti yang lebih baik.

Referensi