Teknik Kolonoskopi
Teknik kolonoskopi dilakukan dengan memasukkan kolonoskop melalui rektum ke dalam kolon. Kolonoskop adalah sebuah tabung panjang, fleksibel, yang dilengkapi dengan lampu dan kamera. Scope dimasukkan terus ke dalam usus untuk memvisualisasikan lumen dan dinding kolon yang ditampilkan ke monitor. Sangat penting bagi dokter untuk mengetahui peralatan dan mengujinya sebelum memulai kolonoskopi.
Keterampilan dalam melakukan kolonoskopi membutuhkan waktu, kesabaran, dan banyak latihan. Selain itu, faktor pasien seperti obesitas, riwayat pembedahan, dan individu dengan berat badan kurang, semuanya perlu diperhitungkan saat mempersiapkan kolonoskopi.[1,12]
Persiapan Pasien
Untuk memaksimalkan kualitas dan keamanan kolonoskopi, kolon diusahakan benar-benar kosong sebelum prosedur. Selain itu, kolonoskopi secara rutin dilakukan dengan sedatif.
Sebelum tindakan, jelaskan tujuan, cara, serta potensi risiko tindakan. Jangan lupa melakukan informed consent pada pasien.
Diet
Diet yang disarankan sebelum kolonoskopi adalah diet rendah residu atau cairan bening setidaknya 1 hari sebelum prosedur dilakukan. Pasien diminta menghindari makanan tinggi serat. Cairan bening yang diperbolehkan misalnya air putih, kaldu bening, kopi atau teh (tanpa susu), dan jus buah seperti apel, jeruk bali, dan limun. Konsumsi cairan berwarna merah tidak disarankan karena dapat dikira sebagai darah atau mengaburkan detail mukosa.
American Society for Anesthesiology (ASA) merekomendasikan untuk meminta pasien berpuasa minimal 2 jam setelah konsumsi cairan bening dan 6 jam untuk makanan ringan.[10]
Bowel Preparation
Bowel preparation dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau terbagi. Pada umumnya, dosis pertama diberikan sehari sebelum prosedur dan dosis selanjutnya diberikan 3-8 jam sebelum tindakan kolonoskopi. Larutan yang banyak digunakan untuk melakukan bowel preparation adalah polyethylene glycol isosmotik yang mengandung elektrolit (PEG-ELS). Pada pasien hamil, enema dengan air kran dapat diberikan dengan PEG-ELS.[13]
Konsumsi Obat Rutin Pasien
Mayoritas obat yang digunakan pasien secara rutin dapat dilanjutkan. Pada hari prosedur dilakukan, obat dikonsumsi dengan sedikit air.
Dosis beberapa obat mungkin memerlukan penyesuaian, misalnya saja obat antidiabetes yang dosisnya diturunkan karena asupan oral pasien dibatasi. Selain itu, konsumsi zat besi oral sebaiknya dihentikan setidaknya 5 hari sebelum prosedur. Zat besi oral dapat membuat feses menjadi hitam, kental, dan sulit dibersihkan.
Pada pasien yang mengonsumsi antiplatelet dan antikoagulan, keputusan mengenai penghentian harus mempertimbangkan risiko perdarahan dari prosedur dan risiko kejadian tromboemboli jika obat dihentikan. Secara umum, aspirin dalam dosis standar dapat dilanjutkan.[10]
Pemeriksaan Preprosedural
Pemeriksaan preprosedural tidak dilakukan secara rutin pada kolonoskopi. Pemeriksaan preprosedural dilakukan secara selektif berdasarkan riwayat medis pasien, temuan pemeriksaan fisik, dan faktor risiko. Pemeriksaan preprosedural dapat dipertimbangkan pada kondisi berikut:
- Tes kehamilan untuk wanita jika ada kecurigaan pasien sedang hamil atau jika fluoroskopi akan digunakan
- Profil koagulasi untuk pasien dengan perdarahan aktif, kecurigaan gangguan perdarahan, mengalami peningkatan risiko perdarahan karena medikamentosa, obstruksi bilier berkepanjangan, malnutrisi, atau kondisi koagulopati lain
-
Rontgen toraks untuk pasien dengan gejala pernapasan atau gagal jantung
- Hemoglobin dan hematokrit untuk pasien dengan anemia signifikan, perdarahan aktif, atau risiko tinggi kehilangan darah yang signifikan
- Golongan darah untuk pasien yang mungkin memerlukan transfusi darah
- Kimia darah untuk pasien dengan disfungsi endokrin, ginjal, atau hepar signifikan[10]
Sedasi
Sedasi pada kolonoskopi dapat dilakukan dengan sedasi sadar ringan atau pendekatan tanpa sedasi. Obat yang dapat digunakan antara lain midazolam dengan dosis maksimal 5 mg, fentanil dengan dosis maksimal 100 mcg, atau petidin hingga 50 mg.[3]
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada prosedur kolonoskopi adalah:
- Kolonoskop high-definition white-light: ukuran disesuaikan dengan pasien. Kolonoskop anak dapat digunakan pada dewasa untuk kondisi tertentu, misalnya pada wanita atau pasien dengan riwayat bedah abdomen
- Monitor
- Aksesoris: misalnya forsep biopsi, snare, jarum injeksi, klip hemostatik, dan probe lain
- Beberapa alat dapat digunakan pula untuk meningkatkan visualisasi, misalnya kromoendoskopi[10]
Posisi Pasien
Pasien diposisikan dalam posisi dekubitus lateral kiri. Pada sisi kiri, kaki pasien ditekuk, dan bantal diletakkan di area punggung, kepala, dan di antara lutut untuk membantu mencegah cedera dan mempertahankan posisi. Kaki yang tertekuk ke arah dada membantu mengendurkan otot puborektalis dan pubokoksigeus. Hal ini memungkinkan kolonoskop untuk masuk dan melintas lebih mudah.[1,12]
Jika pasien memiliki kolostomi, maka posisi saat melakukan kolonoskopi adalah supinasi.[10]
Prosedural
Langkah-langkah melakukan prosedur kolonoskopi adalah:
- Dokter pemeriksa berdiri di belakang pasien.
- Sebelum memasukkan kolonoskop, penting untuk melakukan pemeriksaan inspeksi perianal dan colok dubur dengan pelumas.
- Dokter memeriksa apakah terdapat benjolan, tonjolan, rektokel, atau massa. Selain itu, dokter harus memperhatikan tonus.
- Kemudian, kolonoskop dimasukkan melalui anus ke dalam rektum. Apabila pasien mengeluhkan kram atau rasa tidak nyaman, minta pasien menarik napas panjang.
- Kolonoskop terus didorong hingga mencapai sekum. Udara, air, dan suction dapat diterapkan untuk membantu visualisasi yang lebih jelas.
- Lakukan pemeriksaan terhadap lumen dan mukosa usus. Inspeksi adanya polip, tumor, eritema, erosi, ulkus, divertikula, melanosis coli, dan kondiloma.
- Ambil sampel biopsi jika dirasa perlu. Apabila ditemukan kelainan, tindakan terapeutik (misalnya, polipektomi) dapat dilakukan sekaligus.
- Ketika menarik kolonoskop ke luar (withdrawing), lakukan aspirasi sebagian insuflasi untuk pemulihan pasien yang lebih baik, mengurangi keluhan perut kembung, dan distensi.
- Di akhir kolonoskopi, anus dan garis dentata diperiksa untuk adanya lesi atau hemoroid.
- Untuk mengeluarkan kolonoskop, retrofleksikan scope, lakukan suction pada rektum, lalu keluarkan kolonoskop seluruhnya.[1,9,10,12]
Manuver Diagnostik dan Terapi
Selama kolonoskopi, berbagai manuver diagnostik dan terapeutik dapat dilakukan, seperti:
- Pengambilan sampel jaringan
- Endoskopi hemostasis
- Pelebaran striktur kolon atau anastomosis
- Reseksi mukosa endoskopik dan diseksi submukosa endoskopik tumor gastrointestinal
- Pengangkatan benda asing
- Penempatan tabung dekompresi kolon
- Penempatan tabung cecostomy endoskopi perkutan
Pengambilan Sampel Jaringan dan Polipektomi:
Pasien umumnya tidak merasakan nyeri selama pengambilan sampel jaringan karena mukosa kolon tidak memiliki reseptor nyeri. Setiap lesi yang terlihat oleh dokter selama kolonoskopi diambil sampelnya atau diangkat untuk pemeriksaan patologi. Pengambilan sampel jaringan termasuk biopsi, penyikatan, dan polipektomi.
Kebanyakan polip berukuran kurang dari 2 cm dapat diangkat secara endoskopi. Jika polip terlalu banyak untuk diangkat, sampel yang representatif perlu diambil. Dalam beberapa kasus, pengangkatan endoskopi tidak memungkinkan sehingga reseksi bedah diperlukan.[10]
Follow Up
Setelah prosedur selesai, umumnya pasien akan diobservasi terlebih dahulu selama 30-60 menit hingga efek sedasi hilang. Dokter harus menuliskan laporan detail yang mencakup hasil pemeriksaan, temuan abnormal, kualitas tindakan, dan seberapa jauh usus dievaluasi. Dokumentasi dengan foto sangat disarankan dan perlu ditandai dengan nama pasien, waktu dilakukannya tindakan, usia pasien, jenis kelamin, indikasi, detail sedasi, dan nama petugas medis yang terlibat.
Lakukan evaluasi kemungkinan komplikasi berat, misalnya perforasi usus dan ruptur limpa. Sampaikan pada pasien hasil dari kolonoskopi. Berikan rekomendasi, termasuk tes lanjutan, rujukan, perubahan pengobatan, dan waktu kontrol selanjutnya.[10]