Pedoman Klinis Manajemen Luka Akut
Pedoman klinis pada manajemen luka akut diperlukan sebelum, selama, maupun setelah tindakan manajemen luka. Beberapa tindakan manajemen luka akut perlu dipertimbangkan sebelum, selama, dan setelah tindakan penutupan luka.
-
Anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan untuk menilai dan menentukan jenis tindakan manajemen luka (primary, secondary, or delayed primary closure) dan tipe penutupan luka.
- Setiap luka perlu dilakukan irigasi sebelum dilakukan penutupan luka untuk mencegah terjadinya infeksi. Gunakan cairan normal saline atau air bersih untuk irigasi minimal 250 mL.
- Penutupan anestesi lokal biasanya diberikan sebelum dilakukan penjahitan. Namun, pada beberapa kasus, anestesi dapat diberikan pada saat debridement untuk mengurangi rasa sakit pada saat irigasi dan debridemen luka.
-
Pada luka primer, standar terapi adalah hecting atau jahit kutis menggunakan benang. Namun, pada beberapa luka superfisial di daerah kepala dan ekstremitas dapat digunakan adhesive dan staples.
-
Pemilihan benang hecting disesuaikan dengan kedalaman luka. Pada luka superfisial dapat digunakan benang sintetik non-absorbable. Sedangkan, pada luka dalam, dapat dilakukan hecting double layer menggunakan benang absorbable untuk jahitan dalam dan non-absorbable untuk jahit kulit.
Antibiotik topikal biasanya tidak diperlukan pada sebagian besar kasus manajemen luka di unit gawat darurat, biasanya antibiotik diberikan pada beberapa kasus, seperti pada gigitan hewan/manusia, luka yang kotor, dan adanya tanda-tanda infeksi atau selulitis.
Selalu periksakan status imunisasi tetanus khususnya pada pasien dengan luka tusuk atau luka yang dalam. Pada kasus gigitan hewan, pemberian vaksin rabies disesuaikan sesuai dengan protokol rabies.
-
Follow up untuk melepas jahitan sebaiknya dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Biasanya, jahitan pada daerah wajah dan kulit kepala dilakukan lepas jahitan 5 hari setelah tindakan, sedangkan pada daerah batang tubuh dan ekstremitas 7-10 hari setelah tindakan.[1-3,8,13-20]
Penulisan pertama oleh: dr. Khrisna Rangga Permana