Indikasi Pengukuran Tekanan Darah Teknik Ambulatori
Indikasi pengukuran tekanan darah dengan teknik ambulatori adalah untuk mengonfirmasi diagnosis dan terapi hipertensi yang masih diragukan, misalnya pada kasus white coated hypertension. Pengukuran darah selama 24 jam sangat dibutuhkan untuk memantau efek terapi yang telah diberikan kepada pasien.
Studi menunjukkan bahwa hasil pengukuran tekanan darah dengan teknik ambulatori berkorelasi lebih kuat dengan kejadian kardiovaskular dan kematian dibandingkan dengan pengukuran tekanan darah berbasis kantor.[9]
White Coated Hypertension
White coated hypertension yaitu peningkatan tekanan darah pada saat pasien berada di klinik dan bertemu dengan klinisi. Peningkatan tekanan darah pada keadaan ini akan cenderung mengalami resistensi terhadap obat anti hipertensi.
Dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan teknik ambulatori di luar klinik, pasien dengan white coated hypertension dapat dideteksi lebih awal dan penggunaan obat antihipertensi yang tidak berguna dapat dihindari sedangkan pada pasien yang memiliki tekanan darah tinggi dapat segera diterapi dan menghindari komplikasi kardiovaskuler.[3,10]
Efek White Coated pada Hipertensi Resisten
Efek white coated pada hipertensi resisten. Keadaan ini sering terjadi pada pengobatan antihipertensi. Hipertensi resisten sering sekali didasarkan pada pengukuran tekanan darah tinggi yang terjadi hanya pada saat pasien kontrol ke dokter sedangkan pada saat pasien berada di rumah memiliki tekanan darah yang normal.
Pengukuran tekanan darah dengan teknik ambulatori dapat menunjukkan kontrol tekanan darah pasien selama 24 jam dengan pengobatan antihipertensi yang digunakan saat itu. Melalui pemeriksaan ini, peningkatan dosis obat antihipertensi yang tidak berguna dapat dicegah.[3,10]
Hipertensi Terselubung
Hipertensi terselubung yaitu tekanan darah tinggi yang cenderung tinggi pada saat pasien diperiksa di luar klinik namun tekanan darah pasien normal saat kunjungan ke dokter. Hipertensi terselubung ini sering terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal kronik dan berisiko tinggi menimbulkan komplikasi seperti pembesaran ventrikel kiri jantung, proteinuria dan gangguan kardiovaskuler. Dengan pemeriksaan tekanan darah melalui teknik ambulatori ini, kemungkinan adanya hipertensi dan komplikasi kardiovaskuler yang mungkin terjadi dapat segera terdeteksi.[1,10]
Hipertensi Dengan Pengobatan Antihipertensi Yang Bekerja Jangka Panjang
Hipertensi dengan pengobatan antihipertensi yang bekerja jangka panjang. Pada kasus ini, pengukuran darah selama 24 jam sangat dibutuhkan untuk memantau efek terapi.[1]
Identifikasi Pola Tekanan Darah
Identifikasi pola tekanan darah dalam 24 jam untuk kasus hipertensi diurnal, hipertensi nokturnal, obstructive sleep apnoea (OSA), serta postprandial hipotensi.[7]
Evaluasi Keadaan Khusus
Evaluasi neuropati autonom, keadaan sinkop, serta efek pengobatan antihipertensi selama 24 jam. Pada beberapa pasien hipertensi sering sekali terjadi perubahan obat antihipertensi yang disesuaikan dengan keadaan pasien, pada awal perubahan terapi hasil pengukuran tekanan darah selama 24 jam dapat menjadi indikator keberhasilan terapi.[2,6]
Teknik pemeriksaan tekanan darah ini juga dapat digunakan untuk memastikan diagnosis hipertensi pada beberapa golongan seperti usia tua, kehamilan, pasien dengan risiko tinggi, pasien parkinson dan hipertensi endokrin.[7]
Nocturnal Phenomena
Mendeteksi adanya nocturnal phenomena. Pada keadaan normal, saat malam hari tekanan darah akan lebih rendah dibandingkan dengan siang hari yaitu kurang dari 10 %, namun pada keadaan tertentu terjadi fenomena terbalik dimana tekanan darah pada saat tidur di malam hari lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah di siang hari. Adanya peningkatan tekanan darah pada saat malam hari ini dapat menjadi parameter utama untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi.[1]
Pada populasi umum dengan hipertensi, risiko gangguan kardiovaskuler dan komplikasi tekanan darah tinggi terhadap ginjal dapat segera diketahui melalui pemeriksaan tekanan darah dengan teknik ambulatori ini yaitu dengan melihat pola penurunan tekanan darah pada saat malam hari (22.00-07.00).
Pada keadaan normal, saat malam hari tekanan darah akan menurun sebanyak 10 persen dari tekanan darah pada saat siang hari. Penurunan tekanan darah ini tidak mencapai keadaan tersebut dapat berhubungan erat dengan peningkatan risiko kardiovaskuler dan gangguan ginjal.[1]
Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Prosedur Hemodialisa
Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur hemodialisa. Perubahan volume cairan tubuh intravaskuler sebelum, pada saat dan sesudah tindakan hemodialisa akan menimbulkan perubahan tekanan darah pada pasien.
Pada beberapa kasus penurunan volume yang signifikan akan menimbulkan efek yang buruk pada pasien. Pengukuran tekanan darah yang dilakukan dengan teknik ambulatori ini terbukti dapat menurunkan risiko efek samping dan kerusakan organ target yang mungkin terjadi.[1]