Teknik Kateterisasi Uretra (Wanita)
Teknik kateterisasi uretra wanita harus diawali dengan persiapan pasien, yaitu pemeriksaan identitas pasien, indikasi prosedur, serta konfirmasi kembali pasien tidak memiliki kondisi yang menjadi kontraindikasi dari pemasangan kateter. Saat dilakukan tindakan kateterisasi uretra, pasien harus melakukan teknik relaksasi napas dalam, untuk mengurangi intensitas nyeri dan rasa gugup.[1,9]
Persiapan Pasien
Tenaga medis yang akan melakukan prosedur kateterisasi harus menjelaskan tujuan, teknik, dan efek samping yang mungkin terjadi secara mendetail kepada pasien. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya, kemudian minta persetujuan pasien atau informed consent.[1,9]
Pastikan privasi pasien terjaga saat akan melakukan prosedur kateterisasi uretra, seperti dilakukan di ruangan yang tertutup dan tidak ada orang asing di dekat pasien. Sebaiknya pasien membuka sendiri pakaian bagian bawah kecuali kondisi pasien tidak mampu.[1]
Posisi Pasien
Pasien berbaring dengan posisi litotomi, yaitu berbaring dengan kedua kaki terbuka dan lutut diangkat keatas. Kemudian letakan kain perlak di area bokong pasien.[1,9]
Peralatan
Peralatan kateterisasi uretra wanita biasa disebut set kateter yang telah ditempatkan dan dibungkus pada kondisi steril. Peralatan yang diperlukan untuk pemasangan kateter uretra pada wanita terdiri dari:
- Sarung tangan dan duk steril
- Larutan antiseptik, contoh savlon
- Kasa atau kapas steril
- Penjepit atau forsep
- Syringe 10 ml berisi cairan steril, seperti
- Gel lidokain untuk anestesi topikal atau lubrikan berbahan dasar air
- Kateter sesuai jenis yang diperlukan, umumnya menggunakan kateter foley dengan ukuran 16−18 Fr
Collection bag atau penampung urine
- Plester untuk fiksasi[1,2]
Jenis Kateter Uretra
Selang kateter memiliki berbagai jenis ukuran dan bahan. Ukuran selang kateter dikategorikan berdasarkan usia dan jenis kelamin, sedangkan bahan selang kateter disesuaikan dengan durasi pemakaian.[1,2]
Ukuran Kateter Uretra
Ukuran diameter selang kateter menggunakan skala ukuran French (Fr), dimana 1 Fr sama dengan 0,33 mm. Variasi ukuran selang kateter mulai dari 12 Fr (diameter kecil) hingga 28 Fr (diameter besar). Umumnya orang dewasa menggunakan selang kateter berdiameter 16‒18 Fr, anak menggunakan 5‒12 Fr disesuaikan dengan berat badan. Untuk anak usia <6 bulan menggunakan ukuran 5 Fr dengan selotip.[1,2]
Tabel 1. Ukuran Selang Kateter untuk Pasien Anak
Umur | Berat Badan | Ukuran Kateter Foley |
12 tahun | beragam | 12‒14 |
8 tahun | 27 kg | 10‒12 |
5 tahun | 18 kg | 10 |
3 tahun | 14 kg | 8‒10 |
2 tahun | 12kg | 8 |
1 tahun | 10 kg | 6‒8 |
0-6 bulan | 3,5‒7 kg | 6 |
Neonatus | 1.200‒2.500 g | 5 Fr kateter umbilikal |
<1.200g | 3,5 Fr kateter umbilikal |
Sumber: The Royal Children’s Hospital Melbourne, 2020.[1,2]
Panjang selang kateter juga harus diperhatikan, karena panjang untuk kateterisasi uretra pasien pria dan wanita berbeda. Panjang selang kateter untuk wanita adalah 20‒26 cm, sedangkan panjang selang kateter untuk pasien pria adalah 30‒31 cm. Panjang untuk pasien anak adalah 30‒31 cm.[1,2]
Bahan Kateter Uretra
Bahan selang kateter dipilih berdasarkan lama pemakaian, dan juga kondisi pasien. Selang kateter berbahan PVC (polyvinyl chloride) atau plastik umumnya lebih kaku dan kurang nyaman, sehingga biasanya hanya digunakan dalam jangka waktu singkat.
Selang kateter berbahan latex atau karet juga hanya digunakan dalam jangka waktu pendek, yaitu kurang dari 3 minggu. Namun, banyak yang melaporkan reaksi alergi terhadap bahan latex sehingga penggunaannya sudah dibatasi.
Bahan selang kateter yang umum digunakan saat ini adalah bahan silikon 100%, karena lebih hipoalergenik dan bisa digunakan dalam jangka waktu lama, yaitu sampai 12 minggu.[1,2]
Bentuk Kateter Uretra
Selain berdasarkan ukuran dan bahan, selang kateter juga dibedakan berdasarkan bentuknya yang disesuaikan dengan lama pemakaian. Jika penggunaan hanya dalam waktu singkat atau intermittent urinary catheters, maka selang kateter dipilih yang tidak memiliki balon.
Terdapat 2 tipe ujung selang intermiten, yaitu ujung lurus dan ujung coude (melengkung sedikit). Tipe ujung lurus umumnya untuk pasien wanita dan anak, sedangkan ujung melengkung untuk pasien pria.[1,10]
Jika penggunaan selang kateter untuk durasi lama atau indwelling urinary catheters biasanya digunakan kateter foley yang memiliki balon. Ketika selang kateter foley sudah masuk ke dalam kandung kemih, kateter akan ditahan di tempatnya dengan balon yang diisi dengan cairan steril.
Umumnya, balon pada kateter bisa mengembang sampai 10 ml. Balon pada kateter ini tidak boleh dikembangkan dengan udara karena balon tidak bisa tetap diam di tempatnya. Balon yang dikembangkan dengan cairan salin normal berisiko terjadi kristalisasi.[1,2]
Gambar 1. Macam-Macam Kateter Uretra
Prosedur Pemasangan Kateter
Setelah pasien pada posisi dan peralatan tersedia, petugas kesehatan melakukan prosedur cuci tangan sesuai protokol kesehatan. Selanjutnya membuka bungkusan set kateter tanpa menyentuh peralatan di dalamnya agar tetap steril, dan kemudian menggunakan sarung tangan steril.[1,2]
Pemasangan kateter uretra yang rutin dilakukan biasanya secara blind. Langkah-langkah kateterisasi uretra pada pasien wanita adalah:
- Gunakan tangan non dominan untuk membuka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk, sehingga tangan ini menjadi tidak steril dan dapat digunakan untuk mengekspos area vulva selama prosedur
- Gunakan tangan dominan untuk memegang penjepit steril dan kapas yang sudah dibasahi antiseptik untuk melakukan desinfeksi area meatus uretra sampai ke vulva, dengan gerakan memutar dari arah dalam ke luar dan diulang sebanyak 3 kali
- Tanpa menggerakan tangan non dominan yang membuka labia, letakan kain duk steril pada area meatus yang terbuka di sekitar vulva
- Jika pasien setuju untuk menggunakan anestesi topikal, gunakan spuit tanpa jarum untuk memasukan 5 ml gel lidokain 2% ke dalam uretra, kemudian tutup lubang uretra untuk menahan gel selama 2‒3 menit
- Ambil selang kateter dengan menggunakan tangan dominan atau tangan yang steril, oleskan lubrikan atau gel lidokain di ujung selang kateter
- Masukan selang kateter ke dalam uretra dengan perlahan dan lembut, minta pasien menarik nafas dalam untuk mengurangi rasa sakit, lanjutkan memasukan selang kateter sampai urin keluar sebagai tanda selang telah mencapai kandung kemih, kemudian majukan lagi sekitar 5 cm dari titik tersebut
- Pada indwelling urinary catheters, kembangkan balon pada ujung kateter foley dengan memompa air steril dengan spuit melalui lubang inflasi (cuff inflation port), pastikan pasien merasa nyaman dan tidak nyeri saat balon dikembangkan
- Tarik sedikit selang kateter untuk memastikan balon kateter sudah memfiksasi posisi selang kateter
- Pasang ujung selang kateter tempat urin keluar ke penampung urin (urine bag)
- Fiksasi selang kateter dengan menggunakan plester yang direkatkan ke paha pasien, atau ke tempat khusus untuk kateter (catheter stand)
- Bereskan peralatan, pastikan kembali pasien merasa nyaman, lepaskan sarung tangan, dan lakukan prosedur cuci tangan[1,11]
Jika saat pemasangan kateter uretra secara blind di atas tidak ada urin yang keluar, maka lakukan aspirasi urin dengan menggunakan spuit. Apabila tetap tidak ada urin yang keluar, maka tarik keluar selang kateter kemudian coba pasang kembali. Dan jika pada percobaan kedua masih tidak ada urin yang keluar, maka diperlukan pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat posisi kateter di kandung kemih.[1,11]
Kateterisasi Uretra pada Wanita Lansia
Kateterisasi uretra pada pasien wanita berusia 80‒90 tahun perlu perhatian khusus, karena wanita yang sudah menopause mengalami atrofi vagina diikuti dengan atrofi uretra. Hal ini menyebabkan sulit untuk menemukan meatus uretra. Perubahan fisiologis ini kadang menyebabkan kateterisasi pasien wanita lansia harus menggunakan teknik khusus, yaitu kateterisasi secara sistoskopi dengan bantuan kawat pemandu.
Kateterisasi dengan sistoskopi yang fleksibel ini menggunakan kateter foley berukuran 16 Fr yang dipasang kawat pemandu, yang ditekuk sampai mencapai sudut 30° di bagian ujung distal. Kemudian dengan lembut diluncurkan di sepanjang dinding vulva anterior sampai menemukan meatus uretra. Lalu kawat pemandu dilepaskan secara perlahan seiring selang kateter dimasukan ke dalam uretra.1,11,12]
Kateterisasi Uretra pada Anak Perempuan
Pemasangan kateter pada anak perempuan memiliki prosedur yang sama, yang berbeda adalah pemasangan pada neonatus perempuan . Umumnya posisi meatus uretra berada tepat di atas pinggiran hymen atau selaput dara. Kemudian ukuran kateter foley yang digunakan juga lebih kecil yaitu 6 Fr.
Pastikan anak tidak kesakitan selama proses pemasangan kateter, jika terasa sakit maka mungkin kateter tidak berada tepat di kandung kemih. Perhatikan juga bahwa anak di bawah usia 6 bulan tidak menggunakan balon kateter, cukup memastikan bahwa kateter sudah terfiksasi baik dengan menggunakan plester di luar.[1,2]
Prosedur Pelepasan Kateter
Selang intermittent urinary catheters dapat segera dikeluarkan kembali setelah kandung kemih kosong. Pelepasan kateter dapat dilakukan dengan tetap memastikan peralatan yang digunakan steril, dan sebaiknya pasien diminta menarik nafas saat selang dikeluarkan untuk mengurangi rasa sakit.[8,13]
Pada indwelling urinary catheters, sebelum menarik keluar selang kateter, balon kateter harus dikempeskan terlebih dahulu dengan cara menarik isi cairan menggunakan spuit. Tetap lakukan prosedur pelepasan dalam keadaan steril, dan menarik selang kateter harus perlahan agar meminimalisasi risiko trauma uretra.[8,13]
Follow Up
Follow up setelah pemasangan kateter adalah:
- Menjaga kebersihan area meatus uretra, termasuk setelah buang air besar
- Membersihkan selang kateter yang terpasang dengan air hangat dan sabun minimal 2 kali sehari, dengan arah mencuci menjauhi uretra
- Mengosongkan urine bag kira-kira setiap 8 jam, atau lebih cepat jika sudah penuh
- Membilas selang kateter dengan cairan solusi khusus, seperti cairan salin, jika aliran urin dalam selang kateter terhenti akibat sumbatan dari lendir, deposit kristal, atau kristal mineral kecil
- Memberikan obat yang dapat membuat urin bersifat lebih asam, seperti methenamine atau potassium acid phosphate, untuk mencegah penyumbatan selang kateter berulang, serta meminta pasien untuk minum air lebih banyak untuk memperlancar saluran kemih[1,8,11]
Kateterisasi jangka lama dapat menyebabkan otot kandung kemih kejang, sehingga dapat menyebabkan urin bocor di sekitar kateter. Karena itu, pasien dapat diberikan obat antispasmodik. Jika pasien mengalami obstruksi uretra komplit atau trauma pada area uretra maka dianjurkan untuk menggunakan kateterisasi suprapubik.[3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini