Pendahuluan Rectal Swab
Rectal swab atau apusan rektal adalah teknik diagnostik menggunakan sampel dari epitel rektal dan feses daerah rektum untuk konfirmasi infeksi pencernaan maupun penyakit menular seksual. Contoh patogen infeksi pencernaan yang dapat ditemukan adalah Enterococcus, Vibrio cholera, Clostridium difficile, Shigella, dan Campylobacter, serta rotavirus dan parasit seperti cacing dan Giardia. Sementara itu, contoh infeksi menular seksual yang dapat ditemukan adalah chlamydiosis dan gonorrhea.[1-3]
Selain indikasi untuk konfirmasi infeksi pencernaan maupun penyakit menular seksual, rectal swab juga dilaporkan dapat mendeteksi keganasan pada area rektum. Hal-hal yang menjadi kontraindikasi rectal swab adalah pasien immunocompromised, prolaps hemorrhoid, perdarahan rektal masif, dan luka pada rektal atau anus.[2]
Pengambilan sampel pada prosedur rectal swab dilakukan dengan posisi pasien yang sama dengan prosedur rectal toucher (digital rectal examination). Swab menggunakan alat swab seperti lidi kapas yang dimasukkan ke dalam anus dan diputar 180° dalam anus. Sampel disimpan dalam tabung dingin dan dibawa ke laboratorium.[1-3]
Rectal swab dapat dilanjutkan dengan kultur maupun pemeriksaan molekuler seperti polymerase chain reaction (PCR) kuantitatif untuk RNA ribosom 16S dari bakteri yang hendak dideteksi. Komplikasi prosedur rectal swab meliputi nyeri, perdarahan, dan infeksi apabila putaran apusan dilakukan terlalu kuat.[1-5]