Komplikasi Kolonoskopi
Komplikasi kolonoskopi jarang terjadi. Prosedur ini umumnya aman. Potensi komplikasi yang perlu diwaspadai antara lain perforasi kolon, perdarahan, infeksi, distensi abdomen, sindrom koagulasi pasca polipektomi, ruptur limpa, obstruksi usus halus, dan efek anestesi.[9,14]
Perforasi Kolon
Risiko perforasi kolon adalah 0,2-0,4% pada kolonoskopi diagnostik dan 0,3-1,0% pada polipektomi. Perforasi lebih sering terjadi pada pasien yang mengalami sedasi berlebihan atau menggunakan anestesi umum pada bowel preparation yang buruk; dan pasien dengan perdarahan akut. Umumnya, perforasi disebabkan oleh tekanan mekanis atau pneumatik atau dari teknik biopsi.
Perforasi bebas ke dalam rongga peritoneum dapat terdeteksi selama prosedur jika visera abdomen terlihat. Dalam situasi yang tidak terlalu berat, distensi abdomen atau nyeri yang persisten harus segera dievaluasi menggunakan rontgen polos dimana akan tampak udara bebas di peritoneum. Gejala-gejala ini mungkin tertunda selama beberapa hari jika kebocorannya kecil dan terlokalisasi dengan baik.
Perforasi retroperitoneal dapat menimbulkan emfisema subkutis. Pasien dapat mengalami demam dan leukositosis. Apabila foto polos abdomen atau toraks menunjukkan pneumoperitoneum, maka diperlukan intervensi bedah.[9,14]
Perdarahan
Perdarahan terjadi pada sekitar 1 dari setiap 1000 prosedur kolonoskopi. Sebagian besar kasus sembuh secara spontan. Setelah polipektomi, perdarahan dini dapat terjadi, namun perdarahan tertunda (dalam 2-7 hari) lebih sering ditemukan yaitu pada 30-50% kasus.
Perdarahan dapat ditangani dengan melakukan klem pada pembuluh darah selama 10-15 menit, tanpa memerlukan elektrokoagulasi lebih lanjut. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah menyuntikkan 5-10 ml larutan epinefrin 1:10.000 ke submukosa agar terjadi vasokonstriksi. Klip hemostatik endoskopi juga dapat digunakan.
Perdarahan yang tertunda biasanya berhenti secara spontan. Pada kasus yang berat, mungkin diperlukan transfusi darah, angiografi, hingga laparotomi.[9]
Infeksi
Kasus penularan infeksi antar pasien atau ke petugas kesehatan sangat jarang terjadi. Patogen yang telah dilaporkan menyebabkan kasus infeksi antara lain Salmonella sp, Pseudomonas sp, dan Escherichia coli.
Hingga saat ini, belum ada penularan HIV yang dilaporkan. Di lain pihak, kemungkinan penularan hepatitis C selama kolonoskopi telah dilaporkan. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan pembersihan dan sterilisasi yang tidak memadai.[9]
Distensi Abdomen
Distensi kolon selama kolonoskopi dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan juga dapat mengganggu aliran darah mukosa.[9]
Sindrom Koagulasi Pasca Polipektomi
Sindrom koagulasi pasca polipektomi ditandai dengan nyeri, iritasi peritoneum, leukositosis, dan demam. Umumnya, kondisi ini hanya membutuhkan pendekatan konservatif.[9]
Ruptur Limpa
Ruptur limpa selama kolonoskopi merupakan komplikasi yang sangat jarang. Mekanisme yang dapat menyebabkan komplikasi ini antara lain trauma langsung pada limpa, angulasi fleksura limpa, traksi ligamen splenokolik yang berlebihan, dan penurunan mobilitas relatif antara limpa dan kolon.
Ruptur limpa ditandai dengan instabilitas hemodinamik, akut abdomen, leukositosis, dan anemia pada pasien dengan nyeri abdomen persisten setelah kolonoskopi. Perforasi atau perdarahan usus harus disingkirkan terlebih dahulu, setelah itu dilakukan CT scan untuk evaluasi lebih lanjut.[9]
Obstruksi Intestinal
Obstruksi intestinal adalah komplikasi lain yang jarang terjadi dari kolonoskopi. Risiko komplikasi ini meningkat pada pasien dengan riwayat operasi abdomen dan perlengketan pasca operasi. Obstruksi diduga dapat terjadi akibat insuflasi udara ke dalam usus kecil sebagai akibat dari inkompetensi katup ileocecal.[9]
Komplikasi Bowel Preparation
Seluruh jenis larutan bowel preparation dapat menyebabkan reaksi simpang. Beberapa potensi komplikasi yang dapat timbul adalah ketidakseimbangan elektrolit, mual, muntah, perut kembung, rasa tidak nyaman, aspirasi, dan robekan esofagus akibat muntah.[10]
Efek Anestesi
Obat anestesi yang digunakan selama kolonoskopi dapat menyebabkan komplikasi berupa reaksi alergi atau depresi napas. Penggunaan benzodiazepine, seperti midazolam, dapat menimbulkan reaksi simpang seperti kecemasan, reaksi lokal di tempat suntikan, mual, muntah, dan hipotensi.[9]